Mubadalah.id – Karena sistem reproduksi yang berbeda dengan laki-laki, secara biologis perempuan bisa mengalami menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Inilah yang disebut dengan pengalaman biologis perempuan.
Karena sistem patriarki, perempuan bisa mengalami ketidakadilan semata-mata karena menjadi perempuan. Macamnya ada lima, yaitu stigmatisasi, marginalisasi, subordinasi, kekerasan, dan beban ganda. Inilah yang disebut dengan pengalaman sosial perempuan.
Cara kita menyikapi pengalaman perempuan, baik secara biologis maupun sosial, akan menentukan keadilan jenis apa yang kita berikan pada perempuan.
Jika kita fokus pada persamaan laki-laki dan perempuan dengan mengabaikan pengalaman perempuan, maka keadilan yang muncul adalah keadilan legal, formal, dan tekstual. (Baca juga: Cara Menyikapi Dua Jenis Pengalaman Perempuan)
Namun, jika keadilan ia upayakan dengan cara fokus pada persamaan laki-laki dan perempuan sambil memberikan perhatian khusus pada pengalaman biologis perempuan untuk difasilitasi dan pengalaman sosial perempuan untuk dihapuskan, maka ini adalah keadilan hakiki bagi perempuan.
Empat belas abad silam, Islam memberikan petunjuk tentang bagaimana mengikhtiarkan keadilan bagi perempuan. Al-Quran membincang pengalaman biologis perempuan tidak semata-mata sebagai topik, tapi sebagai perspektif. Bagaimana dengan pengalaman sosial perempuan? Tak kalah ajib!
Sayang seribu sayang, tafsir atas Islam kerap mengabaikan pengalaman perempuan. Akibatnya, tidak hanya keadilan formal yang Islam berikan. Tapi justru hanya menjadikan ajaran Islam sebagai legitimasi atas ketidakadilan pada perempuan. []