• Login
  • Register
Jumat, 3 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tips Tetap Tenang, dan tidak Panik Ketika Menghadapi Musibah

Bersikap tenang bukan berarti pasif dan berdiam diri, melainkan bersikap pro aktif dan produktif, yang mengarah pada penyelesaian masalah. Bukan malah panik yang akhirnya memperkeruh masalah

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
20/01/2022
in Hikmah
0
Tips Menghilangkan Rasa Minder

Tips Menghilangkan Rasa Minder

74
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya sering kali menemukan orang yang mudah sekali panik. Bahkan dalam level tertentu, paniknya parah sekali. Badan dan mulutnya bergetar dingin, dengan ketakutan yang berlebih. Tentu saja kepanikan akan memperkeruh keadaan. Bahkan akan menular pada orang sekitar sampai kemudian mengakibatkan keadaaan menjadi kacau. Panik bersumber dari mental yang tidak kokoh, lemah keyakinannya kepada Allah. Orang yang panik hidupnya tidak tenang, selalu was-was dan mudah terpengaruh oleh keburukan yang berasal dari orang lain.

Sikap panik harus segera dikendalikan, lalu disudahi. Memang tidak mudah menghilangkannya, maka perlu upaya yang ekstra. Bacalah buku. Buku adalah sumber kekuatan pikiran. Siapapun orang yang pikirannya kosong, maka mentalnya akan lemah. Manakala pikirannya kosong, maka mudah saja terpengaruh oleh keburukan yang berasal dari orang lain. Segera isi pikiran kita dengan asupan-asupan positif yang berasal dari membaca buku dan segala sesuatu yang bersifat positif. Pikiran kita akan berpengaruh pada sikap dan perilaku sehari-hari.

Tetap tenang, segenting apapun keadaan, seberat apapun beban, serumit apapun masalah. Beban dan masalah hidup boleh saja menumpuk, tetapi pastikan pikiran kita tetap tenang. Ketenangan akan membuat pikiran kita tetap jernih, sehingga dari kejernihan berpikir itu kita akan fokus pada penyebab dan jalan keluar. Bukan malah fokus pada masalah, sehingga membuat kita berkeluh-kesah, mengeluh dan panik. Pikiran tenang akan membuahkan ide-ide cemerlang. Maka dari itu jangan panik, tetaplah tenang. Bentengi diri dengan istighfar dan husnuzhan.

Sepanjang kita husnuzhan kepada Allah, itulah yang akan membuat keyakinan kita kepada Allah semakin kokoh. Keyakinan yang tak tergoyahkan, keyakinan yang tak mempan diganggu oleh keragu-raguan walau sedikitpun. Kita mesti memulai dan membiasakan diri agar tetap tenang dalam menyikapi apapun persoalan.

Ketenangan pikiran akan membuat batin kita menjadi tenang. Ketenangan pikiran dan batin akan menjadikan kita pribadi yang adil dan berintegritas. Sehingga pribadi kita akan terus terasah untuk menjadi orang yang solutif, orang yang mampu mengatasi masalah dengan bijak dan dewasa.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri
  • Menjauhi Sikap Tajassus Menjadi Resolusi di 2023
  • Tujuan Etika Menurut Socrates
  • Musibah, Muhasabah, dan Mahabbah

Baca Juga:

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

Menjauhi Sikap Tajassus Menjadi Resolusi di 2023

Tujuan Etika Menurut Socrates

Musibah, Muhasabah, dan Mahabbah

Manakala kita sedang dalam keadaan yang kondusif, tiba-tiba terjadi suasana yang genting dan mencekam, pastikan tetaplah bersikap tenang. Bersikap tenang bukan berarti pasif dan berdiam diri, melainkan bersikap pro aktif dan produktif, yang mengarah pada penyelesaian masalah. Bukan malah panik yang akhirnya memperkeruh masalah.

Ketenangan pikiran akan membuat kita tenang dalam mengambil keputusan. Logika kita tetap dapat dikendalikan, sehingga keadaan akan dapat terkendali dengan baik. Jangan malah disikapi panik dan marah. Kepanikan dan kemarahan hanya akan memperkeruh suasana.

Seorang ibu yang tengah dalam keadaan nyaman di rumah, tiba-tiba anaknya terjatuh dan lalu menangis, sebagai ibu yang baik, tetaplah tenang dan jangan panik. Jangan malah memarahi anak, apalagi sampai menyalahkan anak, sebagai anak yang bandel, anak yang susah diatur. Sikap seperti ini malah akan membuat anak semakin menangis, takut dan trauma.

Sebagai ibu yang baik, pastikan ia menyambut anaknya dengan sambutan yang hangat, dengan penuh kasih sayang. Berusahalah meredakan tangisan anak, untuk kemudian mengajak anaknya bicara perlahan-lahan. Di situlah kesempatan ibu untuk memperkuat mental anaknya, agar anak bisa lebih waspada lagi, lebih mandiri dan bertanggungjawab.

Sama seperti kasus di atas, misalkan juga terjadi musibah banjir secara tiba-tiba, maka tetap tenang dan jangan panik. Terjadi kebakaran, disalahpahami orang, dituduh orang lain, dikhianati pasangan, kehilangan sesuatu, dan segala persoalan yang membuat kita tidak enak hati, cara menyikapinya yang paling efektif adalah dengan tetap bersikap tenang dan tidak panik.

Ketenangan dalam bersikap adalah wujud dari kepasrahan kita akan takdir Allah. Kita memahami bahwa semua yang terjadi di dunia ini–entah itu suka maupun duka, sedih ataupun bahagia–adalah sudah ada dalam skenario Allah. Apapun yang terjadi kepada kita, atas keyakinan kita kepada Allah, pasti akan ada hikmahnya.

Lebih daripada itu, hidup di dunia ini hanyalah bayang-bayang. Dunia yang rentan dengan segala sesuatu yang menipu. Hidup yang sebenarnya adalah akhirat saja. Jadi rugi sekali kalau hidup kita di dunia penuh dengan kepanikan dan kekhawatiran. Besar kemungkinan, kita panik, tidak terima dan marah itu karena terlalu besarnya rasa memiliki.

Kita merasa duit, harta lain, rumah, kendaraan, jabatan, anak, pasangan, dan lain-lain yang kita punya ini hasil jerih payah kita dan milik kita sepenuhnya. Kita harus belajar yakin bahwa segala yang kita punya adalah milik Allah. Selain kita juga harus belajar ikhlas, menerima dan rela dengan apapun takdir Allah sehingga kita tetap tenang dan tidak panik. Wallaahu a’lam. []

Tags: HikmahKesehatan MentalMusibahPanik
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Hijab

Makna Hijab Menurut Para Ahli

3 Februari 2023
Penyebab Su'ul Khatimah

5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

3 Februari 2023
Perempuan Berbicara dan Berpendapat

Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw

3 Februari 2023
Nabi Saw Menghormati Anak Perempuan

Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

3 Februari 2023
Nabi Khidr as

Kisah Saat Nabi Khidr As Menemui Pelayan Perempuan

3 Februari 2023
ceria

Nabi Saw Menyambut Ceria Kehadiran Anak Perempuan

2 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Saw Menyambut Ceria Kehadiran Anak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Fatherless dan Peran Ayah bagi Anak Perempuannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pada Masa Nabi Saw, Sahabat Perempuan Pun Pernah Mengajukan Cerai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist