• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Suami Istri, Sahabat Terbaik dalam Pernikahan

Ditemani gerimis yang seharian mengguyur langit Tehran, saya jadi terkenang kembali perjalanan 20 tahun persahabatan kami. Saya memang lebih nyaman menyebut relasi ini dengan sahabat dibandingkan imam dan makmum

Afifah Ahmad Afifah Ahmad
08/12/2021
in Pernak-pernik
0
Perintah

Perintah

162
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“My wife is my best friend.”

Mubadalah.id – Sayup terdengar percakapan suami dengan koleganya di telepon beberapa hari lalu. “Dia juga partner terbaik saya, tempat berbagi ide dan gagasan”, tambahnya lagi. Dari kamar saya hanya senyum-senyum tipis mendengar pengakuan yang kadang malah sulit diucapkan langsung.

Ditemani gerimis yang seharian mengguyur langit Tehran, saya jadi terkenang kembali perjalanan 20 tahun persahabatan kami. Saya memang lebih nyaman menyebut relasi ini dengan sahabat dibandingkan imam dan makmum. Ada pesan kesetaraan dan kesalingan di dalamnya. Seperti pertama kali bertemu, komitmen itu yang selalu kami bawa sampai hari ini.

Dulu, salah satu pertimbangan saya untuk menerimanya, karena dia teman ngobrol yang asik. Kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan ngobrol di ruang tamu kos. Saya mikirinya sederhana saja, rasa suka itu kan bisa naik-turun, sementara saya akan bersamanya setiap saat. Sehingga dalam kondisi apapun kami tetap bisa saling bicara.

Sahabat yang kami pahami juga berarti saling memberikan kesempatan untuk bertumbuh. Jika semasa kuliah, kami dulu bisa sama-sama belajar, ngedate di perpus bareng, ikut acara diskusi. Setelah menikah seharusnya kami juga tetap saling memberikan support satu sama lain.

Saya masih ingat, bagaimana di tengah segala kesibukan suami, dia memperjuangkan beasiswa saya. Bagaimana ia menemani bayi mungil di rumah, agar saya tetap bisa pergi ke kampus. Dan baru-baru ini, ia jauh-jauh datang dari tempat kerja untuk menemani saya wawancara tes mengajar dan tanda tangan kontrak, padahal hari itu dia ada kelas sampai jam 10 malam.

Baca Juga:

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Sahabat bukan melulu tentang hal-hal manis dan membahagiakan, tapi ia yang siap memberi sayap untuk terbang bersama. Bagi saya, 20 tahun kebersamaan ini adalah sebuah hadiah yang harus selalu kami syukuri. Di tengah segala cerita bahagia dan muram, kami tetap berdiri bersisian. Mohon doa teman-teman di 20 tahun pernikahan ini. Tehran, 27 November 2021. []

Afifah Ahmad

Afifah Ahmad

Founder ngajirumi.com, penulis, traveller, dan penyuka karya sastra sufistik

Terkait Posts

Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Sakinah

Tafsir Sakinah

28 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Mari Hentikan Pengontrolan Seksualitas Perempuan

28 Juni 2025
Fiqh Kesetaraan

Menggeser Fiqh Fitnah Menuju Fiqh Kesetaraan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID