• Login
  • Register
Kamis, 23 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Gelombang Keberkahan Raksasa Satu Abad NU

NU, menyambut abad kedua ini jika ingin terus tumbuh menjadi semakin besar dan menciptakan raksasa keberkahan kian luas, harus senantiasa menjaga dan memelihara semua aspek kehidupan

Rochmad Widodo Rochmad Widodo
17/02/2023
in Publik
0
Satu Abad NU

Satu Abad NU

472
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada diksi menarik dan mencuri perhatian dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atas gelaran memperingati satu Abad NU kemarin atas istilah Keberkahan Raksasa atau Barokah Raksasa. Hal itu mengisyarakatkan betapa besar, luas, dan lamanya rentang keberkahan atas NU, hingga menginjak usia 100 tahun sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia dan bahkan dunia dengan jumlah lebih dari 95 juta pada tahun 2021.

Istilah Keberkahan Raksasa tentu bukan terlalu melebih-lebihkan. Namun demikianlah gambaran paling tepat untuk merangkum wujud keberkahan yang sedemikian besar, luas, dalam rentang waktu panjang, di mata Ketua Umum PBNU yang akrab kita sapa Gus Yahya itu.

Usia satu abad NU sebagai organisasi keagamaan bukan sekadar menunjukkan lamanya NU berdiri. Namun hakikatnya, di sana sekaligus menunjukkan sebuah simbol kekuatan, kedigdayaan, dan sekaligus ke-akbaran NU sebagai organisasi. Tentu jika kita ibaratkan sebuah pohon, dengan usia 100 tahun, akarnya sudah sangat mengakar, dengan batang yang kokoh, dan jelas pasti menjadi pohon kuat dan bernilai tinggi.

Dalam hal ini tidak relevan kata bijak yang cukup masyhur mengatakan, “apalah arti sebuah usia”, karena dianggap hanya sebatas bilangan angka. Dari banyak sedikitnya angka usia, jelas ada banyak makna di setiap perjalanannya. Termasuk usia NU yang telah satu abad berdiri dan selanjutnya memasuki abad kedua.

Daftar Isi

    • Hasil Riyadhah dan Tirakat Wali-Wali dan Kiai
  • Baca Juga:
  • Isra’ Mi’raj : Melintasi Jagat Membangun Peradaban
  • Gaya Dialektika Gus Dur Rengkuh Palestina
  • Halaqah Fiqih Peradaban dan Masa Depan NU Menuju Abad Kedua
  • Membangun Peradaban Melalui Fikih: Pengalaman dari Isu Kemaslahatan Keluarga
    • Membaca Keberkahan Raksasa NU
    • Mengukur dan Memaksimalkan Kekuatan NU
    • Tradisi Amaliyah, Metodologi dan Keilmuan Ulama NU
    • Kekuatan Jama’ah dan Jam’iyyah

Hasil Riyadhah dan Tirakat Wali-Wali dan Kiai

Di setiap rangkaian acara hajatan satu Abad NU, selalu meriah dan begitu banyak warga NU berduyun-duyun hadir. Lebih-lebih di acara puncak 7 Februari 2023 di Stadion Delta, Sidoarjo, Jawa Timur. Menyemut kerumunan jamaah NU dan pencintanya dari seluruh penjuru nusantara tidak hanya di dalam stadion. Namun juga mengular panjang di sepanjang jalan Sidoarjo menjadi lautan manusia.

Baca Juga:

Isra’ Mi’raj : Melintasi Jagat Membangun Peradaban

Gaya Dialektika Gus Dur Rengkuh Palestina

Halaqah Fiqih Peradaban dan Masa Depan NU Menuju Abad Kedua

Membangun Peradaban Melalui Fikih: Pengalaman dari Isu Kemaslahatan Keluarga

Jika keberkahan itu kita kalkulasikan dengan kaca mata ekonomi, jelas kehadiran para warga NU dan pecinta NU dari setiap acara turut berdampak kepada multiplier effect perputaran roda ekonomi. Mulai dari bisnis transportasi, penginapan, makanan, oleh-oleh, mainan, tukang parkir, hingga toilet tak terkecuali. Dari skala bisnis besar, usaha kecil, pedagang kaki lima, pedagang asongan, semua mendapat berkah limpahan rezeki. Namun sudah dipastikan keberkahan lain lebih besar, bukan terletak di sana.

Lautan manusia yang saya taksir mencapai 4 juta lebih itu, hadir ke puncak hajatan akbar satu abad NU, karena mendapat magnet yang sangat kuat. Momen 100 tahun adalah momen langka. Momentum satu abad merupakan keberkahan yang demikian bermakna. Karena kemungkinan kecil, bagi siapa saja akan menemuinya lagi di abad kedua NU. Bahkan bisa kita katakan hampir mustahil, dengan rata-rata umur orang Indonesia yang secara umum tidak sampai menginjak 100 tahun sudah tutup usia.

Kehadiran warga NU dalam perayaan satu abad juga menjadi sebuah kegiatan spiritual. Wujud kecintaan terhadap NU yang menjadi laku hidup dan pedoman dalam beragama di setiap denyut kehidupan jamaah, sekaligus ikhtiar ngalap keberkahannya. Sebab, sebagaimana Gus Yahya sampaikan, barokah raksasa satu abad NU adalah hasil dari riyadhah dan tirakat para wali-wali, tirakat dari para kiai, tirakat dari segenap warga pencinta NU.

Membaca Keberkahan Raksasa NU

Dijelaskan dalam Kamus Al-Munawwir (1997: 78), berkah menurut bahasa berasal dari Bahasa Arab barokah (بركة) yang artinya nikmat. Istilah lain berkah dalam Bahasa Arab adalah mubarak dan tabaruk. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:179), berkah adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.” Imam Al-Ghazali dalam Ensiklopedia Tasawuf (2009: 79) menjelaskan, berkah (barokah) adalah bertambahnya kebaikan.

Keberkahan raksasa NU sebagaimana istilah Gus Yahya, bisa kita baca dari banyak aspek khidmah yang dijalankan oleh seluruh elemen NU sebagai jamaah maupun jam’iyyah. Bahwasannya NU memiliki kontribusi bagi kehidupan warga NU, sekaligus bagi bangsa, negara, dan umat manusia dalam membangun peradaban.

Adalah nyata amaliyah (tindakan), fikrah (pemikiran), dan harakah (gerakan) NU dalam membangun peradaban kehidupan yang lebih baik dan secara kontinue hingga 100 tahun. Melalui lembaga perangkat organisasi NU seperti; LDNU, LBMNU, LPMNU, RMINU, LPNU, LPPNU, LKNU, LKKNU, LAKPESDAM-NU, LPBHNU, LESBUMI, LAZISNU, LWPNU, LTMNU, LFNU, LPBPINU, LTNNU, dan LPTNU. Khidmah NU senantiasa hadir di tengah masyarakat mengurai sengkarut berbagai persoalan yang ada. Baik dalam lingkup personal, sosial kemasyarakatan, hingga kebangsaan dan permasalahan dunia.

Demikian juga berbagai badan otonom (banom) NU seperti; Gerakan Pemuda Ansor, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, JQH, Pergunu, PMII, Pencak Silat Pagar Nusa, Jatman, Ishari, ISNU, Sarbumusi, dan juga SNNU. Kiprah dan kontribusinya sangat besar, baik dalam wujud amaliyah, fikrah, maupun harakah-nya bagi masyarakat. Semua menjadi bagian dari tubuh NU yang hidup, berdenyut di tengah masyarakat dengan ghirah khidmah dan menjadi perwujudan dari ajaran Aswaja an Nahdliyyah.

Tidak lain semua itu menggambarkan dengan jelas bagaimana wujud kebesaran dan keluasan NU, dalam membuahkan keberkahan yang berlansung dalam rentang waktu panjang selama 100 tahun ini.

Mengukur dan Memaksimalkan Kekuatan NU

Ada sebuah teori yang Jones cetuskan (1995), bahwa suatu organisasi akan mengalami empat tahapan siklus hidup. Yaitu; organizational birth (kelahiran organisasi), organizational growth (pertumbuhan organisasi), organizational decline (penurunan organisasi), dan organizational death (organisasi mati). Tentu NU sebagai organisasi keagamaan juga tidak terlepas dari teori siklus hidup organisasi tersebut.

Di satu abad NU menuju abad kedua ini, bisa kita katakan NU sedang memasuki fase organizational growth (pertumbuhan organisasi). Baik secara jamaah yang tertandai dengan jumlah warga NU lebih dari 95 juta yang tersebar di seluruh dunia, maupun dari sisi jam’iyyah (organisasi) yang selalu berbenah menuju manajemen organisasi modern. Hingga sampai di satu abad ini, sudah membuktikan ada kekuatan dahsyat dari diri NU. Di samping berkah tirakat dan riyadhah yang menaungi NU dari para pendiri, para wali dan kiai-kiai, kekuatan yang menjadi penyokong kokohnya NU, di antaranya adalah:

Pertama, NU memiliki akar sejarah sangat kuat. NU berdiri 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) atau jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan para pendiri NU turut andil dalam membentuk dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sejarah NU akan senantiasa melekat bersama perjalanan bangsa ini.

Kedua, NU memiliki prinsip kokoh dalam amaliyah, fikrah, maupun harakah. Senantiasa berpegang teguh pada empat prinsip dasar, yaitu tawasuth (moderat), tawazun (simbang), i’tidal (adil) dan tasamuh (toleran). Dengan prinsip itu membuat NU selalu relevan menjawab semua persoalan di berbagai zaman. Mampu adaptif dan lentur dengan perkembangan zaman, namun tetap pada posisi idealisnya.

Tradisi Amaliyah, Metodologi dan Keilmuan Ulama NU

Ketiga, tradisi amaliyah NU sangat mengakar di tengah warga NU. Yasinan, tahlilal, ziarah kubur, maulid Nabi, istighotsah, tingkepan (doa tujuh bulan kehamilan), dan lain sebagainya, adalah tradisi amaliyah NU yang rutin dilakukan dalam kegiatan harian secara senang hati, suka rela, penuh guyub, sudah seperti ibadah wajib dan ibarat telah mendarah daging di tengah masyarakat.

Keempat, tradisi fikrah (berpikir) NU. Para ulama dan warga NU memiliki gaya dan metodologi berpikir yang khas. Keilmuan ulama NU ber-nasab dan ber-sanad hingga sampai ke Rasulullah. Metodologi berpikirnya dibentuk dengan tradisi mengaji kitab kuning dan terus hidup dengan wadah pesantren. NU mendasarkan faham keagamaan kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma dan Qiyas.

Dalam memahami dan menafsirkan Islam dari sumber-sumber tersebut, NU mengikuti paham ahlusunnah wal jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan madzhab. Dalam fikrah berpegang pada prinsip tawasuth, tawazun, i’tidal dan tasamuh, yang senantiasa membentuk keluwesan NU dalam berpikir mengikuti zaman.

Kelima, kiai dan santri. Tradisi relasi kiai dan santri dalam NU menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuatan NU. Kiai menjadi sumber ilmu dan kebijakan bagi santri. Kiai dengan kealiman dan keulamaannya senantiasa mengayomi dan membimbing seluruh warga NU yang menjadi santri dalam seluruh aspek kehidupannya. Karena agama mangatur semua hal dalam kehidupan, baik akhlak, ilmu, ekonomi, sosial, dan juga berbagai persoalan lainnya termasuk politik.

Kekuatan Jama’ah dan Jam’iyyah

Keenam, jamaah dan jam’iyyah. Tidak dipungkiri jumlah jamaah NU yang lebih dari 95 juta menjadi bagian dari kekuatan. Dalam istilah Gus Mus, jamaah merupakan isi, dan jam’iyyah merupakan wadahnya. Mestinya jamaah ini harus lebur ketika diwadahi jam’iyyah. Jika saat ini dengan jamaah besar meski secara organisatoris belum maksimal sudah demikian diperhitungkan. Tentu jika jamaah NU terorganisir dengan baik dalam jam’iyyah, akan sangat disegani. Khidmahnya pun kian besar membawa manfaat bagi masyarakat di tingkat nasional hingga ke dunia internasional.

Ibarat dalam filosifi menanam sebuah pohon. Pohon besar tidak bisa hanya dirawat dengan memperhatikan batang, dahan, rimbunnya daun, dan banyak buah tanpa memperhatikan akarnya. Sebab, akar menjadi kunci dari pohon tersebut untuk memenuhi nutrisi dalam tumbuh dan berkembang, serta mengokohkan pertahanan untuk tidak roboh.

Demikian halnya dalam hal ini NU, menyambut abad kedua ini jika ingin terus tumbuh menjadi semakin besar dan menciptakan raksasa keberkahan kian luas, harus senantiasa menjaga dan memelihara semua aspek yang menjadi akar NU kuat dan kokoh tersebut. Wallahu a’lam bish-shawab. []

Tags: Harlah NUKeberkahanNahdlatul UlamaSatu Abad NU
Rochmad Widodo

Rochmad Widodo

Rochmad Widodo adalah Asisten Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadits, Pendidikan Terintegrasi Kader Ulama-Pemimpin Berakhlakul Qur’ani Berwawasan Kebangsaan di Kota Bekasi.

Terkait Posts

Perayaan Nyepi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

22 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Perempuan Harus Berpolitik

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

19 Maret 2023
Pembahasan Childfree

Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini

18 Maret 2023
Bimbingan Skripsi, Kekerasan Seksual

Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual

17 Maret 2023
Kekerasan Simbolik

Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perayaan Nyepi

    Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist