Jumat, 3 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Disabilitas Taktampak

    Upaya Menghadirkan Disabilitas Taktampak dalam Wacana Publik

    keadilan hakiki

    Keadilan Hakiki dalam Relasi Keluarga

    Praktik Nikah

    Praktik Nikah di Sekolah; Resepsi Yes, Realitas No!

    Keluarga

    Pesan Nabi: Mulailah Kebaikan dari Keluarga

    Makan Bergizi Gratis

    Program Makan Bergizi Gratis: Janji Mulia dan Realitas yang Meragukan

    kerja domestik

    Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik

    Fiqhul Bina'

    Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren

    Ekosistem mangrove

    Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    Pipiet Senja

    Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    keadilan hakiki

    Keadilan Hakiki dalam Relasi Keluarga

    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Soka Gakkai

    Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    Gus Dur dan Ikeda

    Masjid Istiqlal Jadi Ruang Perjumpaan Dialog Peradaban Gus Dur dan Daisaku Ikeda

    Fasilitas Ramah Disabilitas

    Teguhkan Komitmen Inklusif, Yayasan Fahmina Bangun Fasilitas Ramah Disabilitas

    UIN SSC Kampus Inklusif

    UIN SSC Menuju Kampus Inklusif: Dari Infrastruktur hingga Layanan Digital Ramah Disabilitas

    Makan Bergizi Gratis

    Ironi Makan Bergizi Gratis: Ketika Urusan Dapur Menjadi Kebijakan Publik

    Nyai Sinta Nuriyah

    Kunjungi Aktivis yang Ditahan, Nyai Sinta Nuriyah Tunjukkan Keteguhan Ulama Perempuan dalam Membela Rakyat

    Hari Tani

    Hari Tani Nasional 2025: Menghargai Petani dan Menjaga Pangan Negeri

    Jaringan WPS

    5 Tuntutan Jaringan WPS Indonesia atas Penangkapan Perempuan Pasca Demonstrasi

    Kampanye Inklusivitas

    Inklusivitas di Era Digital: Strategi Baru Kampanye di Media Sosial

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Disabilitas Taktampak

    Upaya Menghadirkan Disabilitas Taktampak dalam Wacana Publik

    keadilan hakiki

    Keadilan Hakiki dalam Relasi Keluarga

    Praktik Nikah

    Praktik Nikah di Sekolah; Resepsi Yes, Realitas No!

    Keluarga

    Pesan Nabi: Mulailah Kebaikan dari Keluarga

    Makan Bergizi Gratis

    Program Makan Bergizi Gratis: Janji Mulia dan Realitas yang Meragukan

    kerja domestik

    Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik

    Fiqhul Bina'

    Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren

    Ekosistem mangrove

    Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    Pipiet Senja

    Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    keadilan hakiki

    Keadilan Hakiki dalam Relasi Keluarga

    Keluarga Mubadalah

    Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

    Syafaat Nabi

    Lima Syafaat Nabi di Tengah Lesunya Ekonomi

    Akhlak Nabi

    Dakwah Nabi di Makkah: Menang dengan Akhlak, Bukan Kekerasan

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Teladan Nabi dan Abu Bakar terhadap Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi yang

    Akhlak Nabi Tak Pernah Berubah, Meski pada yang Berbeda Agama

    Nabi Muhammad Saw

    Kesaksian Khadijah Ra atas Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad Saw

    Berbeda Agama

    Membaca Kembali Relasi Nabi dengan Umat Berbeda Agama

    Akhlak Nabi dalam

    Meneladani Akhlak Nabi dalam Relasi Antarumat Beragama

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Rekomendasi

Luka Lelaki; Tek Tuku Talake, Saya Beli Talakmu!

Kini, ironisnya, rumah tangga yang kupertahankan dengan mengesampingkan harga diri itu malah menelanku mentah-mentah.

Uus Hasanah Uus Hasanah
10 Agustus 2025
in Rekomendasi, Sastra
0
Luka Lelaki

Luka Lelaki

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernah merasa menjadi laki-laki tak berguna? Luka lelaki, Itulah yang sedang kurasakan sekarang. Perasaan tak berarti. Seperti sampah bagi perempuan yang dulu mati-matian kuperjuangkan.

Rasa itu bukan lagi sekadar sesak. Luka lelaki ini hampir saja bermetamorfosis menjadi dendam yang tak bisa sembuh. Seminggu terakhir, ratusan pesan masuk ke ponselku. Isinya hanya caci maki dan permintaan-permintaan yang sulit kupahami.

Ranti, seperti bukan lagi perempuan yang dulu kupeluk erat setelah berikrar di hadapan penghulu. Aku menyesal, kenapa dulu kutandatangani surat izin itu? Surat yang jadi tiket kepergiannya, sekaligus awal kehancuran rumah tangga kami.

Dua tahun lalu, aku masih mengingat jelas malam-malam kami selepas bulan madu. Di bulan keempat pernikahan kami, Aku duduk seperti terdakwa di hadapan kedua mertuaku.

“Man, Ibu dan Bapak kan sudah kasih waktu seminggu. Jadi, apa keputusanmu?”

“Saya tetap pada pendirian saya, Pak, Bu. Saya tidak mengizinkan Ranti pergi ke Taiwan. Ini sudah menjadi kesepakatan kami sebelum menikah. Sarman harap Ibu dan Bapak bisa mengerti.”

Aku berusaha tetap tenang.

Namun, pendirianku itu tak dapat menggoyahkan keinginannya, ibu mertua mengguncangku dengan perkataan yang tak dapat kusangka.

“Kamu itu jangan egois, Man. Mumpung belum punya anak. Gaji Ranti di Taiwan bisa ditabung buat modal usaha. Bisa beli sawah, buka toko, atau biayain kamu pergi ke Taiwan juga. Biar sukses…”

“Saya paham, Bu. Tapi insya Allah, Saya masih sanggup menafkahi Ranti.”

“Alah…! Jangan naif Man, Man…! Coba lihat dirimu sekarang. Jadi guru honor berapa sih gajinya, 500.000 juga gak nyampe kan. Dikasih mobil untuk usaha narik malah ogah-ogahan, Kalau begini terus, anak cucuku nanti mau kamu kasih makan apa, hah?”

Tampaknya, kekesalan yang sejak kemarin dia pendam tak mampu lagi ia tahan mendengar keteguhanku.

Aku tercekat. Ya Tuhan, apakah harga diriku semurah itu?

Dan ibu mertua tak berhenti.

“Mestinya kamu mikir Man. Kamu hidup dengan Ranti itu kurang enak apa sih? Rumah sudah ngejogrog, prabotan sudah lengkap. Sira mene cuma bawa awak abang[2]! Ingat itu! ”

Aku tertunduk. Tak bisa menyangkal. Tapi, perlu kuklarifikasi bahwa memang tidak ada job narik, memang lagi sepi. Akupun menelan ludah, memang benar adanya, Rantilah yang membawa harta.

“Bu, saya kepala keluarga, saya yang berkewajiban mencari nafkah, setelah menikah biar Ranti di rumah…”

Belum sempat kalimatku selesai, ibu mertuAku sudah memotong, tajam.

“Justru karena kamu kepala keluarga, kamu harus bisa menjamin hidup istrimu!  Kalau nggak sanggup, ya biarkan istrimu cari uang ke Taiwan! Jadi suami nggak ada guna gawene[3]!”

Aku bisu. Perihnya luka lelaki ini bukan karena hinaan itu. Tapi karena Aku tahu, sebagian dari ucapannya benar.

Lalu bapak mertua ikut bersuara, “Masih ada dua lokasi sawah Bapak yang tergadai dan perlu ditebus. Adik-adik Ranti masih membutuhkan banyak biaya untuk sekolah. Kalau kamu gak sanggup menanggung, tandatanganilah ini! Biarkan Ranti pergi!” tukasnya sambil menyodorkan kertas dan pulpen yang sedari tadi Ia pegang.

Tak lama setelah itu, Ranti masuk kamar  sambil menangis. Aku segera menyusulnya dengan mengucapkan maaf pada mertuaku. Pintu kamar kukunci. Tak terima dengan sikapku yang nyelonong masuk dan tidak menandatangani kertas tersebut, ibu mertua melontarkan sumpah serapahnya. Kudengar dengan jelas makiannya itu. “Dasar mantu edan!” “Dasar anak durhaka!”

“Mas, maaf… juga atas sikap Ibu dan Bapak…”

“Aku tak kuasa menolak permintaan mereka…”

“Akulah ulang punggung keluarga….”

Ia menangis dalam pelukanku. Luka-luka yang tadi terasa tajam seketika tumpul saat kulihat air mata perempuan yang kucintai mengalir begitu tulus.

“Sayang, Mas sudah bilang… Mas akan berusaha. Mas ingin kamu tetap di rumah. Seperti perjanjian kita dulu, kamu nggak perlu ke Taiwan lagi.”

***

“Membangun rumah tangga itu perlu modal, sama seperti membangun rumah. Enak sekali suami yang cuma bawa badan dan tinggal masuk ke rumah Istrinya”

Itu caption foto ibu mertua di Akun Facebooknya, dengan gambar rumah yang kini kutempati bersama Ranti. Berbagai komentar pedas mengalir deras. Tak cuma menertawakanku, tapi juga menyeret nama baikku sebagai laki-laki.

Tampaknya unggahan itu  sampai ke beranda kakakku. Ia langsung menelponku, tapi tak kuangkat. Ia datang ke rumah saat Aku sedang menarik muatan sayur di pasar. Entah apa yang ia bicarakan dengan Ranti, yang jelas, sejak hari itu Ranti berubah.

Setiap kesempatan Ia selalu meminta agar aku mengizinkannya pergi ke Taiwan. Kerap kali permintaan itu berujung pada sebuah pertengkaran. Sejak itu, setiap hari, rumah kami seperti medan perang kecil. Akhirnya, Aku menyerah. Kutandatangani surat itu dengan harapan semuanya akan membaik. Sayangnya, harapanku itu tinggallah harapan.

Berkali-kali, setiap kali masalah datang, meski hanya karena kesalahpahaman kecil, Ranti selalu menggulirkan kata yang sama: cerai.

Dan Aku, seperti biasa, tak pernah menanggapinya. Kuharap amarahnya akan reda, dan cinta yang pernah tumbuh akan kembali menjernihkan segalanya. Tapi kali ini, tidak. Kali ini berbeda.

***

Masalah itu datang lagi, dengan bentuk yang nyaris sama: campur tangan keluarganya. Layar ponselku kembali berkedip, pemberitahuan pesan masuk tak henti-hentinya membombardir lelahku di penghujung malam.

Aku sudah lelah menjelaskan. Lelah membela diri atas hal yang tak pernah kulakukan. Tuduhan kali ini… benar-benar mengada-ada. Semua bermula ketika aku mengantar rombongan keluarga ke acara pernikahan kerabat.

Seorang janda muda, masih keluarga jauh, duduk di kursi depan sampingku sambil menggendong anak balitanya. Kupikir itu bukan masalah. Toh, dia bagian dari keluarga yang sedang punya hajat, dan mobil yang kupakai adalah kendaraan keluarga.

Kami mengobrol sekadarnya. Tidak lebih, tidak ada gestur berlebihan. Tidak ada niat apa-apa. Tapi selalu saja ada mata-mata yang menjelma CCTV. Mengawasi dari kejauhan, menangkap momen sepotong dan mengeditnya dalam kepala sebelum menyampaikannya ke Ranti.

Dan Ranti, yang sejak dulu memang pencemburu, kini semakin mudah meledak. Kata cerai seolah jadi peluru paling ampuh yang terus-menerus mengarah kepadaku.

Aku tidak mau terpancing. Malam itu, kupilih diam. Kubiaran ponselku berdenting tanpa henti memanggil agar Aku membuka dan membalas, tapi aku menolak. Aku hanya ingin tidur. Ingin menghindari pertengkaran yang sama.

Namun pagi harinya, pesan terakhir yang kubaca membuat jantungku seolah seketika berhenti: “Laki-laki keras kepala! Kalau masih nggak mau menceraikan, biar saya mengajukan. Tek tuku talake![4]” Setelah itu, seluruh akses yang kupunya telah ia blokir.

Kini, Agustus Datang..

Beberapa waktu kemudian, tak tahan dengan screenshot status-statusnya yang dikirim oleh keluargaku membuatku memilih keluar dari rumahnya,

Kini, Agustus datang bersama kemarau. Angin kumbang[5] menggelitik perih yang sudah lama kubiarkan mengendap. hembusannya meningalkan jejak desiran panas pada kulitku yang mengering.

Di seberang jalan, ku pandang gedung Pengadilan Agama Indramayu berdiri tegak. Empat pilar di bagian depannya tampak begitu kokoh, begitu kontras dengan diriku yang remuk.

Map berisi salinan akta cerai masih kupegang erat. Dokumen yang kutandatangani hari itu terasa seperti penanda kematianku sebagai laki-laki. Nyatanya, Ranti membuktikan pesan yang ia kirimkan sebelum memblokir seluruh aksesku padanya. Harga diriku luruh bersama dengan luka lelaki. Janji pada almarhum Ibu untuk setia pada perempuan pertama dan terakhir yang kupilih, hancur.

Angin membawa serta daun-daun yang luruh, meranggas seperti jiwaku, debu yang terbawa  menari mencemari udara. Aku duduk di warung kaki lima, dibahu jalan dengan bayangan rindangnya pohon mangga, memesan segelas kopi hitam.

Menelan pahitnya nasib dalam sruputan kopi. Mataku masih tertuju pada gedung itu, saksi bisu dari kegagalan seorang suami yang kalah oleh keadaan. Di mata mertuaku, sarjana bukanlah suatu pencapaian. profesi guru bukanlah sebuah kehormatan. “Nok Ranti…. Tanggung jawab dan kesetiannku tidak ada harganya bagi orangtuamu” Lirihku.

Runtuh

Suara riuh pelajar pulang sekolah menyadarkanku. Deru motor dan tawa canda mereka seketika memenuhi jalan MT. Haryono No. 24 Kecamatan Sindang. Seragam putih abu-abu yang mereka kenakan membawa ingatanku pada masa lalu, saat aku dan Ranti memulai segalanya. Kami mulai berpacaran sejak kelas tiga SMA. Setelah lulus, kami menjalani hubungan jarak jauh. Aku melanjutkan kuliah di Fakultas Pendidikan, sementara Ranti bekerja sebagai TKI di Taiwan.

Setahun setelah wisuda, Aku diterima sebagai guru honorer. Untuk menambah penghasilan, Aku juga bekerja sebagai operator desain di sebuah percetakan. Namun, setelah menikah, penghasilanku yang selalu terungki membuatku sadar akan tanggung jawab yang lebih besar.

Karena penghasilanku dianggap belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga, Aku pun mencoba peruntungan lain: menjadi kuli dan sopir. Secara nominal, pendapatannya memang lebih baik, tapi tetap saja, masih dianggap kurang jika dibandingkan dengan penghasilan Ranti sebagai TKI.

Kini, ironisnya, rumah tangga yang kupertahankan dengan mengesampingkan harga diri itu malah menelanku mentah-mentah.

Lamunku tergugah oleh ponsel yang bergetar. Aku mengunduh gambar yang masuk dari nomor yang tak ku kenal. Begitu pengunduhan selesai, gelas kopi yang masih kupegang kuletakan begitu saja.

Aku tercekat, membeku setelah beberapa saat kucoba perbesar gambar yang sudah begitu jelas. sebuah screenshot status WA berupa swafoto di atas ranjang dengan pakaian terbuka, Ranti dan seorang pria berwajah Asia.

Kelelakianku runtuh

Air mataku jatuh. []

[1] Saya beli  talakmu. “Tek tuku talake” adalah ungkapan yang merujuk pada proses pengajuan cerai oleh perempuan dengan seluruh biaya proses perceraian dibiayai oleh perempuan. Dalam beberapa kasus dapat juga berarti pengajuan cerai dilakukan laki-laki namun seluruh biaya perceraian ditanggung oleh perempuan. Di Indramayu, fenomena ini terjadi karena proses pengajuan cerai yang dilakukan oleh pihak perempuan terkesan ribet, lama dan biayanya lebih mahal.

[2] Kamu ke sini cuma bawa badan, tanpa harta benda.

[3] Tidak berguna.

[5] Angin Fohn

Tags: ceraicerita pendekHarga DirikeluargaLuka LelakiRelasiSastratalak
Uus Hasanah

Uus Hasanah

Guru di MA GUPPI Terisi Indramayu

Terkait Posts

keadilan hakiki
Hikmah

Keadilan Hakiki dalam Relasi Keluarga

3 Oktober 2025
Keluarga
Keluarga

Pesan Nabi: Mulailah Kebaikan dari Keluarga

3 Oktober 2025
Rumah Tinggal
Keluarga

Mencari Rumah Tinggal bagi Keluarga Sakinah

2 Oktober 2025
Kehilangan Mama
Personal

Apa Rasanya Kehilangan Mama?

1 Oktober 2025
Makna Tepuk Sakinah
Keluarga

Dari Simbol ke Substansi: Menyelami Makna Tepuk Sakinah

1 Oktober 2025
Keluarga Mubadalah
Hikmah

Keluarga dalam Perspektif Mubadalah

30 September 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pipiet Senja

    Mengenang Pipiet Senja; Terima Kasih telah Mewarnai Masa Remajaku

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Pangkal Babu: Menjaga Ekosistem Mangrove Lewat Batik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pimpinan Soka Gakkai Jepang: Dialog Antaragama Hilangkan Salah Paham tentang Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar dari Musibah Ponpes Al Khoziny: Menghidupkan Fiqhul Bina’ di Dunia Pesantren

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Nabi Muhammad dalam Kerja Domestik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Upaya Menghadirkan Disabilitas Taktampak dalam Wacana Publik
  • Keadilan Hakiki dalam Relasi Keluarga
  • Praktik Nikah di Sekolah; Resepsi Yes, Realitas No!
  • Pesan Nabi: Mulailah Kebaikan dari Keluarga
  • Program Makan Bergizi Gratis: Janji Mulia dan Realitas yang Meragukan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID