• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

PMDD (Premenstrual Dysphoric Disorder) Bukan Sekadar Candaan

Saya ingin masyarakat luas memahami bahwa gejala pre-menstruasi bukanlah perkara sepele, bukan perkara manja dan bukan sekadar cari perhatian

Belva Rosidea Belva Rosidea
11/11/2023
in Personal
0
Premenstrual Dysphoric Disorder

Premenstrual Dysphoric Disorder

921
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa bulan terakhir semakin sering saya jumpai cerita-cerita kelabilan emosi para perempuan ketika menjelang haid, termasuk teman-teman terdekat di sekitar saya, bahkan saya sendiri. Dalam kasus saya, kerapkali merasa gampang sedih bahkan merasa tidak berharga ketika menjelang haid.

Awalnya saya beranggapan bahwa emosi-emosi seperti itu tidak perlu saya ceritakan kepada orang lain, tapi ternyata menyiksa, sungguh menyiksa. Lalu, setelah saya berani menceritakan kepada teman terdekat saya, ternyata ia merasakan hal yang sama.

Dia bahkan menceritakan pengalamannya yang bahkan pernah menangisi proses persalinan seekor sapi dalam sebuah postingan di instagram. Nyatanya banyak perempuan lain di luar sana yang mengalami gejala emosi demikian ketika menjelang haid, wajarkah?

Sebagian besar dari kita tentu sudah akrab dengan istilah PMS atau premenstrual syndrom yakni gejala-gejala yang perempuan alami menjelang masa haid baik gejala fisik maupun gejala emosional. Ternyata, selain PMS ada sindrom lain yang lebih parah dan masih jarang diketahui, yakni PMDD atau premenstrual dysphoric disorder.

Mirip dengan PMS

PMDD ini sebenarnya mirip dengan PMS, namun gejala yang muncul cenderung lebih parah. Dalam kasus tertentu, wanita yang mengidap PMDD bahkan bisa memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Baca Juga:

PMS: Siklus Bulanan yang Membuat Perempuan Kebingungan

Hikmah dari Kisah Persalinan Sayyidah Maryam dalam Al-Qur’an

Refleksi Film 17.3 About A Sex (3): Selektif Memilih Pasangan

Pengalaman Keguguran yang Tak Pernah Mudah

Ironisnya, baik PMS maupun PMDD kerapkali masih kita anggap sebagai gejala sepele atau sekadar bentuk kemanjaan seorang perempuan. Padahal sindrom ini serius bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup penderitanya. John Hopkins Medicine, menyebutkan bahwa PMDD adalah kondisi kronis yang serius.

Menurut penelitian 75% wanita memiliki gejala PMS dan hanya 3% sampai 8% dari wanita yang mengalami gejala PMDD. Bedanya PMS dan PMDD adalah perempuan yang mengalami PMS masih mampu beraktivitas. Sementara perempuan yang mengidap PMDD cenderung kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari ataupun menjalin hubungan dengan orang-orang terdekatnya.

Gejala PMDD ini biasanya muncul 1-2 minggu sebelum hari pertama menstruasi, dan gejala akan hilang 2-3 hari setelah menstruasi terjadi. Penyebab dari PMDD ini belum kita ketahui secara pasti, namun para ahli menduga kondisi ini sebagai reaksi abnormal tubuh perempuan terhadap perubahan hormon dalam siklus menstruasi yang ia alami.

Perubahan hormon ini menyebabkan berkurangnya kadar hormon serotonin. Hormon serotonin sendiri seringkali kita kenal sebagai hormon kebahagiaan. Hormon ini merupakan zat dalam otak dan usus yang dapat memengaruhi suasana hati, mempersempit pembuluh darah dan menimbulkan beberapa gejala fisik pada tubuh.

Risiko kejadian PMDD akan meningkat pada perempuan dengan riwayat PMS atau keluarga dengan riwayat PMS atau PMDD, riwayat depresi, trauma, maupun gangguan mental lainnya.

Bukan Perkara Sepele

Melalui tulisan ini saya ingin masyarakat luas memahami bahwa gejala pre-menstruasi bukanlah perkara sepele, bukan perkara manja dan bukan sekadar cari perhatian. Hal ini mengingatkan saya dengan kasus yang sempat viral di media sosial awal tahun lalu yakni video seorang perempuan yang berbaring di KRL karena nyeri haid.

Ironisnya, video tersebut diambil dan diunggah oleh sesama perempuan dengan dalih bahwa menstruasi tidak sesakit itu. Karena dia sendiri tak pernah mengalami rasa sakit yang demikian. Perlunya membangun empati di ruang publik untuk perempuan dengan kasus serupa. Karena nyatanya tidak semua perempuan mengalami rasa sakit PMS ataupun PMDD, apalagi laki-laki.

Perempuan yang mengalami PMDD akan merasakan ketidakbahagiaan yang teramat sangat. Seperti perasaan tidak berharga, sensitif, rasa sedih dan gelisah yang berlebih, serta berbagai gejala fisik yang menyertai. Yakni mulai dari nyeri haid atau dismenore, pusing, mual, bahkan lelah sepanjang waktu.

Tentunya, kita sebagai perempuan tidak boleh melakukan self-diagnosa terhadap apa yang terjadi pada diri sendiri. Tapi jika gejala yang muncul sebelum mensstruasi sungguh memberatkan jiwa, jangan ragu untuk mendapatkan bantuan profesional.

Hadirnya seorang teman yang mampu ber’empati’ dan menjadi support system ketika dalam kondisi demikian akan membantu cukup banyak. Terlebih ketika berada di puncak-puncaknya perasaan tidak berharga itu muncul. Inilah perlunya “woman support woman”. Meskipun semisal diri sendiri tak pernah merasakan hal yang sama. Namun sebagai sesama perempuan harusnya sudah paham bagaimana rumitnya menjalani peran sebagai “perempuan”.

Sekadar mendengarkan curhatan hatinya, kesedihannya, kegelisahan dan kekhawatiran yang ia pendam, sambil sesekali membesarkan hatinya, itu bahkan sudah cukup. Barangkali dari upaya sederhana tersebut, ia kembali berharga, kembali merasa kita terima dengan segenap luka dan celah yang ia punya. []

Tags: MesntruasiNyeri HaidPengalaman biologis perempuanPMSPremenstrual Dysphoric Disorder
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID