• Login
  • Register
Kamis, 2 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Sepenggal Kisah Nyai Ngasirah

Aslamiah Aslamiah
04/10/2020
in Figur, Sastra
0
201
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Di bawah langit yang cerah, dengan sumber dari cahaya remang-remang bulan sabit, di halaman atau tlatar rumah yang cukup besar dibanding rumah yang lain. Sepasang suami-istri tampak murung dan bermuram durja. Hembusan angin semriwing remang cahaya dan canda tawa anak-anak justru semakin membuat keduanya berduka. Modirono dan istrinya, Aminah dibibirnya dipenuhi kata-kata, tetapi bibirnya tak sanggup berucap. Masih terkenang kala putri semata wayangnya duduk berdampingan dengan seorang lelaki ningrat, duduk dihadapan ayahnya. Masih jelas pula dalam ingatan ucap ijab kabul itu.

“Nduk, tak nikahke seliramu lan tak kawinke seliramu kelawan Kanjeng Raden Mas Adipati Sosroningrat kanthi mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.”

Sang Adipati menjawab dengan lantang dan gagah,

“kobiltu, saya terima nikah dan kawinnya Ngasirah binti Modirono dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.”

“Sah sedulur sedoyo?” seru penghulu. “Sah!”.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih
  • 7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam
  • Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

Baca Juga:

Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

Sungguh, rasa-rasanya baru kemarin ia menghibur hati putrinya itu.

“Wis to nduk, ojo nangis terus. Ini sudah takdir kamu menjadi istri Ndoro Kanjeng”

“Buuk” rintih Ngasirah.

“Kamu harus kuat, harus sabar, jangan nangis terus. Lihat Bendoro Kanjeng itu, dia pasti suami yang baik. Kamu harus senang dan bahagia hidup bersama Ndoro Kanjeng, sudah saatnya kamu pergi dari rumah ini.” Ucap Aminah kepada Ngasirah.

Kalimat itu menjadi pesan terakhir kepada anaknya, itulah saat terakhir Aminah melihat putrinya. Sejak saat itu hingga sekarang ini ia dan putrinya belum pernah lagi bertemu. Ngasirah menjalani hidup baru di Mayong. Ia yang belum pernah pergi jauh, sekali pergi tidak kembali selama-lamanya. Ia kalah dengan nasih dan adat yang lebih berkuasa dari pada suara kerinduan seorang ibu kepada putrinya.

“Semoga gusti Allah senantiasa menjaganya, melindunginya, meridhai hidupnya mari kita pasrah kita sabar semoga Ngasirah bisa menjalankan bakti sebaik-baiknya kepada suaminya.” ucap Haji Modirono.

Malam itu menjadi malam yang amat sangat menyedihkan dan memilukan bagi sepasang suami istri itu. Aminah dan Modirono selama ini sedikit banyak tahu perkembangan kehidupan putrinya dari mulut ke mulut pun kadang hembusan angin. Sebagai orangtua yang mendapatkan didikan dan gemblengan agama yang cukup; keduanya sudah menunaikan rukun islam yang terakhir, mengunjungi Baitullah dan ia juga memiliki pergaulan yang luas sebab Modirono adalah seorang mandor.

Kabar terdengar dari telinganya, Ngasirah putri semara wayangnya kini tengah hamil besar calon putra pertamanya. Lahir  sebagai orang Jawa, ia menjaga nilai-nilai luhur Jawa, bahkan mereka bisa menghitung-hitung kemungkinan kelahiran cucunya.

“Insyaallah jika Allah menghendaki, semoga tidak salah, besok anak kita melahirkan Buk”

“Iya pak, ibu rindu, ibu ingin bertemu Ngasirah.”

Sebagai rakyat kecil, orang biasa, kawulo alit, hati mereka didesaki dengan rasa tak enak. Walau hati mereka berkeinginan besar untuk berjumpa dengan anaknya, tapi membayangkan kemungkinan buruk bahwa sang Adipati bisa saja tak berkenan menerima kedatangan mereka.

“Kita sudah melakukan sebaik-baiknya usaha untuk keselamatan dan kesehatan anak kita Bu. Selama ini sejak kita mendengar anak kita hamil, kau selalu berpuasa untuk keselamatan, kesehatan, dan ridha Allah untuknya. Kau kosongkan perutmu. Malam-malam kau bangun, shalat tahajud, untuknya. Kau berdoa sebaik-baiknya untuk putrimu, untuk kehamilannya. Bu saatnya kita tawakal, kita pasrah. Semoga allah menyelamatkan kelahirannya, jika cucu kita perempuan, semoga kelak cucu kita adalah cucu yang terbaik, berguna bagi sesama, bagi kaumnya juga agamanya. Jika cucu kita laki-laki semoga kelak menjadi orang yang berguna bagi kaumnya, cerdas, dan shalih…” Mendengar ucapan suaminya, Aminah mengangguk sementara air matanya mengucur deras.

Sosroningrat wajahnya tampak cemas dan pucat, tiada lain karena jiwanya tengah menanti kelahiran seorang anak dari rahim istri yang taat, lugu dan sederhana itu. hatinya merapal doa, agar sang istri bisa melewati masa-masa gentingnya.

“Sakit mbok, sakit…” berkali-kali Ngasirah hanya bisa merintih. Bayangan ayah dan ibunya menari-nari dengan bayangan kematian. Air mata yang berderai adalah air mata kesakitan dan kerinduan kepada kedua orangtuanya. Bahkan nama suaminya seperti terlupakan.

Hari itu hari Rabu Pahing, 10 April 1877, bertepatan dengan 27 Rabiul awwal tahun 1927 H. Bumi Mayong kedatangan tamu baru laki-laki keluar dari rahim Ngasirah. Jabang bayi itupun segera diurapi dengan adat dan tradisi muslim.

“Ku beri nama putra kita ini dengan Sosrokartono!” Ario Sosrononingrat berkata dengan lantang dan yakin penuh harap.

Hari demi hari Ngasirah mendidik Sosrokartono dengan keikhlasan hati dan ketulusan jiwa.

“Mbok, anakku ini tak seperti kakak-kakaknya, apa aku salah mendidiknya mbok?” Tanya Ngasirah kepada mbok Rami, emban setianya.

Kakak-kakak yang dimaksud yakni anak-anak dari Woerjan, istri pertama Ndoro Kanjeng Sosoroningrat. Ya, Ngasirah adalah seorang selir, istri ampil.

“Tidak den Ayu, saya sudah lama ikut ndoro kanjeng, saya tahu watak dan kebiasaan ndoro. Selama mengandung Den Sosro, Ndoro ayu selalu melantunkan ayat-ayat suci, den ayu suka berpuasa, suka mutih. Den ayu menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Den Ayu adalah seorang yang terpuji, tak heran sebab ayah dan ibu Den Ayu adalah orang yang dekat dengan Gusti Allah”. Ucap Mbok Rami kepada Ngasirah.

“Alif…, ba’, ta’,” begitu sering kali Ngasirah mengajari membaca huruf-huruf hijaiyah pada Sosrokartono ketika ia sambil membawa gendongan, dan ada Kartini adiknya, yang tertidur pulas di situ. Dua tahun setelah Sosrokartono lahir, ibunya melahirkan adiknya, Kartini. Ia harus berbagi kasih dan ASI kepada adiknya.

“Anakku, kau harus pintar, pintar mengaji pintar membaca. Jangan lupa Gusti Allah!” ucap Ngasirah pada suatu senja.

Sosrokartono, dengan laku tirakatnya dan lagu spiritualnya yang paling populer “Sugeh tanpo bondo (kaya tanpa harta) digdoyo tanpo aji (tak terkalahkan tanpa kesaktian)”, Merupakan seorang ningrat yang lahir di pedalaman Jepara, dari seorang ibu biasa namun mengalir darah ningrat dari bapaknya. Ia adalah seorang poliglot, penguasa 26 bahasa asing dan 10 bahasa Nusantara. Meskipun puluhan tahun bersekolah di Belanda dan berpetualang ke Eropa, ia tetap mecintai bangsanya sendiri.

Sosrokartono pelajar pertama dari bangsa Hindia di Negeri Kompeni, wartawan perang Dunia 1 hingga pulang ke tanah air demi mengabdikan hidupnya untuk sesama anak negeri. Saat ia kembali ke bumi pertiwi, tokoh-tokoh muda pergerakan dan anak-anak emas pada zamannya, salah satunya adalah Bung Karno menjadikan Sosrtokartono guru politik dan spiritual. Tentu dibalik kehebatan Sosrokartono tak lain sebab doa panjang tiap malam seorang ibu, Ngasirah. Rapalan doa keselamatan dan laku tirakat semasa Ngasirah mengandung Sosrokartono hingga ia terlahir ke dunia, dan menjadi salah satu putera kebanggaan Bangsa Indonesia. []

 

Tags: islamJawaNingratperempuan
Aslamiah

Aslamiah

Seorang pembelajar di akar rumput, berfokus pada gender dan pembangunan sosial yang inklusif

Terkait Posts

Mufassir Perempuan

Mufassir Perempuan dalam Khazanah Keilmuan

26 Januari 2023
Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati : Ketika Cita-Cita Anak Perempuan Mendapat Dukungan

24 Januari 2023
Bidadari Surga

Perempuan yang Menggugat Bidadari Surga (Bagian Pertama)

24 Januari 2023
Tak ingin Menikah

Emak, Ijah tak Ingin Menikah

22 Januari 2023
Mengenal Sosok S,K. Trimurti

Mengenal Sosok S.K. Trimurti: Perempuan Berpena Tajam

13 Januari 2023
Pemikiran Qasim Amin

Pemikiran Qasim Amin dan Gagasan Tahrir Al-Mar’ah Untuk Pendidikan Kesetaraan Gender

11 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • keluarga

    7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Keterlibatan Perempuan dalam Tradisi Nyadran Perdamaian di Temanggung Jawa Tengah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Keluarga Berencana dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Saat Nabi Saw Tertawa Karena Mendengar Cerita Kentut dari Salma

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pandangan Abu Syuqqah Tentang Isu Kesetaraan Gender
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • Kisah Saat Nabi Saw Apresiasi Kepada Para Perempuan Pekerja
  • Pertemuan Mitologi, Ekologi, dan Phallotechnology dalam Film Troll
  • Kisah Saat Nabi Saw Tertawa Karena Mendengar Cerita Kentut dari Salma

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist