Abu Thalib tetap saja melindungi dan mencintainya dengan seluruh ketulusan. Bahkan, cintanya semakin mendalam. Sehingga hal ini membuat mata para pemimpin Quraisy yang musyrik-pagan itu semakin gelap.
Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw merupakan sosok teladan yang mempertahankan, menyebarkan, dan memperjuangkan prinsip tauhid, termasuk jika harus dengan menyerahkan nyawanya sekalipun. Menegakkan tauhid kata nabi adalah menghidupkan kemanusiaan.
Abu Thalib, paman nabi yang tercinta dan yang amat mencintai beliau, diminta oleh para petinggi Quraisy agar membujuk keponakannya itu dengan segala cara yang mungkin agar beliau menghentikan seruan tauhid itu.
“Abu Thalib,” kata mereka, “keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan menganggap sesat nenek moyang kita. Sekarang, harus kau hentikan ia, dan kalau tidak, kami sendiri yang akan menghadapinya.”
Kepada sang paman, nabi dengan tegas mengatakan:
“Demi Allah, wahai Paman, andai kata mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku untuk memaksaku agar meninggalkan tugas suci ini, sungguh tidak akan aku tinggalkan sampai Tuhan memberiku kemenangan atau aku mati karenanya.”
Ini pernyataan yang amat berjuta-juta Muslim di seluruh dunia ingat dan kenang. Yaitu, pribadi Nabi Muhammad Saw yang lembut ternyata juga pribadi yang kukuh dan teguh dalam pendiriannya. Bahkan pada satu itu, seteguh karang yang tumbuh berabad-abad di laut. Tuhan memerintahkan nabi untuk mengatakan kepada mereka tanpa ragu dan gentar.
قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ ١ لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ ٢ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ ٣ وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ ٤ وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ ٥ لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ ٦
Artinya: “Katakanlah (Muhammad): “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan, aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. al-Kafirun (109): 1-6).
Abu Thalib Melindungi Nabi Muhammad Saw
Meski gagal membujuk sang keponakan terkasih, Abu Thalib tetap saja melindungi dan mencintainya dengan seluruh ketulusan. Bahkan, cintanya semakin mendalam. Sehingga hal ini membuat mata para pemimpin Quraisy yang musyrik-pagan itu semakin gelap.
Mereka tak lagi bisa berpikir normal. Mereka kehilangan akal sehat. Pikiran mereka terus berambisi untuk memburu dan menghabisi Nabi Muhammad Saw yang telah dianggap meruntuhkan privilege dan harga diri mereka.
Kemudian, mereka merencanakan cara lain yang diharap akan mampu melumpuhkan nabi dan pengikut beliau, yang menurut mereka harus dibunuh pelan-pelan dan beramai-ramai melalui aksi pembiaran lapar.
Masyarakat diseru untuk tidak berhubungan dengan nabi dan para pengikut setia beliau, termasuk melakukan transaksi ekonomi. Seluruh kebutuhan hidup mereka diboikot.
Berhari-hari dan berbulan-bulan, nabi dan para sahabat beliau tak lagi menjumpai makanan sebagaimana hari-hari kemarin. Namun, mereka tetap setia dalam keyakinan tauhid itu.
Daun-daun yang ada di sekitar mereka tak pelak menjadi makanan mereka sehari-hari, karena hanya itulah yang tersedia. Kulit pisang yang sudah jatuh di tanah dan kotor, dicuci, lalu dimakan. []