• Login
  • Register
Selasa, 24 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Ilustrasi Laki-laki Setia

Napol Napol
04/10/2017
in Kolom
0
laki-laki setia

laki-laki setia

20
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di suatu kesempatan, saat aku meng-scroll timeline facebook, lewatlah satu status yang dibagikan oleh salah seorang teman facebook. Pemilik status itu bernama Widya Safitri. Judul dan foto yang dilampirkannya cukup menarik perhatian: “Suami, Bisakah Kamu Tak Menikah Lagi Bila Ditinggal Istri?”, dengan lampiran foto seorang driver Uber dari angle belakang. Terlihat seperti foto candid, atau memang sengaja agar tidak tampak wajah driver tersebut. Membaca penggalan status yang tampak seperti jurnal singkat itu, aku penasaran.”Wah, apaan nih?”, pikirku. Bagaimana ilustrasi laki-laki setia?

Aku pun meng-klik status itu untuk membaca seluruh isinya. Dan, wow, ternyata kiriman yang bersumber dari akun facebook ‘Mama Kuat’ ini sudah dibagikan oleh ribuan orang. Berikut isi lengkap status tersebut:

Suami, Bisakah Kamu Tak Menikah Lagi Bila Ditinggal Istri?

Namanya Pak Yusuf, driver Uber Tionghoa yang mengantar kami hari ini. Berkali-kali minta maaf karena telat harus nge-drop seorang nenek berusia 72 tahun yang dititipkan anaknya. Saya pribadi merasa kagum bagaimana ia menjemput nenek itu di RS dan kemudian mengantarkannya ke rumah yang tak terkunci dan tak ada siapa-siapa. Hati saya sekaligus sesak mengapa seorang anak bisa begitu sibuk membiarkan orangtuanya sendirian ke RS. Dengan emosi saya bilang, “Tuh anak pasti dibales sama anaknya nanti. Hukum karma pasti berlaku.”

“Jangan, Mbak. Kita doakan saja anaknya punya rezeki lebih. Biar bisa bayar orang atau nanny buat jagain mamanya.” Plak! Saya tertampar. Karena terbawa emosi, saya men-judge seseorang tidak peduli dengan orangtuanya. Bisa jadi ia memang harus bekerja untuk keluarganya, punya bos galak yang gak ngebolehin cuti. Siapa saya bisa berpikir seperti itu. Duh Gusti… ampun beribu ampun dengan hati dan mulut yang telat hijrah.

Baca Juga:

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan

Pentingnya Komitmen Suami dan Istri dalam Kerja Domestik dan Publik

Sambil mendengarkan lagu mandarin yang diputar si Bapak, ia terus bercerita dari kualitas air di rumahnya yang begitu bagus hingga ia menjadi supir Uber untuk menghabiskan waktu. Ada satu poin yang meggelitik saya untuk bertanya ketika ia bilang bosan di rumah tak ada siapa-siapa, maklum kepo saya tingkat tinggi. 

“Bapak tinggal sendiri memangnya?”, saya bertanya itu karena ia sudah tua usianya. Sekitar 55 tahun lebih.

“Sama anak perempuan saya, Mbak. Tapi ia pergi kerja. Dia dokter hewan.”

“Ibu gak ada di rumah, Pak?”, pikir saya mungkin sedang keluar kota atau sudah pisah.

“Maaf, Dek. Istri saya sudah meninggal semenjak anak saya lahir. Saya yang mengurus anak saya seorang diri dibantu mama saya saat beliau masih hidup.”

“Bapak tidak menikah lagi selama ini?”, menegaskan selama 28 tahun kok bisa laki-laki hidup tanpa istri.

“Saya gak bisa, Dek. Saya selalu ingat istri dan terbayang waktu ia melahirkan anak saya begitu susahnya hingga ia meninggal. Saya takut istri baru nanti gak sayang sama anak saya. Saya sayang banget sama anak saya, waktu lahir dulu ia tidak bersuara dan kuning badannya. Dirawat di RS sampai 3 minggu lamanya. Mereka yang membuat saya tidak bisa menikah lagi. Teman-teman bilang saya bodoh. Tapi yah kasihan perempuan yang mau deketin saya kalau hati saya hanya untuk istri saya.”

Nyesss… berasa diguyur air es di udara siang bolong. Mata langsung hangat mendengar cinta dan kasih sayang seorang suami kepada mendiang istri, kasih sayang bapak kepada anak gadisnya. Cinta sejati itu ada ternyata dan bukan di film India semata.

Jadi kesibukan si Bapak sehari-hari adalah antar-jemput anak gadisnya. Daripada pulang ke rumah, ia ngUber untuk menghabiskan waktu hingga saat menjemput anaknya tiba. Hal ini ia lakukan karena tidak tega anaknya naik ojek dan pernah jatuh saat itu. Ia ingin memastikan anaknya selamat.

“Duh, Pak. Terima kasih untuk sharingnya. Saya senang banget bisa dengar cerita bapak. Sebagai seorang wanita kita semua mendambakan punya suami yang setia seperti Bapak. Saya minta fotonya ya, Pak”

“Malu ah, Dek. Saya jelek.” 

Dari samping aja deh, Pak. Buat bukti Pejuang Cinta Sejati dan inspirator buat para pria di luar sana. 

Wah, membacanya membuatku terharu. Sebagai lelaki lajang yang bahkan belum pernah pacaran, tentu aku belum merasakan suka-duka memiliki ikatan dengan seseorang yang dicintai, dan berkomitmen dengannya.

Yang kupahami soal kesetiaan adalah sesederhana ketika aku memiliki suatu barang, misalnya smartphone yang sudah cukup memenuhi kebutuhanku. Aku tidak melirik smartphone keluaran terbaru dengan spesifikasi yang lebih wah. Meski tabunganku cukup untuk membelinya. Itu hanya benda.

Komitmen dengan manusia, terlebih dengan orang yang kita cintai, tentu lebih dalam lagi maknanya dari sekadar hape.

Sedangkan realita yang ada di sekitarku, laki-laki yang menikah lagi selepas ditinggal istrinya (karena cerai atau ditinggal mati), adalah fenomena yang biasa terjadi. Jangankan yang begitu, yang poligami saja masih banyak, dengan segala dalil agama sebagai pembenarnya.

Fenomena ini telah membangun stigma di masyarakat, bahwa laki-laki cenderung tidak setia. Dan kisah Bapak Yusuf tadi, telah menjadi satu bukti, bahwa laki-laki juga bisa setia kepada pasangannya, bahkan setelah ditinggal selama bertahun-tahun.

Ini membuatku cukup yakin, bahwa masih banyak Bapak Yusuf Bapak Yusuf lain di luar sana, hanya saja tidak terekspos kisahnya. Bapak Yusuf telah menginspirasiku untuk bisa sepertinya; setia pada satu pasangan hidup saja. Semoga banyak laki-laki lain yang juga terinspirasi dan bisa membuktikan bahwa laki-laki juga bisa setia pada satu perempuan. Sehingga stigma yang ada perlahan terkikis, tergantikan dengan kisah-kisah inspiratif pasangan suami-istri yang saling setia, sehidup semati.[]

Tags: kata siapa lelaki tidak setiaLaki-laki juga setiasuamiSuami membantu istri
Napol

Napol

Terkait Posts

Korban KBGO

Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

23 Juni 2025
Spiritual Awakening

Spiritual Awakening : Kisah Maia dan Maya untuk Bangkit dari Keterpurukan

23 Juni 2025
Khadijah

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

22 Juni 2025
Teman Disabilitas

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

21 Juni 2025
Jangan Bermindset Korban

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

21 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hakikat Berkeluarga

    Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spiritual Awakening : Kisah Maia dan Maya untuk Bangkit dari Keterpurukan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Salim dan Debat Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah
  • Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun
  • Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi
  • Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID