• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Stigma Keperawanan Bukan Alasan untuk Berhenti Bermimpi

Sudah bukan menjadi hal yang perlu diperdebatkan kembali, masalah stigma keperawanan hanyalah suatu budaya yang bisa diganti dengan budaya yang lebih baik lagi

Sekar1703 Sekar1703
05/06/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Stigma Keperawanan

Stigma Keperawanan

467
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perihal stigma keperawanan hingga saat ini, masih saja menjadi persoalan hidup bagi perempuan. Bagaikan buah simalakama, posisi perempuan sering kali tidak beruntung lantaran ada klaim memiliki batasan usia menikah yang apabila tidak segera terpenuhi akan mendapat stigma perawan tua.

Padahal makna tua, diberikan kepada orang yang telah lanjut usia dan mengalami penurunan regeneratif. Sedangkan stigma keperawanan tua ditujukan kepada perempuan yang memiliki usia rentang umur mulai dari 20-30an atau bisa jadi lebih. Sangat berbanding terbalik dengan realita, jika menurut pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan, pada usia tersebut dikatakan usia produktif bagi perempuan memiliki kesuburan dengan kualitas sel telur terbaik.

Stigma keperawanan tentunya memiliki keterkaitan dengan budaya leluhur yang masih terjaga sampai sekarang. Namanya pesan orang zaman dulu, pastinya untuk kebaikan anak dan generasi berikutnya. Akan tetapi yang tidak baik adalah, membuat alasan itu menjadi penghalang untuk mewujudkan mimpi.

Tiba-tiba saja aku teringat kejadian tempo lalu. Tidak seperti biasanya, bapak menyuruhku untuk menjemput ibu ke pasar. Setibanya di sana, ternyata ibu masih memiliki pelanggan yang perlu dilayani terlebih dahulu. Aku pun duduk disamping pelangan itu dan menunggu ibu sampai selesai dengan urusannya.

Sudah menjadi kebiasaan, ibu kerap kali memperkenalkan anaknya pada pelanggan, tak terkecuali dengan pekerjaan yang sedang aku geluti. Pelanggan itu pun sempat bertanya kepada ku tentang kuliah yang pernah aku tempuh. Lama kelamaan, Ia menceritakan tentang keadaan putrinya yang saat ini sedang fokus mengejar karir dan belum memiliki niatan untuk menikah.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Bagaimana menghadapi stigma keperawanan?

Pengalaman sama yang tidak disengaja, kisah yang pernah aku alami ternyata mirip dengan keadaan putrinya. Bahkan pelanggan itu juga menjelaskan, akibat dirinya yang sering menyinggung soal pernikahan pada anaknya membuat putrinya sering melamun dan tidak mau makan. Hingga akhirnya aku pun membagikan kisahku, tentang bagaimana diriku juga pernah mengalami masa stress menghadapi stigma keperawanan, lantaran ojokan untuk menikah dari ibu, bude, dan tetangga yang sering membebankan diriku hanya karena masalah perawan tua.

Setelah mendengar kisahku menghadapi stigma keperawanan, pelanggan itu kemudian meminta saran kepadaku. Menurutnya aku cukup bisa memberikan arahan dan Ia mulai kasihan dengan kondisi anaknya. Tidak banyak yang ingin ku bagi dengannya, hanya saja aku memberikan beberapa pesan agar tidak terlalu memikirkan omongan orang sampai tidak memahami keadaan dan kebutuhan anaknya sendiri.

Anak mungkin saja tidak menceritakan tentang proses dan rencana yang saat ini diusahakan, demi kebahagiaan orang tuanya. Padahal anak juga memikirkan bagaimana masa pensiun untuk kedua orang tuanya kelak. Yang dibutuhkan anak justru hanyalah restu dan doa orang tua kepadanya, bukan tuntutan yang menyudutkan dirinya dengan alasan yang tidak masuk akal.

Selepas urusan dengan ibuku, pelanggan itu pun berpamitan dan berterima kasih kepada ku. Sedangkan ibuku tersenyum mengamati ku sedari tadi, melihat putrinya yang memberikan hikmah dari pengalaman yang pernah Ia berikan kepadaku.

Sudah bukan menjadi hal yang perlu diperdebatkan kembali, masalah stigma keperawanan hanyalah suatu budaya yang bisa diganti dengan budaya yang lebih baik lagi. Yakni, budaya yang mampu memberikan ruang dan kesempatan yang sama pada perempuan dalam menggapai mimpinya, tanpa harus menyinggung ranah privasinya.

Seorang ibu maupun orang tua yang baik, pasti mampu bernegosiasi kepada anaknya. Tidak menjadi masalah, apabila orang tua meminta pendapat kepada anak atau seorang yang lebih muda ketika dirasa memang benar atau masuk akal. Bukan dengan keegoisan ingin dihormati, namun kebal dengan kritik dan saran berhujung perpecahan dengan anak sendiri. Nauzubillah.

Menikah memang suatu ibadah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi, ibadah akan terasa lebih nikmat jika dilakukan dengan kerelaan hati dan kesiapan melakukannya. Menuju keluarga sakinah, mawadah, dan waramah, dengan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT. []

Tags: GenderkeadilanKekerasan Berbasis GenderkeluargaKesetaraanperempuan
Sekar1703

Sekar1703

Sekarwati, lahir di Demak, 17 Maret 1999. Seorang mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Walisongo Semarang. Sedang aktif di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) MISSI Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dan juga sedang mengkaji tentang isu perempuan dan aktivis perempuan dalam majalah LPM MISSI.

Terkait Posts

Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Perempuan Fitnah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nakba Day

    Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version