• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengakhiri Diskriminasi bagi Anak-anak Down Syndrome

Pendidikan dan kesadaran adalah kunci utama untuk menciptakan masyarakat yang inklusif bagi anak-anak penyandang Down Syndrome

Yayat Hidayat Yayat Hidayat
16/07/2024
in Personal
0
Down Syndrome

Down Syndrome

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bayangkan anak-anak kita dihina, diasingkan, dan diperlakukan dengan kejam hanya karena mereka berbeda. Inilah yang sering dialami oleh anak-anak penyandang Down Syndrome. Di berbagai wilayah yang kurang teredukasi, mereka menjadi sasaran pembulian yang sangat menyakitkan. Pembulian ini tidak hanya menyakiti mereka secara fisik, tetapi juga menghancurkan jiwa mereka. Mengapa kita masih membiarkan ini terjadi? Bukankah Allah berfirman,

 “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum menyebabkan kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Ma’idah: 8).

Pembulian terhadap anak-anak penyandang Down Syndrome adalah kenyataan pahit yang harus kita hadapi. Cerita tentang pembulian ini sering kali menyayat hati dan membuka mata kita akan kekejaman yang mereka alami. Misalnya, di sebuah sekolah di daerah pedesaan, seorang anak (sebut saja namanya Farid), yang berusia 15 tahun dan memiliki Down Syndrome, sering kali menjadi bahan ejekan teman-teman sekelasnya.

“Hei, lihat si Farid! Dia tidak bisa bahkan membaca seperti kita,” teriak seorang anak di tengah kelas. “Betul! Dia bodoh!” sahut yang lain. Farid hanya bisa menundukkan kepala, menahan air mata yang menggenang di matanya.

Cerita Farid bukanlah satu-satunya. Banyak anak-anak penyandang Down Syndrome mengalami perlakuan serupa. Data menunjukkan bahwa sekitar 60% anak-anak dengan Down Syndrome pernah mengalami pembulian fisik atau verbal di sekolah. Ini terjadi karena kurangnya edukasi dan kesadaran di kalangan masyarakat.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

Dampak Buruk Pembulian

Pembullyan yang dialami oleh anak-anak penyandang Down Syndrome memiliki dampak yang sangat merugikan, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Anak-anak yang dibully sering kali mengalami gangguan emosional seperti kecemasan, depresi, dan rendah diri.

Mereka merasa tidak berharga dan tidak diterima, yang pada akhirnya menghancurkan kesehatan mental mereka. Dampak emosional ini juga berpengaruh pada kehidupan sosial mereka. Pembulian menyebabkan anak-anak penyandang Down Syndrome merasa terisolasi, cenderung menarik diri dari kegiatan sosial, dan kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain.

Tekanan dan stres akibat pembulian juga dapat mengganggu konsentrasi dan kinerja akademis anak-anak penyandang Down Syndrome. Mereka mungkin mengalami kesulitan belajar dan tidak mencapai potensi akademis mereka karena lingkungan yang tidak mendukung.

Selain itu, dampak fisik dari pembulian tidak kalah mengerikan. Pembulian fisik dapat menyebabkan cedera dan masalah kesehatan lainnya, sementara stres kronis yang mereka alami berdampak negatif pada kesehatan fisik secara keseluruhan.

Kunci mewujudkan masyarakat inklusif

Pendidikan dan kesadaran adalah kunci utama untuk menciptakan masyarakat yang inklusif bagi anak-anak penyandang Down Syndrome. Sekolah harus menyediakan program edukasi yang menyeluruh tentang Down Syndrome dan pentingnya inklusivitas. 

Hal ini membantu mengurangi stigma dan prasangka yang salah terhadap anak-anak penyandang Down Syndrome. Selain itu, pemerintah dan organisasi non-profit dapat mengadakan kampanye kesadaran publik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Down Syndrome dan pentingnya menghormati hak-hak anak-anak penyandang Down Syndrome.

Dukungan bagi anak-anak dan keluarga mereka juga sangat penting. Penyediaan program dukungan psikososial bagi anak-anak penyandang Down Syndrome dan keluarga mereka dapat membantu mengatasi dampak emosional dan sosial dari pembulian.

Selain itu, membangun komunitas yang inklusif di mana anak-anak penyandang Down Syndrome dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa rasa takut akan diskriminasi atau pembulian akan memberikan mereka ruang untuk berkembang.

Kebijakan dan regulasi yang ketat juga kita perlukan untuk melindungi anak-anak penyandang Down Syndrome. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus mengimplementasikan kebijakan anti-pembulian yang ketat untuk memastikan lingkungan yang aman dan mendukung bagi mereka.

Memastikan bahwa hukum yang melindungi hak-hak penyandang disabilitas kita terapkan dengan baik dan memberikan sanksi tegas bagi pelaku pembulian adalah langkah penting dalam menciptakan perlindungan yang efektif.

Pelatihan guru dan tenaga kependidikan juga tidak boleh kita abaikan. Guru dan tenaga kependidikan perlu kita latih untuk memahami kebutuhan khusus anak-anak penyandang Down Syndrome dan bagaimana mendukung mereka dalam lingkungan pendidikan. Pengembangan kurikulum yang inklusif dan ramah bagi anak-anak penyandang Down Syndrome harus kita lakukan untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas.

Islam dan Kasih Sayang

Islam sangat menekankan pentingnya perlakuan adil dan kasih sayang kepada sesama manusia, termasuk mereka yang memiliki kekurangan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Carilah (keridhaan)ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian”. (HR. Abu Dawud)

Allah juga berfirman 

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)…” (QS. Al-Hujurat: 11).

Inklusivitas bagi anak-anak penyandang Down Syndrome adalah tanggung jawab bersama. Pembulian yang mereka alami tidak hanya merugikan mereka secara individu, tetapi juga mencerminkan kurangnya empati dan pemahaman dalam masyarakat kita. 

Edukasi dan dukungan, serta kebijakan yang tepat bagi mereka dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi anak-anak penyandang Down Syndrome. Setiap anak berhak untuk merasa aman, dihormati, dan diberi kesempatan untuk mencapai potensi penuh mereka. Mari kita bersama-sama wujudkan dunia yang lebih baik bagi mereka.

Sebagaimana Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). []

 

Tags: bullyingcyberbullyingDown SyndromeKasus BullyingparentalparentingParenting Islami
Yayat Hidayat

Yayat Hidayat

Perantau-Santri-Abdi Negara

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version