• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pertemuan Umar bin Khattab dengan Perempuan Miskin

Umar bin Khattab merupakan salah satu pemimpin kaum muslimin yang dikenal cukup tegas dan garang pada masanya. Dalam masa perjalanan kepemimpinannya, ada salah satu kisah yang menarik saat Umar bin Khattab bertemu dengan perempuan miskin.

Redaksi Redaksi
07/05/2022
in Hikmah
0
Pertemuan Umar bin Khattab dengan perempuan miskin

Pertemuan Umar bin Khattab dengan perempuan miskin

248
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pertemuan Umar bin Khattab dengan perempuan miskin menjadi sebuah kisah teladan yang terus-menerus diceritakan ulang sebagai pelajaran hidup. Umar bin Khattab sendiri merupakan salah satu pemimpin kaum muslimin yang dikenal cukup tegas dan garang pada masanya. Dalam masa perjalanan kepemimpinannya, ada salah satu kisah yang menarik saat Umar bin Khattab bertemu dengan perempuan miskin.

Pertemuan Umar bin Khattab dengan perempuan miskin ini diceritakan oleh Zaid bin Aslam dalam buku al-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk. Berikut kisahnya:

Pada suatu malam, seperti dikutip dari buku Lisanul Hal, Kisah-kisah Teladan dan Kearifan, karya KH. Husein Muhammad, Zaid bin Aslam melihat Umar bin Khattab, sang pemimpin, melakukan ronda malam bersama para petugas ronda malam itu. Zaid mengikutinya dari belakang. Zaid meminta diizinkan menemani Umar bin Khattab.

Manakala mereka (Zaid dan Umar bin Khattab) berada di luar kota, lanjut kata Buya Husein, mereka melihat cahaya api. Mereka menduga ada musafir yang beristirahat di sana. Mereka mendekat dan melihat seorang perempuan janda dengan tiga anaknya yang sedang menangis.

Sang ibu sedang meletakkan panci di atas tungku yang menyala. Bibirnya bergetar sambil mengadu kepada Tuhan:

Baca Juga:

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

“Tuhanku, berikan keadilan atas Umar kepada, ku dan tuntutlah agar dia memberikan hak kami. Dia kenyang sendiri, sementara kami lapar.”

Ketika mendengar ucapannya, Buya Husein melanjutkan cerita, Umar masuk sambil mengucapkan salam dan memohon izin untuk masuk.

Sang ibu menjawab :

“Jika engkau bermaksud baik, masuklah.”

Umar lalu masuk dan bertanya tentang keadaannya dan anak-anaknya.

Perempuan itu mengatakan :

“Aku dan anak-anakku datang dari tempat yang jauh. Aku ketakutan dan mereka lapar. Kami dalam keadaan amat payah dan sangat lapar. Mereka tidak dapat tidur lelap.”

“Apakah gerangan yang ada di dalam panci ini?,” tanya Umar sambil menunjuk panci di atas tungku itu.

“Aku masukkan air di dalamnya agar mereka mengira aku sedang masak nasi, sehingga mereka bisa bersabar menunggunya,” jawab perempuan tersebut.

Sesudah mendengar cerita ibu tersebut, Buya Husein menyampaikan, Umar keluar menuju warung rempah-rempah untuk membeli bumbu secukupnya dan ke warung lain untuk membeli beras (gandum) satu karung. Sesudah itu ia kembali ke gubug itu. Umar memikul sendiri barang-barang yang dibelinya.

Tetapi Zaid segera memintanya untuk membawanya, “Tuan, biarkan aku yang membawanya”.

Umar menjawab:

“Jika engkau yang memikulnya, siapa yang akan memikul dosaku dan siapa pula yang akan menghalangi terkabulnya pengaduan (doa) perempuan dan anak-anaknya itu atasku.”

Sepanjang perjalanan ke tempat mereka, Umar tak henti-hentinya menangis. Kemudian Umar menyerahkan kepadanya semua bahan makanan tersebut.

Si ibu menerimanya dan mengucapkan terima kasih :

“Semoga Allah membalas budi baikmu, Nak.”

Umar lalu memasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam panci dan menyalakan api. Manakala api meredup, dia meniup bara api itu hingga debu beterbangan mengenai wajahnya yang bersih. Ia menunggu makanan itu sampai masak. Ketika telah masak, Umar kemudian meletakkannya ke atas piring sambil mempersilakan mereka makan.

Umar mengatakan :

“Ibu, tolong jangan mendoakan buruk atas Umar, karena dia tidak mendengar apa pun tentang nasib ibu dan anak-anak ini.”

Demikian artikel tentang pertemuan Umar bin Khattab dengan perempuan miskin sebagai kisah teladan untuk kaum Muslimin. Semoga, kisah pertemuan Umar bin Khattab dengan perempuan miskin ini mampu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.(Rul)

Tags: islamkisahmiskinpemimpinperempuanUmar Bin KhattabZaid bin Aslam
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Seksualitas

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

9 Juli 2025
Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Lebih Religius

    Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID