• Login
  • Register
Rabu, 23 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pluralisme Gus Dur, Gagasan Para Sufi

Gus Dur memang sosok yang selalu ingin memandang manusia, siapa pun mereka dan di manapun mereka berada, sebagai manusia ciptaan Tuhan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
12/12/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Gus Dur

Gus Dur

350
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Gus Dur dikenal sebagai Bapak Pluralisme—terserah jika ada orang yang tidak suka atau berbeda pendapat dengan sebutan ini.

Konon, Djohan Effendi, sahabat setianya, pernah diminta oleh Gus Dur agar jika ia kelak wafat, nisannya ditulis: Di Sini Dikubur Sang Pluralis.

Banyak orang sepakat atas predikat ini. Mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, menyebut Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme Indonesia atas gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya menghormati perbedaan.

Ya, Gus Dur memang sosok yang selalu ingin memandang manusia, siapa pun mereka dan di manapun mereka berada, sebagai manusia ciptaan Tuhan.

Sebagaimana Tuhan menghormatinya, ia pun ingin menghormatinya. Sebagaimana Tuhan mengasihinya, ja juga ingin mengasihinya. “Takhallaqu bi akhlaq Allah (Berakhlaklah dengan akhlak Allah),” kata pepatah sufi.

Baca Juga:

Mu’adzah Al-Adawiyah: Guru Spiritual Para Sufi di Basrah

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Dalil Teologis

Sejauh yang saya tahu, Gus Dur tak banyak bicara soal wacana pluralisme berikut dalil-dalil teologisnya sebagaimana kebanyakan sarjana dan aktivis HAM.

Tetapi, ia mengamalkannya, mempraktikkannya, dan memberi contoh atasnya. Pluralisme jauh lebih banyak Gus Dur praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kalaupun ia meminta dalil agama soal pluralisme, ia menyampaikan ayat suci al-Qur’an berikut ini:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujuraat, (49:13).

Dalam ayat tersebut, makna li ta’aarafu (saling mengenal) tidak sekadar mengetahui nama, alamat rumah, nomor telepon, atau wajah dan bagian-bagian tubuh yang lain.

Saling mengenal, dalam hal ini, memahami kebiasaan, tradisi, adat istiadat, pikiran, hasrat-hasrat yang lain, yang berbeda, yang tak sama.

Lebih dari segalanya, li ta’aarafu berarti agar manusia saling menjadi arif, bijaksana, dan rendah hati satu sama lain.

Konteks Sufisme

Dalam konteks sufisme, terma ini dimaknai lebih menukik ke dalam. Kaum sufi memaknainya sebagai orang yang menyerap pengetahuan ketuhanan melalui intuisi dan perjuangan batin.

Ayat tersebut menyebutkan bahwa yang paling mulia di hadapan Tuhan adalah yang paling takwa—bukan karena suku tertentu, bukan karena tertentu, dan bukan karena identitas tertentu.

Juga, bukan pula yang paling gagah atau yang paling cantik, bukan yang paling kaya atau rumahnya yang paling megah.

Takwa bukan sekadar dan hanya berarti sering datang ke masjid atau menghadiri secara rutin majelis taklim, membaca kitab suci, memutar-mutar tasbih, bangun malam, atau puasa sunnah.

Tetapi, lebih dari itu, takwa adalah mengendalikan amarah, hasrat-hasrat rendah, menjaga hati, dan tidak melukai. Serta tidak mengancam, ramah, sabar, rendah hati, dan sejuta makna kebaikan kepada yang lain, manusia dan kepada alam semesta. []

Tags: Gagasangus durpluralismeSufiSufisme
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Hak-hak Anak

Menghargai Hak-hak Anak

23 Juli 2025
Keadilan

Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

23 Juli 2025
Nafkah Suami

Suami dan Istri Sama-sama Bisa Memberikan Nafkah Keluarga

22 Juli 2025
Saling Mengenal

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

22 Juli 2025
sharing properti keluarga

Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

22 Juli 2025
properti keluarga

Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

22 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Keadilan

    Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Makna Cinta yang Mubadalah dari Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghargai Hak-hak Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perlindungan Anak Harus Dimulai dari Kesadaran Gender?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional
  • Mengapa Zina dilarang Agama?
  • Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura
  • Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan
  • Menghargai Hak-hak Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID