Mubadalah.id – Pada 25 Desember menjadi hari besar nan istimewa bagi umat Nasrani. Ini karena di tanggal tersebut umat Nasrani di seluruh dunia merayakan Natal atau hari kelahiran Yesus Kristus.
Berbagai tradisi Natal seperti menghias pohon Natal, tukar kado, dan lagu-lagu bertemakan Natal berkembang seiring waktu dan melibatkan pengaruh dari berbagai budaya.
Namun, pada perayaan hari besar keagamaan seperti ini, selalu saja terdapat narasi yang menyesatkan. Serta berpotensi memecahkan persatuan.
Sebagai contoh apakah seorang Muslim boleh memberikan ucapan Natal. Perdebatan seperti ini akan terus menerus ada dan tak pernah selesai.
Memang, kita tidak pernah bisa meminimalisir perbedaan. Namun, sikap toxic dalam memandang perbedaan dapat membawa dampak buruk bagi keharmonisan masyarakat.
Mencontoh Kota Paling Toleran di Indonesia, Singkawang
Nampaknya, hal ini tidak berlaku di Singkawang, Pontianak.
Mayoritas penduduk Kota Singkawang adalah keturunan Tionghoa, Dayak, dan Melayu, sehingga masyarakat sering mengidentifikasi kota ini sebagai Tidayu. Agama yang terdapat di kota ini meliputi Buddha, Khonghucu, Islam, Katolik, Protestan, Tao, dan Hindu.
Kota ini dijuluki sebagai kota paling toleran di Indonesia, dan perayaan hari besar keagamaan selalu meriah, tanpa memandang agama apapun itu.
Menurut Setara Institute –lembaga yang memberikan predikat Singkawang sebagai kota paling toleran di Indonesia, menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang mendukung klaim tersebut.
Ini termasuk adanya regulasi pemerintah kota yang mendukung praktik dan promosi toleransi, baik dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaan.
Singkawang memiliki tingkat pelanggaran terhadap kebebasan beragama atau berkeyakinan yang rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Peringkat kota paling toleran ini berhasil bertahan sejak tahun 2018 hingga 2022.
Singkawang Christmas Day
Pj. Wali Kota Singkawang, Sumastro, telah meresmikan event tahunan dalam rangka peringatan Natal, yakni Singkawang Christmas Day, pada 20 Desember kemarin.
Acara ini bertempat di Singkawang Grand Mall dan akan berlangsung dari tanggal 20 hingga 28 Desember 2023.
Pj. Wali Kota, Sumastro, menyatakan bahwa Pemkot Singkawang memberikan dukungan penuh terhadap acara ini sebagai bagian dari usaha untuk mewujudkan perdamaian, persaudaraab, dan keberagaman, yang diyakini sebagai takdir Tuhan bagi bangsa Indonesia.
Selain itu, berkaitan dengan keamanan selama perayaan Natal dan Tahun Baru 2024, pihak Pemkot Singkawang, bersama dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), berjanji untuk meningkatkan koordinasi guna memastikan kondisi yang aman dan kondusif di Kota Singkawang.
Budaya Nanggo’an
Berdasarkan riset singkat yang penulis lakukan dengan bertanya kepada teman yang berdomisili di Pontianak, di sana terdapat budaya unik yang disebut sebagai nanggo’an.
Budaya ini berupa kegiatan mengunjungi sanak saudara pada saat perayaan keagamaan –tidak memandang hari raya keagamaan apa yang sedang terjadi.
Mungkin budaya ini sedikit mirip dengan yang terjadi Jawa, di mana kita kenal dengan istilah unjung-unjung. Namun yang membedakan ialah budaya unjung-unjung hanya lumrah terjadi pada saat Hari Raya Idul Fitri.
Sedangkan menurut narasumber, perayaan keagamaan apapun di Kalimantan Barat secara keseluruhan selalu meriah dan damai. Ini adalah sesuatu yang membanggakan dan tentu saja mempertegas perwujudan Bhineka Tunggal Ika.
Dalam konteks masyarakat di Singkawang, mereka menunjukkan kemampuan luar biasa untuk menerima dan menghormati perbedaan agama serta budaya.
Di momen ini, orang-orang, tanpa memandang latar belakang keagamaan, bersatu dalam semangat kedamaian. Mereka menciptakan lingkungan yang inklusif, mengekspresikan toleransi melalui kegiatan perayaan yang bersifat universal.
Nilai-nilai seperti saling menghargai, kerjasama, dan persaudaraan tercermin dalam perayaan Natal di Singkawang –seperti event Singkawang Christmas Day dan budaya nanggo’an.
Toleransi terhadap keberagaman merupakan kunci untuk menciptakan masyarakat yang damai dan saling menghormati. Perbedaan seharusnya dilihat sebagai kekayaan, bukan sebagai pemisah. []