• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Para Mentor Kehidupan yang Muncul dalam Wujud Sahabat

Di dunia yang semakin individualistis ini, menemukan sahabat yang juga berperan sebagai mentor adalah anugerah yang tak ternilai.

Rifa Anis Fauziah Rifa Anis Fauziah
11/01/2025
in Personal
0
Mentor Kehidupan

Mentor Kehidupan

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Mubadalah.id – Orang bilang kehidupan di dunia perkuliahan adalah kehidupan yang tidak menyenangkan, pertemanan yang tulus hanya sebuah angan, banyak sekali yang datang hanya untuk memanfaatkan.

Namun berbeda dengan kehidupan perkuliahanku, di saat deadline tugas menghimpit diriku di antara kehidupan perantauan yang sangat jauh dari keluarga tersayang, aku menemukan sosok-sosok yang lebih dari sekedar teman belajar-mereka menjadi mentor kehidupan yang hadir dalam balutan persahabatan.

Pertemuan yang Tidak Terduga 

Sebagai angkatan korona yang awal perkuliahan dimulai dari 2021, itu menjadi masa yang paling membosankan. Karena hanya bisa berkuliah via online saja, hanya bisa melihat teman sekelas atau bahkan seangkatan hanya lewat room zoom, itu aja kalau pada on cam. Hal berbeda lagi sama orang yang nggak suka on cam sampai jalan 2 semester aja tidak tahu muka dari teman kita yang bernama si A, atau si B.

Semester awal itu menjadi masa yang penuh kecanggungan dan adaptasi. Saya bertemu dengan sosok-sosok yang menjadi pilar penting dalam perkuliahan ini di tengah kebingunganku memikirkan siapa yang akan menjadi teman kelompokku saat presentasi nanti dan bagaimana jika perkuliahan tiba-tiba berubah menjadi offline.

Awalnya kami hanya berkomunikasi karena sama jadwal kelas, satu pondok, satu wali dosen, yang mana mengharuskan kami untuk terus berkomunikasi. 

Kami tidak bertemu secara bersamaan dalam persahabatan kami yang berdelapan orang ini, melainkan melalui rangkaian pertemuan yang saling terhubung. Aku pertama kali berteman dekat dengan Fadhil di awal kuliah, kemudian Fadhil memperkenalkanku pada Wawan yang juga berteman dekat dengan llham, Albar, Junda, Nafila, juga Sofia.  Dari kesinambungan itulah sehingga aku menyebut mereka mentor kehidupan yang muncul dalam wujud sahabat. 

Lebih Dari Sekadar Bantuan Akademis

Yang membuat persahabatan ini ternilai istimewa adalah bagaimana kita semua saling membantu bukan hanya urusan akademis saja. Ketika ada salah satu dari kami yang kebingungan menemukan judul skripsi, ada yang lain memberikan semangat dan dukungan yang tak ternilai.

Setiap dari kami memiliki keunikannya tersendiri, ada yang mengajarkan pentingnya keseimbangan antara kuliah dan kehidupan sosial. Ada yang menunjukkan bagaimana menghadapi tekanan dengan tenang, dan ada pula yang memperlihatkan arti sesungguhnya dari kerja keras dan dedikasi.

Menumbuhkan Kepercayaan Diri 

Salah satu nilai yang penting dalam persahabatan ini adalah belajar untuk terus percaya diri. Kami selalu mendorong saya untuk keluar dari zona nyaman, mengambil tantangan baru, dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Masa-masa skripsi mungkin menjadi masa terberat bagi kami, bagaimana tidak, beberapa dari kami tidak terlalu menyukai jurusan yang mereka pilih ini, namun mereka tetap bersungguh-sungguh menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.

Perjalanan kuliah memang tentang mengejar gelar dan ilmu pengetahuan, tetapi melalui persahabatan ini. Saya mendapatkan pendidikan kehidupan yang jauh lebih berharga. Mereka mungkin masuk ke dalam hidup saya sebagai teman kuliah. Tetapi mereka telah bertransformasi menjadi mentor kehidupan yang membentuk siapa saya hari ini.

Dalam setiap langkah ke depan, pelajaran dan nilai yang mereka tanamkan akan selalu menjadi kompas yang menuntun perjalanan hidup saya.

Di dunia yang semakin individualistis ini, menemukan sahabat yang juga berperan sebagai mentor adalah anugerah yang tak ternilai. Mereka mengingatkan kita bahwa pertumbuhan terbaik terjadi ketika kita memiliki orang-orang yang tidak hanya mendukung mimpi kita. Tetapi juga berani menantang kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. []

Tags: BersahabatKesalinganMakna SahabatMentor KehidupanpersahabatanRelasiuin walisongo semarang
Rifa Anis Fauziah

Rifa Anis Fauziah

Mahasiswi ilmu al Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang

Terkait Posts

Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31
  • Nilai Ekonomi dan Sosial dalam Ibadah Kurban
  • Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID