• Login
  • Register
Rabu, 17 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

4 Kesombongan yang Sering Terjadi Menurut Kiai Dr Muhyidin Khotib

Yang harus dilakukan adalah sering mawas diri setiap saat, jangan sampai ilmu, ibadah dan harta yang bertambah malah membawa kita terjerumus pada kesombongan serta kecongkakan.

Sholeh Shofier Sholeh Shofier
28/05/2021
in Hikmah
0
Kesombongan

Kesombongan

123
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhirnya, pada tanggal 25 mei 2021 kemaren acara Halal Bihalal sudah terselenggara di Ma’had Aly Situbondo. Lembaga yang didirikan oleh KH. As’ad Syamsul Arifin ini, sejak awal berdiri senantiasa melaksanakan acara halal bihalal setiap tahun. Tepatnya, setelah para mahasantri kembali ke pondok. Seperti biasa acara ini dihadiri oleh setiap mahasantri, para musyrif dan beberapa masyaikh. Salah satu masyayikh yang hadir pada acara Halal Bihalal Kemaren kiai Dr Muhyidin Khotib.

Pada kesempatan kali ini, kiai Dr Muhyidin Khotib menyampaikan sekelumit nasihat tentang penyebab kesombongan, untuk dijadikan pegangan bagi para mahasantri supaya ilmu yang selama ini terperoleh menjadi berkah dan bermanfaat bagi Agama dan Bangsa.

Menurut beliau ada empat sebab yang membuat seseorang menjadi sombong dan ujub;

Pertama, bertambahnya ilmu (Ziyadat al-Ilmu). Semakin ilmu bertambah semakin berpotensi pula menjerumuskan si empunya karena seseorang yang merasa memiliki ilmu seringkali merendahkan orang lain. Meski banyak ayat al-quran ataupu hadis yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu, namun nas-nas seperti itu tidak cocok dijadikan pedoman bagi seseorang yang telah berilmu.

Seharusnya, nas-nas tersebut di tujukan pada seseorang yang malas. Sementara bagi orang yang sudah berilmu harus berpegang hadis sebaliknya, yaitu hadis Nabi yang berupa ancaman, semisal hadis Nabi “siksaan yang paling dahsyat bagi orang yang berilmu namun tidak bermanfaat”.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah
  • Nyai Umnia Labibah : Perempuan Merdeka itu Memiliki Hak Sebagai Manusia Utuh
  • Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (2)
  • Tahukah Kita: Nabi Memanjatkan Doa Baik bagi Non Muslim?

Baca Juga:

Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

Nyai Umnia Labibah : Perempuan Merdeka itu Memiliki Hak Sebagai Manusia Utuh

Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (2)

Tahukah Kita: Nabi Memanjatkan Doa Baik bagi Non Muslim?

Kedua, bertambahnya harta (Ziyadat Al-Mal). Sebagaimana di atas, seseorang yang memiliki pundi-pundi kekayaan dan terus bertambah maka akan memandang rendah bagi orang yang miskin. Jelas sifat seperti itu tidak dibenarkan oleh agama.  Oleh karena itu, seseorang yang memiliki kekayaan seharusnya menyisihkan sedikit hartanya untuk disalurkan pada tetangganya yang membutuhkan. Dengan demikian, seseorang akan terhindari dari sifat sombong sebab bertambahnya pundi-pundi kekayaan.

Ketiga, bertambahnya ibadah (Ziyadat Al-Ibadah). Orang yang sering melakukan ibadah sangat berpotensi sekali untuk ujub. Karena merasa hanya dirinyalah yang paling suci, hanya dirinyalah yang paling berbakti di dalam menjalankan aturan agama. Dengan bertambahnya amalan-amalan ibadah seseorang tidak sedikit menjerumuskan pada sifat sombong dan memandang orang lain dengan pandangan sinis.

Maka bagi seseorang yang semakin giat melaksanakan ibadah harus introspeksi diri agar ibadah yang dilaksanakan tidak sia-sia sebab sifat ujub. Karena Tuhan tidak memandang sedikit-banyak amal yang dikerjakan, melainkan lebih memandang kualitas ibadah itu sendiri. Tidak heran kiranya, Syekh Ibnu ‘Athaillah mengatakan dalam kitab al-Hikam, “lebih baik maksiat yang mengantarkan pada kesadaran dan bertaubat dari pada ibadah yang mengantarakan pada sifat ujub dan sombong”.

Terakhir, adalah naiknya pangkat (Ziyadat al-Jah). Betapa banyak orang yang jumawa sebab naik pangkat, dan merendahkan orang lain yang masih belum sama dengannya. Apa lagi jabatan atau pangkat yang diperoleh atas dasar cinta kekuasaan, maka sangat berpotensi sekali kekusaannya di pergunakan pada hal-hal yang negatif, baik pangkat dalam kenegaraan, keagamaan maupun pangkat yang diperoleh dari masyarakat setempat.

Oleh karena itu, banyak ulama sering menghindar dari jabatan-jabatan tertentu dan memilih hidup sederhana, karena dengan jabatan itu potensial akan membawa pada sifat kesombongan dan sifat-sifat tercela lainnya. Itulah empat sebab yang berpotensi menjerumuskan seseorang pada sifat sombong dan ujub, sebagaimana di tuturkan oleh Kiai Dr Muhyidin Khotib pada kesempatan halal bihalal tahun ini.

Pada dasarnya, empat sebab itu hanyalah segelintir dari beberapa sebab yang membuat seseorang sombong. Namun perlu di katahui, bagi seseorang yang ingin memulai suatu perbuatan baik (semisal mencari ilmu), tetaplah dilaksanakan tanpa harus berpikir akan sombong. Karena sifat-sifat seperti sombong tersebut tetap akan menghinggapi seseorang dan itu manusiawi.

Oleh sebab itu, yang harus dilakukan adalah sering mawas diri setiap saat, jangan sampai ilmu, ibadah dan harta yang bertambah malah membawa kita terjerumus pada kesombongan serta kecongkakan. Bahkan terkadang naiknya pangkat menjadi keharusan jika menjadi satu-satunya jalan atau wasilah untuk menyebarkan ilmu yang diperoleh serta kemaslahatn umat lainnya.

Demikianlah, nasihat yang disampaikan beliau untuk mahasantri Ma’had Aly situbondo dalam acara Halal bihalal. Setelah acara mauidzah hasanah langsung dilanjutkan do’a dan penutupan acara disertakan bersalam-salaman sebagaimana tradisi orang-oarang NU tanpa mengesampingkan protokol kesehatan. Mengingat kondisi saat ini masih dalam kondisi pandemi covid-19. []

Tags: Hikmah KehidupanilmuislamKesehatan MentalKesombonganMahasantrimanusiaTakaburUjub
Sholeh Shofier

Sholeh Shofier

  • Salah satu Mahasantri kelahiran Sampang Madura yang mengenyam pendidikan di Ma'had Aly Situbondo. Tradisi patriarki yang masih mengakar di desanya membuat tertarik pada isu-isu Gender

Terkait Posts

negara

Nyai Umnia Labibah : Negara Wajib Berikan Perlindungan Kepada Perempuan

16 Agustus 2022
merdeka

Nyai Umnia Labibah : Perempuan Merdeka itu Memiliki Hak Sebagai Manusia Utuh

16 Agustus 2022
perempuan merdeka

Nyai Fatmawati : Perempuan Merdeka itu Tidak Boleh Didzalimi

16 Agustus 2022
Walimatul Ursy

Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (2)

15 Agustus 2022
Doa Baik bagi Non Muslim

Tahukah Kita: Nabi Memanjatkan Doa Baik bagi Non Muslim?

15 Agustus 2022
Walimatul Ursy

Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (1)

15 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Childfree

    Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Luluk Farida Mucthar : Perempuan Merdeka itu Dapat Hak Hidup Bahagia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Thoah Jafar : Perempuan Merdeka itu Ikut Berperan di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Radikalisme dengan Merawat Semangat Nasionalisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Umnia Labibah : Perempuan Merdeka itu Memiliki Hak Sebagai Manusia Utuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Thoah Jafar : Perempuan Merdeka itu Ikut Berperan di Ruang Publik
  • Nyai Luluk Farida Mucthar : Perempuan Merdeka itu Dapat Hak Hidup Bahagia
  • Melawan Radikalisme dengan Merawat Semangat Nasionalisme
  • Childfree: Hukum, Dalil, dan Penjelasannya dalam Perspektif Mubadalah
  • Nasehat Para Ulama dan Dokter tentang Hubungan Seksual yang Sehat

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist