• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kolaborasi Keilmuwan Pesantren dan Perguruan Tinggi untuk Membangun Peradaban Berkemanusiaan

Kolaborasi yang epic antara pesantren, NGO, dan perguruan tinggi untuk mensukseskan KUPI II adalah sebuah kerjasama keilmuan yang melahirkan pola baru gerakan kemanusiaan

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
29/11/2022
in Publik
0
Pesantren. Perguruan Tinggi

Pesantren. Perguruan Tinggi

446
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada momen yang sangat mengharukan pada acara pembukaan International Converence di Semarang hari ini 23 November 2022. Nyai Badriyah Fayumi dalam sambutan pembukanya menyatakan keharuan dan kebanggaannya atas partisipasi seluruh elemen masyarakat dan dukungan yang diberikan pada semua side event perhelatan KUPI II.

Dengan suara yang bergetar, Nyai Badriyah menyatakan bahwa KUPI sebagai gerakan terbukti mampu menyatukan seluruh pihak yang memiliki pandangan dan misi yang sama untuk peradaban dan kemanusiaan.

Kolaborasi yang epic antara pesantren, NGO, dan perguruan tinggi untuk mensukseskan KUPI II adalah sebuah kerjasama keilmuan yang melahirkan pola baru. Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan tertua di Indonesia memiliki akar keilmuan agama yang kuat.

Sedangkan perguruan tinggi dengan ciri khas keilmuan yang spesifik dan tematik mampu menajamkan sebuah metodologi. Maka Kerjasama antar keduanya akan mampu menciptakan peradaban baru berpendekatan kemanusiaan. 

Daftar Isi

    • Pemilihan Pesantren sebagai lokasi perhelatan KUPI II
  • Baca Juga:
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama
  • Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis
  • Atensi Pesantren Menjawab Isu Lingkungan
    • Sumbangsih Perguruan Tinggi bagi KUPI
    • Kolaborasi pesantren dan perguruan tinggi untuk peradaban berkemanusiaan

Pemilihan Pesantren sebagai lokasi perhelatan KUPI II

Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia dengan seperangkat komponennya yang meliputi masjid, asrama, santri kiai, dan guru. Pesatnya perkembangan sosial masyarakat mengharuskan pesantren terlibat dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi di sekelilingnya.

Baca Juga:

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis

Atensi Pesantren Menjawab Isu Lingkungan

Peran tersebut harus kita lakukan karena pesantren lahir dari sebuah tradisi dan budaya. Pesantren menurut Mohammad Takdir Ilahi (2014) pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan alternatif. Yakni guna menciptakan iklim keagamaan berbasis moral di tengah globalisasi.

Seiring dengan semakin terbukanya akses pendidikan bagi semua kalangan, pesantren juga mengalami perubahan signifikan. Kepemimpinan di beberapa pesantren juga mengalami perubahan. Pesantren tak lagi menutup akses bagi perempuan untuk memimpin. Menurut Asmani & Jamal Ma’mur (2015)  perubahan ini didorong oleh aktivitas kyai dalam gerakan kesetaraan gender yang massif dilakukan pada dekade 1980 an, utamanya oleh Nahdlatul Ulama. 

Puncaknya, menurut  Farida & Kasdi (2018) para ulama perempuan yang mayoritas terdiri dari kumpulan nyai membentuk kekuatan bersama dalam wadah KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia). Keberadaan nyai atau ulama perempuan dalam kancah keulamaan acapkali kita lupakan.

Maka kehadiran KUPI menurut (Husein Muhammad, 2020) adalah sebuah ikhtiar yang besar untuk menghidupkan kembali eksistensi kepemimpinan ulama perempuan. Terutama dalam pengambilan otoritas keagamaan sebagaimana terjadi sepanjang sejarah peradaban Islam.

Melihat bagaimana tren keterlibatan nyai dalam kepemimpinan di pondok pesantren, maka pemilihan pesantren sebagai lokasi diadakannya KUPI menjadi sangat relevan. Sekaligus sebagai bentuk pembuktian bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengelola dan memimpin sebuah pesantren.

Sumbangsih Perguruan Tinggi bagi KUPI

Terdapat 3 side even yang perguruan tinggi gelar, sebelum pelaksanaan Kongres KUPI II. Kegiatan tersebut antara lain:

Pertama, Konferensi Pusat Studi Gender & Anak: Pra Kongres Kupi II yang diselenggarakan oleh UIN Raden Fatah Palembang pada 15-17 November 2022. Dalam kegiatan ini, terdapat presentasi 100 paper yang berkaitan dengan Peran PSGA dan Ulama Perempuan dalam Upaya Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Satuan Pendidikan Keagamaan. 

Kedua. Mubadalah Postgraduate Forum yang diselenggarakan di UIN Semarang. Forum ini bertujuan untuk menghimpun berbagai riset yang peneliti, mahasiswa, dosen, maupun praktisi yang lakukan, dengan menggunakan mubadalah sebagai pendekatan penelitian.

Forum ini terselenggara pada 22 November 2022 di kampus 1 UIN Walisongo Semarang. Acara mulai dengan pemaparan materi oleh 4 narasumber dengan latar belakang peneliti. Berlanjut dengan presentasi paralel

Ketiga, International Conference yang diselenggarakan di kampus 3 UIN Walisongo Semarang. Peserta kegiatan ini kurang lebih 750 orang, baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam International Conference ini, peneliti dari berbagai negara akan mempresentasikan gagasannya berkaitan dengan gerakan keulamaan perempuan yang ada di negara masing-masing. 

Kolaborasi pesantren dan perguruan tinggi untuk peradaban berkemanusiaan

Kerjasama antara pesantren dan perguruan tinggi dalam menyambut KUPI II menunjukkan bahwa KUPI sebagai gerakan melibatkan berbagai pihak. Nyai Badriyah Fayumi berharap, perguruan tinggi mampu melahirkan metode dan pendekatan baru dalam penelitian.

Sedangkan pesantren dengan pola keilmuan keagamaan yang luas, akan menggunakan metode tersebut untuk pengembangan basis keilmuan. Jika kolaborasi keduanya bisa kita pertahankan, maka pemahaman agama bisa gender yang terlegitimasi oleh tafsir atas nash yang patriarki bisa kita minimalisir. 

Pesantren dan perguruan tinggi adalah dua lembaga pendidikan yang saling berkaitan. Maka Nyai Badriyah Fayumi dalam pembukaan International Converence berharap kerjasama keduanya untuk mewujudkan peradaban yang berkemanusiaan tetap berlanjut. Tidak hanya saat perhelatan KUPI namun untuk kerja-kerja kemanusiaan selanjutnya. []

Tags: Kongres Ulama Perempuan IndonesiaKUPI IINyai Badriyah FayumiPerguruan TinggiPondok Pesantren
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Pengelolaan Sampah

Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?

31 Januari 2023
Aborsi Korban Perkosaan

Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan

31 Januari 2023
Pemakaman Muslim Indonesia

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

30 Januari 2023
Ulama Perempuan

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

30 Januari 2023
Tradisi Tedhak Siten

Menggali Makna Tradisi Tedhak Siten, Benarkah Tidak Islami?

29 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist