Mubadalah.id – Belakangan ini platform media tiktok penulis penuh oleh video perkenalan adik-adik mahasiswa baru dari berbagai kampus yang sedang melaksanakan kegiatan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru). Video perkenalan tersebut beberapa kali lewat di beranda penulis dari berbagai kampus yang berbeda-beda. Video yang menampilkan perkenalan diri mahasiswa baru itu ramai di media sosial karena terlihat unik, menarik dan lucu tentunya.
Sebenarnya konsep perkenalan diri saat PKKMB dengan membuat video mulai saat pandemi covid 2019 melanda Indonesia. Ketika itu, semua aktifitas pertemuan dilakukan via online, termasuk dalam lingkungan akademik salah satunya adalah PKKMB. Walaupun saat ini suasana covid sudah mulai membaik. Bahkan semua aktifitas kembali via offline, tradisi perkenalan melalui video ini masih tetap mereka pertahankan.
Konsep perkenalan dilakukan sebebas-bebasnya. Beberapa kali lewat di beranda tiktok penulis ada yang sedang mancing, berjualan, sedang berkendara, bahkan ada yang sedang umroh dan masih banyak lagi. video-video tersebut ramai di tonton oleh warga net dan menjadi heboh lantaran terlihat unik dan lucu.
Selain konsepnya yang unik, mahasiswa yang ada dalam video tersebut sukses membuat penonton terhibur karena pembawaannya yang lucu. Banyak dari netizen yang sangat terhibur dengan kelucuan para mahasiswa baru tersebut.
Generasi Digital dan Kreatif
Gen Z adalah generasi yang muncul setelah generasi millenial. Generasi ini diperkirakan lahi antara tahun 1995 sampai 2010. Mereka lahir bersamaan dengan berkembangnya teknologi di dunia, sehingga tidak heran jika mereka lebih faham terkait teknologi khususnya media sosial dari pada orang tua dan kakeh neneknya.
Hal ini menyebabkan mereka generasi pertama yang benar-benar “digital native” karena keseharian mereka tidak dapat terlepas dari teknologi.
Kehidupan mereka yang selalu berhadapan dengan teknologi tentu mempunyai kelemahan dan kelebihan. Salah satunya adalah ketergantungan akan teknologi. Contohnya jika dahulu kita begitu panik saat dompet tertinggal di rumah atau di kantor, maka yang kita rasakan adalah rasa panik.
Namun hari ini, penulis sangat yakin generasi z akan lebih memiliih untuk ketinggalan dompet dari pada ketinggalan handphone mereka. Ketergantungan tersebut juga terlihat saat pengetahuan dan informasi yang kita butuhkan dapat kita cari dengan mudah melalui google.
Meskipun begitu, kehidupan gen z yang tidak dapat terlepas dengan teknologi tersebut mempunyai dampak positif yang tidak generasi sebelumnya miliki. Jika saat SD dulu kita ditanya mengenai cita-cita maka banyak yang menjawab ingin menjadi dokter, guru, pilot, masinis, dan orang sukses.
Namun, saat ini jika Gen Z mendapat pertanyaan mengenai cita-cita, maka mereka akan menjadi ingin menjadi youtuber, tiktoker, influencer, conten creator vlogger dan hal-hal yang berhubungan dengan industri kreatif digital.
Walaupun generasi sebelumnya banyak yang mengatakan bahwa gen z lemah secara mental dalam menghadapi kehidupan di dunia nyata, tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa gen z adalah adalah penguasa teknologi. Mereka seketika dapat menjadi orang lain ketika berada di depan kamera. Di mana mereka dapat mengekspresikan diri mereka secara lepas melalui media sosial. Selain itu mereka juga dapat memanfaatkan teknologi untuk menambah penghasilan sehari-hari, desain grafis, video editor, berjualan online dan lain-lain.
Gen Z dan Tantangan Hidup
Kehidupan Gen z yang selalu terikat dengan teknologi merupakan sebuah kelebihan utama yang mereka miliki. Tetapi di sisi lain, kedekatan tersebut juga menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, sebagai digital native gen z adalah generasi yang paling rentan dengan ganggunan kesehatan mental. Kecanduan teknologi membuat gen Z terkadang susah untuk mengendalikan diri.
Apalagi semakin tahun teknologi semakin berkembang, jika gen z tidak dapat membatasi diri mereka dengan teknologi. Bermain handphone misalkan, maka dapat berdampak negatif bagi diri mereka masing-masing. Jadi tidak heran jika stigma negatif yang mengatakan bahwa gen z adalah generasi yang lemah mental.
Selain mental mengutip dari cnnindonesia.com Marissa Meditania mengatakan bahwa tantangan yang Gen Z hadapi di era sosila media yang pesat ini adalah soal pencarian jati diri. Karena rentang umur mereka antara belasan hingga 25 tahun, merupakan masa awal dalam menentukan langkah selanjutnya. Biasanya tidak sedikit yang berada pada persimpangan jalan dalam mengambil keputusan.
Dengan adanya PKKMB di kampus-kampus Gen Z tentu dilatih serta diberikan arahan tentang menjalani kehidupan di kampus. Pada konteks yang lebih besar PKKMB juga menjadi jembatan bagi gen z untuk membangun karakter diri yang lebih kokoh. Terlebih lagi bahwa masa-masa perkuliahan adalah masa pencarian jati diri sehingga rasanya penting untuk membentuk karakter sejak awal perkuliahan agar dapat menentukan masa depan. Wallahua’lam. []