• Login
  • Register
Jumat, 23 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

8 Manfaat Ngaji Pasaran di Pondok Pesantren

Ngaji pasaran menjadi momentum bagi para santri untuk menyambung sanad keilmuan, mengaji pada para kiai dan ustadz satu kitab hingga khatam

Ahmad Zakki Baehaki Ahmad Zakki Baehaki
30/03/2024
in Personal
0
Ngaji Pasaran di Pesantren

Ngaji Pasaran di Pesantren

618
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah dan ampunan, telah menjadi momen spesial bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk juga di pondok pesantren. Bulan ini ditandai dengan digelarnya tradisi ngaji pasaran/posonan.

Namun setelah memasuki pertengahan atau tanggal 15 Ramadan, tradisi ngaji pasaran di sebagian besar pondok pesantren telah berakhir. Dan pondok pesantren memasuki waktu libur Hari Raya Idul Fitri.

Meskipun tradisi ngaji pasaran ini telah berakhir, namun banyak hal yang bisa kita refleksikan dari adanya tradisi ini. Mengutip dari website Kemenag.co.id setidaknya ada delapan manfaat dari adanya tradisi ngaji pasaran.

Pertama, diikuti oleh santri kelana (santri luar pesantren). Tradisi ini digelar bersamaan dengan masa libur pendidikan klasikal selama Ramadan. Selain santri pesantren setempat, ngaji pasaran juga diikuti santri kelana. Yaitu, santri satu pesantren yang memilih tabarukan dengan mengaji di pesantren lainnya sesuai target kitab yang ingin dikajinya atau ustadz yang mengajarnya.

Kedua, alumni juga boleh ikut ngaji pasaran. Banyak para alumni pesantren yang memilih untuk mengisi selama bulan Ramadan untuk memilih ngaji pasaran di pesantren tertentu. Sehingga para santri juga bisa saling mengenal dengan para seniornya.

Ketiga, kitab yang dikaji tidak terlalu tebal. Karena rentang waktu mengajinya juga berbeda-beda. Ada yang khatam pada 17 malam bulan Ramadan, ada juga yang hingga akhir bulan puasa baru selesai. Kitab yang kiai baca seringkali tidak terlalu tebal.

Baca Juga:

Praktik Mubadalah dalam Kegiatan Mahasantri di Tashfiyatul Qulub

Sampai Kapan Kekerasan Seksual Terus Terjadi di Ruang Pendidikan?

Pesan Abah KH Abdul Kholik Hasan: Hikmah Isra Mikraj yang Patut Kita Renungi

Kepuasan Hubungan Seksual bagi Pasangan Suami Istri

Misalnya, Tanqihul Qaul, Risalatul Mu’awanah, Bulughul Maram, dan Fathul Ghaits. Belakangan, karya Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlus Sunnah Waljama’ah juga pesantren ajarkan.

Menyambung Sanad Keilmuan

Keempat, ngaji pasaran menjadi momentum bagi para santri untuk menyambung sanad keilmuan, mengaji pada para kiai dan ustadz satu kitab hingga khatam. Para santri melakukan ‘tabarrukan ilmu’ dari proses transformasi pengetahuan guru dan murid.

Kelima, ngaji pasaran juga menjadi sarana pembinaan mental. Karena untuk mengikuti ngaji ini memang perlu persiapan, mulai dari mengatur waktu keberangkatan, persiapan kitab. Termasuk keharusan beradaptasi secara cepat dengan lingkungan baru.

Persiapan dan keteguhan hati ini mereka butuhkan demi kemudahan, kesuksesan, dan kelancaran dalam “ngalap berkah” ngaji pasaran.

Keenam, dalam konteks sekarang, praktik ngaji pasaran yang sudah berlangsung sejak lama di pesantren senafas dengan konsep Merdeka Belajar yang sedang Kemendikbud galakkan. Tradisi pendidikan pesantren melalui ngaji pasaran bahkan bisa menjadi best practice dari penerapan kurikulum Merdeka Belajar.

Ketujuh, secara intelektual, beragam kitab yang kiai ajarkan dalam ngaji pasaran akan memberi warna dalam pembacaan dan pemaknaan. Tradisi ini terus berkembang, sebagai bukti kekayaan dan keluasan ilmu para kyai, nyai, gus, ning maupun asatidz pesantren.

Kedelapan, di tengah arus perubahan zaman, ngaji pasaran berlangsung dengan beragam penyesuaian, termasuk dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Misalnya, selama ngaji pasaran banyak pesantren yang melakukan live streaming dengan menggunakan kanal You Tube, Facebook, maupun Tiktok.

Harapannya dengan live streaming, ngaji pasaran bisa dijangkau lebih luas. Sehingga banyak para alumni, wali santri atau masyarakat pada umumnya bisa tetap mengikuti ngaji pasaran secara online.

Dengan delapan manfaat di atas, setidaknya bisa menjadi pembelajaran penting bagi kita semua. Bahwa dari tradisi ini memberikan banyak manfaat. Sehingga para santri yang mengikuti ngaji tidak hanya khatam kitab dalam waktu cepat tetapi banyak kebaikan lainnya. []

Tags: manfaatngajiPasaranPondok Pesantren
Ahmad Zakki Baehaki

Ahmad Zakki Baehaki

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Berpikir Positif

Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat

21 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jalan Mandiri Pernikahan

    Jalan Mandiri Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah untuk Si Bungsu: Budaya Nusantara Peduli Kaum Rentan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Jenis KB Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat
  • Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud
  • KB dan Politik Negara
  • “Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan
  • 5 Jenis KB Modern

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version