• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Tradisi Haul Memperkuat Kesalehan Sosial

Menghadiri peringatatan haul yang sejatinya mengingat sebabak kematian, malah berfaidah memperpanjang umur atau usia. Karena, Nabi Muhammad bersabda, ”Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rezeki dan dipanjangkan umurnya, maka bersilaturahmi lah.” (HR Bukhari)

Thoah Jafar Thoah Jafar
07/09/2022
in Pernak-pernik
0
Tradisi Haul

Tradisi Haul

756
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rangkaian Peringatan Haul Ke-33 KH Aqil Siroj dan Sesepuh Pondok Pesantren KHAS Cirebon akan berpuncak pada Sabtu, 10 September 2022. Selayaknya penyelenggaraan tradisi haul di banyak pesantren lain, setidaknya ada tiga agenda inti yang digelar. Yakni ziarah, tahlil akbar, dan pengajian umum.

Haul diambil dari Bahasa Arab yang bermakna tahun atau setahun. Melalui peringatan ini, ribuan santri, alumni, dan masyarakat umum di sekitar pesantren mengingatkan kembali tentang keteladanan para tokoh yang telah wafat. Pembelajaran laku hidup orang-orang saleh yang telah ‘mendahului’ inilah yang kemudian menjadi saripati dari pelaksanaan haul secara keseluruhan.

Kematian adalah Nasihat

Mengingat kematian adalah hal yang penting yang umat manusia jalani. Sebab, saripati puisi Imam Syafii menyimpulkan, “Cukuplah kematian sebagai nasihat.” Melalui kematian, tingkah laku seseorang bisa sedikit kekontrol. Minimal mengerti, bahwa di dunia, memang tak ada yang abadi.

Abdullah bin Umar pernah bercerita. Suatu hari, seseorang bertanya kepada Rasulullah Muhammad saw, “Wahai Rasulullah, siapakah mukmin yang paling utama?” Nabi menjawab, “Orang yang paling baik akhlaknya.” Orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa orang Mukmin yang paling cerdas?” Beliau kembali menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi apa yang terjadi setelahnya.’” (HR. Ibnu Majah).

Di sisi lain, kematian adalah sesuatu yang bisa datang tiba-tiba, kapan saja, dan di mana saja. Ia adalah sesuatu yang paling serius di antara miliaran peristiwa di dunia. Kematian, juga merupakan anugerah yang tidak dapat kita pertukarkan, atau kita wakili ke lain orang. Kematian adalah satu-satunya hal yang misterius, tetapi pasti.

Baca Juga:

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

Dengan merenungi kemisteriusan kematian, hati seorang muslim seyogianya akan tergetar lalu kembali sibuk menyiapkan bekal. Melalui ingatan tentang kematian, orang-orang semestinya akan memperbanyak ibadah, meminta ampunan, sekaligus mengurangi tindakan-tindakan yang berpotensi merugikan dan menyakiti orang lain.

Terlebih, jika nasihat kematian itu datang dari inspirasi para tokoh teladan. Gambaran kematian tidak cuma akan memperkuat ritual ibadah secara personal, melainkan juga mampu meningkatkan kesalehan sosial.

Memperkuat Silaturahmi

Peringatan haul lazim dihadiri ribuan pengunjung. Mereka berduyun-duyun dari berbagai daerah, dengan latar belakang serta kelas sosial berbeda-beda. Akan tetapi, setibanya di tujuan, mereka membaur akur ke dalam satu identitas jemaah tanpa peduli lagi dengan perbedaan-perbedaan yang memang bersifat fana.

Para jemaah saling bersalaman dan -paling tidak- saling menanyakan kabar. Bagi para alumnus pesantren setempat, peringatan haul bisa sekaligus menjadi ajang reuni, saling merangkul, memeluk penuh kangen. Bahkan saling meminta maaf atas kekhilafan-kekhilafan yang pernah kita lakukan.

Inilah yang kemudian menjadi kian unik. Menghadiri peringatatan haul yang sejatinya mengingat sebabak kematian, malah berfaidah memperpanjang umur atau usia. Karena, Nabi Muhammad bersabda, ”Barang siapa yang menginginkan dilapangkan rezeki dan dipanjangkan umurnya, maka bersilaturahmi lah.” (HR Bukhari).

Bersilaturahmi juga memiliki hikmah bisa mengantarkan seseorang pada puncak kesalehan. Saleh, menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir ,bukan berarti orang suci yang tak memiliki kesalahan secuil pun. Tetapi, mereka adalah orang dengan isi hati yang lebih didominasi kebaikan, ketimbang keburukannya.

Kesadaran tidak suci secara keseluruhan atau selalu menanggung dosa dan kekurangan itulah yang kemudian menjadikan orang-orang saleh terus memperbanyak nilai ibadahnya. Jika berbuat salah, mereka akan dengan segera beristighfar dan meminta ampun.

Sebaliknya, apabila merasa telah khilaf menyakiti seseorang, ia tak segan segera meminta maaf dengan penuh kesadaran. Lalu, hanya mereka yang saleh lah yang akan terus haus menunaikan kebaikan, baik secara spiritual, maupun sosial. []

Tags: BudayahaulIndonesiaislamKempekNusantaraPondok PesantrenPonpes KHASTradisi
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Kursi Lipat

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

8 Juni 2025
Anda Korban KDRT

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

7 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID