• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Review Film Penyalin Cahaya dan Makna 3M dalam Kasus Kekerasan Seksual

Film ini juga dengan ciamik menyentakkan kita bahwa ternyata langkah 3M tidak hanya diaplikasikan pihak-pihak berwenang dalam pencegahan demam berdarah, namun merambah pula pada kasus kekerasan seksual

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
17/01/2022
in Film
0
Film Penyalin Cahaya

Perempuan

278
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Semenjak booming November tahun lalu karena berhasil menyerobot 12 Piala Citra dalam Festival Film Indonesia (FFI), film Penyalin Cahaya yang berkisah tentang kasus korban pelecehan seksual, sudah menjadi daftar film yang saya nantikan penayangannya.

Namun tak dinyana, beberapa hari sebelum meluncur untuk tontonan publik, kabar buruk itu menyeruak: salah seorang tim produksi sekaligus penulis skenario bernama Henricus Pria malah terganjal kasus pelecehan seksual! Isu tak sedap itu pun sontak mendorong tim utama produksi untuk meminta maaf dan langsung mencoret Henri dari daftar credit di akhir film.

Meski sikap sang sutradara, Wregas Bhanuteja tegas dalam menyoal pencantuman nama Henri di film, namun hal tersebut tak menyurutkan protes publik. Beberapa pihak bahkan menyuarakan agar raihan Piala Citra yang mencatut terduga pelaku juga dicabut agar ke depannya isu pelecehan seksual tidak sebatas hanya menjadi komoditas industri hiburan semata.

Walau begitu, banyak peminat film yang tetap meminta agar kasus tersebut tidak mendorong cancel culture dengan aksi boikot film. Sebab, menurut mereka sikap menghukum rata semua kru justru akan menimbulkan ketidakadilan baru, padahal proses produksi tidak hanya melibatkan satu individu saja.

Terlepas dari pro kontra yang ditimbulkan oleh film yang berhasil mematahkan rekor FFI dari ‘Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak’ ini, perlu diakui bahwa akting para aktor dan aktrisnya perlu diacungi jempol. Mereka benar-benar menjalankan peran dengan totalitas, termasuk aktor kawakan Lukman Sardi.

Baca Juga:

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

Dalam film, ia berperan sebagai ayah bintang utama, Suryani, yang sangat konservatif. Tak hanya itu, alur pencitraan yang dekat dengan dunia mahasiswa juga membuat ‘Penyalin Cahaya’ sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari anak muda.

Alur ceritanya sendiri mengarah pada kisah Suryani (Shenina Cinnamon), seorang mahasiswi baru dari golongan kurang mampu, namun rajin dan cerdas. Atas kegigihannya, ia berhasil memperoleh beasiswa dari kampus untuk tahun pertama. Di sela-sela kesibukan kuliah, ia juga membantu ekskul teater dalam pembuatan website.

Bahkan ia berhasil membantu komunitas teater tersebut meraih penghargaan. Raihan prestasi tersebut kemudian berlanjut dengan acara pesta di rumah Rama (Giulio Parengkuan). Tak dinyana, pesta yang ia harapkan mampu membantunya untuk mengaktualisasikan diri justru menjadi awal bencana bagi Suryani. Sur, begitu ia akrab disapa, justru kembali dari pesta dengan keadaan mabuk, tak sadarkan diri. Dari sana lah, kejadian buruk bertubi-tubi muncul yang mendorong Sur untuk memecahkan teka-teki dibalik nasib naas yang dialaminya.

Overall, film Penyalin Cahaya berhasil menyuarakan isu kekerasan seksual, meski tidak secara blak-blakan. Wregas banyak menggunakan pesan metafora dan simbolis yang meminta pembaca untuk berkonsentrasi penuh dengan apa yang ia maksud.

Penggambaran Medusa hingga langkah 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) yang diasosiasikan dengan realitas berbagai kasus pelecehan seksual menyimpan pesan tersirat dan mungkin tak ditangkap sepenuhnya oleh penonton. Terlebih, pengembangan karakter yang cukup mencolok masih menyisakan tanda tanya yang belum seluruhnya terjawab sampai film selesai.

Tak hanya itu, meski mengangkat isu kekerasan seksual yang kini tengah disorot oleh khalayak umum, namun film penyalin cahaya belum mampu menengahkan dinamika internal sang korban ketika terjadi pelecehan. Memang, ada beberapa adegan yang membuat Suryani depresi, namun itu semua tertutup rapat dengan pencarian ala detektif-nya yang dipaksakan terlalu logis.

Bisa jadi hal ini disebabkan oleh kentalnya maskulinitas para kru film yang terlalu didominasi oleh kaum laki-laki. Alih-alih mengajak mendalami bagaimana beban fisik dan psikologis korban, ‘Penyalin Cahaya’ hanya fokus pada penuntasan siapa pelaku dan bagaimana ia melakukannya. Meski itu pun, masih meninggalkan banyak ‘lubang’ yang tak digarap maksimal, sehingga membuat penonton perlu menebak-nebak reka kejadian secara utuh.

Satu lagi yang mengganjal bagi saya adalah adegan teatrikal pelaku di penghujung film yang justru kurang masuk dengan kepingan-kepingan sebelumnya. Walau, saya menebak, itu adalah cara Wregas untuk menjelaskan makna dibalik kisah Medusa dengan Poseidon yang disampaikan secara simbolik dalam film.

Tapi perlu dicatat, di balik beragam kekurangan dalam film ‘Penyalin Cahaya’, kita perlu mengapresiasi industri perfilman tanah air yang mulai menggarap isu-isu sensitif yang sebelumnya jarang sekali disorot. Film produksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures ini juga berhasil menyampaikan pesan bahwa pelecehan seksual tidak selalu berbentuk perkosaan tapi bisa berupa fetish kelainan seksual yang menyebabkan pelaku memiliki keanehan tersendiri dalam menyalurkan hasratnya tanpa seizin dari korban.

Film ini juga dengan ciamik menyentakkan kita bahwa ternyata langkah 3M tidak hanya diaplikasikan pihak-pihak berwenang dalam pencegahan demam berdarah, namun merambah pula pada kasus kekerasan seksual.

Bagaimana tidak? Jika kasus kekerasan seksual mencuat, yang terjadi adalah mereka ‘Menguras’ emosi, fisik, hingga psikis korban, ‘Menutup’ rapat kasusnya demi nama baik pelaku hingga lembaga, serta ‘Mengubur’ kasusnya dalam-dalam dengan musyawarah mufakat atau diselesaikan secara kekeluargaan. Tak heran, para korban kekerasan seksual pun kesulitan mencari keadilan. Bak sudah jatuh, terimpa tangga pula! []

Tags: FilmFilm Penyalin CahayaKekerasan seksual
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl
  • Rahasia Tetap Berpikir Positif Setiap Hari, Meski Dunia Tak Bersahabat
  • KB dalam Hadits

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version