Mubadalah.Id- Apa saja sunnah nabi dalam kehidupan sehari-hari? Nabi Muhammad SAW, Rasul akhir zaman, kehadirannya menjadi petanda dan pembeda perlakuan masyarakat pada masa itu terhadap perempuan. Sebelum Islam datang, bayi perempuan tidak ada nilainya.
Bila anak perempuan lahir, masamlah muka orang tua mereka. Lalu, anak perempuan itu dibunuh dengan tiga cara; dilemparkan ke bukit/gunung, ditenggelamkan ke dalam laut/sungai, atau dikubur hidup-hidup.
Islam yang dibawa Muhammad mengubah tradisi keji itu. Islam merayakan kehadiran anak perempuan dengan akikah satu ekor kambing. Tidak hanya itu, perempuan yang dahulu tidak bernilai, bahkan layaknya barang, diangkat derajatnya dengan tinggi. Perempuan bukanlah barang warisan tetapi ia adalah seseorang yang berhak mendapatkan warisan dan bisa memberikan warisan pula.
Perempuan bukanlah mesin reproduksi. Perempuan yang sebelumnya dianggap sebagai pihak yang hanya berfungi untuk hamil, melahirkan, menyusui anak. Ketika Islam datang, perempuan diangkat derajatnya dengan kepatuhan anak pada ibunya tiga kali lebih tinggi hormat ketimbang ayahnya. Hak-hak reproduksi perempuan dihargai dan diapresiasi.
Perempuan yang dalam keadaan haid, bukanlah perempuan kotor atau perempuan najis. Sehingga ia harus dijauhkan dari rumah. Tidak. Ia tetap boleh bercengkrama, berkumpul dengan suami dan keluarga. Semua boleh dilakukan perempuan bersama suami dan keluarganya, kecuali hal-hal tertentu. Inilah perubahan besar dalam tradisi masyarakat dunia masa itu, di mana biasanya mereka memperlakukan perempuan layaknya barang najis.
Ya, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama melakukan perubahan signifikan itu. Nabi pulalah yang memerintahkan kita agar berbuat baik pada perempuan. Sepanjang hidupnya, Nabi senantiasa berbuat baik pada sesama.
Setiap hari memberikan makan pada seorang nenek tua dari golongan Nasrani di ujung pasar Madinah. Beliau mengunyah makanan itu sampai lembut setelah lembut baru ia suapi pada sang nenek.
Sepanjang memberikan makanan, nenek miskin yang buta itu terus-menerus mengungkapkan kejengkelan dan mengata-ngatai Muhammad sebagai pendusta, penyebar fitnah dan sebagainya. Tapi Nabi tak menggubrisnya. Beliau terus menerus memberi makan nenek itu tanpa pula menyebutkan identitasnya.
Dalam sebuah perjalanan, Nabi pernah menghentikan rombongan untuk memberikan jalan dan melakukan penghormatan kepada jenazah yang lewat. Nabi melakukannya meski jenazah itu dari golongan non-muslim yang terkenal memusuhi nabi. Nabi justru bersikap santun dan sopan pada orang tersebut.
Nabi pernah mempersilakan Ummu Waraqah menjadi imam shalat bagi keluarganya dengan makmum laki-laki dewasa yakni muazinnya, anak laki-laki dan budak laki-laki. Nabi mengatakan bahwa perempuan juga berhak menjadi tokoh agama, menjadi imam shalat. Padahal di masa itu, perempuan dianggap tidak layak menjadi tokoh agama.
Nabi, melalui kesaksian Aisyah, adalah orang yang terbiasa membantu istri menumbuk gandum, menjahit terompahnya sendiri, dan mengasuh anak-anaknya termasuk mengasuh Hasan dan Husein, cucu-cucunya. Nabi menyuruh para suami memberikan keleluasaan dan membiarkan, mengizinkan, membolehkan para perempuan, istri atau anak perempuan untuk keluar di malam hari demi belajar di masjid.
Nabi meminta laki-laki dan para suami untuk tidak menghalangi istri mereka bila hendak shalat subuh di masjid.
Nabi juga adalah orang setia pada pasangannya. Nabi tidak pernah memiliki istri lain selama menikah dengan Khadijah. Nabi juga sangat marah ketika Ali, menantunya ingin menikah lagi. Kala itu Nabi berkata “siapa yang menyakiti Fatimah, maka ia menyakiti aku.”
Bukankah itu semua adalah sunah Nabi? Bukankah semua percakapan, tindakan, diamnya Nabi, bahkan ketidaksetujuan Nabi akan suatu perkara adalah sunah Nabi? Lantas mengapa hanya poligami yang dianggap sebagai sunah?
Apakah perbuatan Nabi yang berupaya membatasi perkawinan yang awalnya tak terhingga menuju monogami sebagai prinsip dasar perkawinan tidak disebut sunah?
Sudahkah anda memberikan makan nenek tua non muslim yang tua renta miskin setiap hari? Sudahkan anda menjahit terompah sendiri, membantu istri, mendampingi istri, dan tidak membiarkan istri terluka? Ini adalah sunah paling nyata. Mengapa ini tidak kau pilih?