• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Rasa Kehilangan Ayah, Bully, dan Daddy Issues yang Dihadapi Anak Perempuan 

Daddy Issues merupakan istilah umum untuk menggambarkan keadaan seorang perempuan yang tidak memiliki figur ayah semasa kecil, atau tidak mempunyai hubungan yang baik dengan ayahnya

Yuyun Khairun Nisa Yuyun Khairun Nisa
09/03/2023
in Keluarga
0
Rasa Kehilangan Ayah

Rasa Kehilangan Ayah

882
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Media sosial baru-baru ini heboh dengan berita anak SD yang bunuh diri karena menjadi korban bully lantaran tak punya ayah alias yatim. Sontak hatiku merasa pilu, air mata tak lagi dapat terbendung. Pasalnya, sebagai anak yatim, aku merasa relate dengan bagaimana perasaan kehilangan Ayah.

Waktu itu kira-kira aku berusia 11 tahun, duduk di bangku kelas 6 SD. Seringkali aku merasa iri dengan teman-teman yang diantar ayahnya ke sekolah. Terkadang aku juga merasa sepi karena tak ada lagi sosok Ayah yang menemani belajar. Beruntungnya, aku tidak sampai dibully, lain cerita dengan anak-anak yatim lainnya.

Di usia remaja dan memasuki dewasa muda, aku semakin mendambakan sosok ayah. Rasa kehilangan ayah terasa nyata. Membayangkan momen-momen di mana saling melempar tanya, bercengkrama, atau menikmati kopi berdua. Sosok ayah memang selalu istimewa, terlebih bagi anak perempuannya.

Ada sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa kedekatan hubungan antara ayah dan anak perempuannya bisa berdampak pada kualitas hidup sang anak. Linda Nielsen melakukan penelitian ini. Dia adalah seorang profesor pendidikan di bidang psikologi anak dan remaja Wake Forest University, USA.

Daftar Isi

    • Hubungan Ayah dan Anak Perempuan
  • Baca Juga:
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri
  • Nafkah Keluarga Bisa dari Harta Istri dan Suami
    • Daddy Issues
    • Kekerasan Simbolik

Hubungan Ayah dan Anak Perempuan

Melansir dari artikel Halodoc, ia mengatakan bahwa tumbuh kembang anak perempuan menjadi perempuan dewasa bergantung pada kualitas hubungannya dengan sang ayah. Semakin dekat hubungan ayah dan anak, maka akan semakin baik kehidupan anak di masa depan.

Baca Juga:

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

Nafkah Keluarga Bisa dari Harta Istri dan Suami

Dari hasil penelitian ini, dapat kita artikan juga bahwa tanpa adanya peran ayah dalam tumbuh kembang anak, maka anak cenderung akan mengalami kerentanan. Seperti terkena bully, atau khususnya anak perempuan kerap kali mengalami Daddy Issues. Apakah itu?

Daddy Issues merupakan istilah umum untuk menggambarkan keadaan seorang perempuan yang tidak memiliki figur ayah semasa kecil, atau tidak mempunyai hubungan yang baik dengan ayahnya.

Istilah Daddy Issues dalam dunia psikologi berkorelasi dengan teori kajian psikoanalisisnya Sigmund Freud yakni Oedipus Complex. Di mana anak mengalami ketertarikan seksual terhadap lawan jenis yang usianya terpaut jauh lebih tua.

Oleh karenanya, anak perempuan yang dibesarkan tanpa sosok ayah, kita sadari atau tidak, cenderung memiliki Daddy Issues dalam hubungan romantisnya. Memilih pasangan yang jauh lebih tua karena dianggap bisa mengayomi, atau bahkan sekaligus dapat ‘mengisi’ sosok ayah yang hilang dalam kehidupannya.

Daddy Issues

Sebenarnya, setiap orang punya otoritas penuh atas pilihan hidupnya, termasuk dalam hal memilih pasangan. Baik yang selisih usianya lebih tua, atau bahkan lebih muda. Sekalipun dengan atau tanpa Daddy Issues yang ia alami. Selagi kedua pihak bisa saling menerima pasangan apa adanya pun ada apanya. It’s OK.

Namun, hubungan yang terpaut jauh usianya dengan pasangan tidak menjamin akan berjalan mulus. Hubungan yang terindikasi Daddy Issues di dalamnya, hanya akan berjalan baik ketika dilakukan dengan niat dan cara yang baik pula.

Misalnya, berlandaskan dengan suka sama suka, menjalin hubungan semata-mata untuk kebaikan, tanpa ada niat mendominasi, mendiskriminasi, dan ragam perilaku buruk lainnya. Karena jika tidak demikian, tak ayal jika nantinya akan terjebak dalam hubungan toxic relationship alias hubungan beracun.

Toxic relationship dengan pasangan yang usianya terpaut jauh lebih tua bisa kita kenali dari bentuk kekerasan non fisik yang kita rasakan. Maka dari itu, penting banget memahami bentuk-bentuk kekerasan yang rentan perempuan alami. Karena kekerasan tidak hanya berupa fisik, tetapi kekerasan non fisik juga bisa berdampak serius loh bagi korban. Lantas, kekerasan non fisik seperti apa sih contohnya?

Kekerasan non fisik ini seringkali tidak mudah kita deteksi. Tapi, kalo salingers punya daya lenting mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan, selamat kamu bisa bebas dari jebakan hubungan beracun itu!

Jadi, bentuk kekerasan non fisik ini salah satunya ialah kekerasan simbolik yang berusaha untuk melegitimasi adanya dominasi. Kekerasan simbolik ini meskipun berupa ucapan, tetapi sangat bisa berdampak pada psikis bahkan fisik seseorang.

Kekerasan Simbolik

Dalam kasus hubungan dengan pasangan yang terpaut jauh usianya, bentuk kekerasan simbolik bisa berupa perhatian, pujian, rayuan seperti “Kita ini dipertemukan karena memang sudah takdir-Nya”, atau bisa juga berupa iming-iming kemewahan dengan janji dibelikan rumah, mobil, cincin berlian, atau bisa juga diiming-imingi beasiswa S2.

Bentuk kekerasan simbolik lainnya juga bisa berupa stigma. Perempuan yang menjalin hubungan dengan pasangan yang terpaut usia sangat jauh mudah dilabeli “perempuan murahan” atau “perempuan mata duitan”,  jika pasangannya itu laki-laki yang dari segi finansial sangat mapan, alias kaya.

Bagi yang tidak mempersoalkan omongan orang, stigma itu bukan jadi suatu masalah. Namun, segala macam bujuk rayu untuk mendapatkan dominasi itu sangat penting untuk kita hindari. Karena harga diri perempuan sejatinya terletak pada sisi kemandiriannya, terutama mandiri secara finansial.

Jika mendapati hubungan toxic yang terindikasi Daddy Issues pada perjalanan asmaramu atau orang lain, jangan ragu untuk memutuskan atau menyarankan agar segera melepas hubungannya. Setiap anak perempuan berhak merdeka. Tidak apa-apa memiliki rasa kehilangan ayah, atau kehilangan sosok yang pernah mengisi hari-hari dalam hidupmu. Asalkan tidak kehilangan dirimu sendiri. Because you are worth than anything. []

Tags: Anak YatimayahBunuh DirikeluargaKesehatan Mentalorang tuaparentingpengasuhan
Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa

Yuyun Khairun Nisa, lahir di Karangampel-Indramayu, 16 Juli 1999. Lulusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember. Saat ini sedang bertumbuh bersama AMAN Indonesia mengelola media She Builds Peace Indonesia. Pun, tergabung dalam simpul AMAN, Puan Menulis (komunitas perempuan penulis), dan Peace Leader Indonesia (perkumpulan pemuda lintas iman). Selain kopi, buku, dan film, isu gender, perdamaian dan lingkungan jadi hal yang diminati. Yuk kenal lebih jauh lewat akun Instagram @uyunnisaaa

Terkait Posts

Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Mengasuh Anak Tugas Siapa

Mengasuh Anak Tugas Siapa?

29 Maret 2023
Kewajiban Orang Tua

Kewajiban Orang Tua Menjadi Teladan Ibadah bagi Anak

29 Maret 2023
Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Sahabat bagi Anak

Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

25 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist