• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mengenang Habibie Bapak Kebudayaan yang Gigih

Embi C Noer Embi C Noer
12/09/2019
in Publik
0
Bapak Kebudayaan yang gigih

Bapak Kebudayaan yang gigih

5
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada beberapa kenangan yang muncul saat Pak Habibie wafat. Tapi sebelum menceritakan tentang kenangan, saya ingin menyampaikan dukacita sedalam-dalamnya atas wafatnya Pak Habibie. Beliau secara pribadi saya anggap sebagai Direktur Kepala dari Sekolah Indonesia, sebuah sekolah yang guru-guru dan murid-muridnya masih sangat banyak yang bandel, yang ngawur, keras kepala, dan terutama banyak yang malas belajar dan berlatih. Semoga Pak Habibie tenang di sisi-Nya. Aamiin. Pak Habibie akan kami kenang sebagai Bapak Kebudayaan yang gigih

Ketika Pak Habibie berhasil membuat pesawat terbang CN-235, saya terlibat dalam produksi film dokumenternya, untuk membuat dan menata unsur musiknya. Saat itu teknologi musik masih serba analog belum digital, sehingga ketika saya ingin membuat musik dengan idiom bunyi elektronik, saya harus menggunakan beberapa tape recorder open reel, beberapa sound efek untuk gitar sebagai alat rekam dan putar.

Seluruh musik direkam dalam pita 1/4 inch. Prosesnya sangat heboh. Dalam satu proses pembuatan musik looping, Wieka saya minta untuk ikut membantu memegangkan pinsil yang dilewati pita looping yang saya playback, sebagai sumber suara yang akan direkam. Tentu saja apa yang saya lakukan ini sangat menggelikan para generasi digital.

Pembuatan film dokumenter CN-235 salah satu tujuannya akan dijadikan alat untuk memangggil pulang putra terbaik bangsa yang tersebar di seluruh dunia, karena itu Pak Habibie berpesan agar di akhir film diputar lagu Indonesia Pusaka gubahan Ismail Marzuki.

Kenangan lain, yang pernah juga saya tulis di FB ini, adalah kenangan ketika merasa sangat geram dan malu (khawatir). Hal itu terjadi ketika saya menyaksikan lewat layar televisi, Pak Habibie yang telah resmi menjadi presiden RI, untuk pertama kali menghadiri Sidang Paripurna di gedung DPR RI dan ketika Pak Habibie masuk ke dalam ruang sidang yang terhormat, disambut oleh hadirin dengan gumaman ‘huu…’

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Baca Juga:

Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw

Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

Saking geramnya saya menulis surat pembaca di koran Republika. Tulisan itu dibalas secara pribadi oleh Bang A.Makmur Makka, beliau menyatakan terimakasih atas dukungan saya pada Pak Habibie. Mungkin gumam suara ‘huu..’ saat itu adalah titik awal keruntuhan etika politik di tanah air, yang terus porak-poranda sampai hari ini. Saya ingat betul saat itu, bagaimana hampir semua media cetak yang besar setiap hari menghantam Pak Habibie sebagai presiden baru. Perut saya mual jika melihat bagaimana saat itu secara sistematis Pak Habibie ‘dihabisi’ entah oleh siapa, yang pasti mereka adalah gerombolan dedengkot pembenci kemajuan bangsa Indonesia!

Kenangan terakhir adalah kenangan ketika Pak Habibie riwayat hidupnya dibuat karya film. Mungkin banyak kalangan kecewa karena dalam film Pak Habibie tidak dijadikan propaganda bapak budaya teknologi tinggi Indonesia tetapi Pak Habibie sebagai tokoh dalam sebuah kisah cinta kekasih yang agung (great lover).

Tapi bagi saya film tersebut sangat strategis karena menyampaikan keindahan cinta suami istri yang digambarkan dengan sangat ‘awam’ sehingga dapat diapresiasi oleh semua lapisan masyarakat. Ketika film itu diputar, penonton berbondong-bondong seperti dulu menyambut film percintaan Shopan Sophiaan dan Widawati dalam Romi dan Yuli.

Indonesia butuh kebangkitan kesadaran dan ketrampilan teknologi tinggi, khususnya teknologi tinggi yang ramah dan mencintai manusia. Bukan teknologi tinggi yang akan mengasingkan manusia. Dan hal itu bisa digali dari kisah cinta Pak Habibie pada istri dan keluarganya. Cinta yang mengantarkannya kepada cinta terhadap agama.

Selamat jalan Pak Habibie. Pak Habibie akan kami kenang sebagai Bapak Kebudayaan yang gigih. Perjuangan Kebudayaan belum selesai dan insyaallah akan kami lanjutkan agar kebudayaan bangsa Indonesia terus bergerak mendekati kesempurnaan.

Semoga Allah SWT memudahkan seluruh proses kemajuan kebudayaan Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita masyarakat bangsa Indonesia, cita-cita yang terpatri dalam butir-butir Pancasila. Semoga.[]

Embi C Noer

Embi C Noer

Terkait Posts

Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Kasih Sayang Islam

Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

29 Maret 2023
Ruang Anak Muda

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

29 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist