Mubadalah.id – Perjuangan kaum santri yang sedang menuntut ilmu tak ubahnya Ashabul Kahfi. Pembaca pasti sudah tidak asing lagi terdengar kisah tentang tujuh orang pemuda beserta seekor anjingnya yang mengasingkan diri di gua. Mereka melakukan itu, karena ingin menjaga akidah yang mereka anut. Dan sebab tempat persembunyian mereka berada di dalam gua ini. Hingga akhirnya mereka mendapat julukan sebagai ashabul kahfi (penghuni gua).
Pengasingan ini berlangsung dalam tidur panjang mereka selama sekitar 309 tahun. Namun karena kuasa Allah SWT mereka hanya merasa tidur selama sehari atau setengah hari saja. Tatkala mereka keluar dari gua, mereka malah mendapati banyak perubahan yang terjadi, dan itu membuktikan betapa lamanya mereka berada di dalam gua.
Kisah fenomenal ini telah terjadi berabad-abad yang lalu dan terabadikan di dalam alquran tepatnya di dalam QS. Al-Kahfi [18]: 22-26. Kisah ini adalah sebuah kisah yang terceritakan di dalam Al-Quran sebagai pelajaran bagi umat Nabi Muhammad SAW. Di dalam kisah ini kita akan melihat bagaimana para pemuda tersebut memilih untuk mengasingkan diri dan bersembunyi di dalam gua untuk mempertahankan keimanan mereka.
Jika kita perhatikan lebih dekat, di zaman dengan kemajuan teknologi ini pun bisa jadi masih ada orang-orang yang pantas diberi julukan ashabul kahfi. Mereka adalah kaum sarungan bergelar santri. Gelar ini tidak akan lekang oleh waktu, tidak akan pupus ditelan zaman, ia akan tertaut selamanya di jiwa pemiliknya.
Ini adalah gelar seumur hidup yang diberikan untuk para penuntut ilmu yang tinggal di pesantren untuk mengaji dan mengabdi. Santri memang sangat relevan dengan ashabul kahfi karena santri adalah orang-orang yang memiliki keterbatasan dengan dunia luar. Tidak mengenal dunia maya, tidak mengenal hiruk pikik dunia, semua hening dalam pengembaraan untuk mengaji dan mengabdi.
Dunia dan Akhirat
Mencari bekal untuk menguatkan akidah dan iman. menguatkan jiwa dan hati untuk bekal menghadapi dunia yang semakin berkembang. Perbedaannya kaum santri hari ini, bukan orang-orang yang hanya memejamkan mata di pesantren. Lalu keluar dan mendapati dunia yang sudah berkembang. Santri tidak boleh hanya tidur di pesantren untuk mempertahankan akidah mereka. Justru para santri harus lebih giat untuk belajar agar bisa menyongsong kehidupan dan menjadi generasi yang bisa memajukan islam.
Sebagaimana pepatah arab mengatakan:
شُبّاَنُ الْيَوْمِ رِجَالُ الغَدِّ
Pemuda masa kini adalah pemimpin di masa depan
Meski kaum santri adalah ashabul kahfi yang memiliki akses sangat terbatas dengan dunia luar. Bukan berarti santri adalah komunitas kudet yang hanya mengetahui dunia pesantren saja. Karena sejatinya pesantren adalah miniatur kehidupan masyarakat.
Di pesantren santri belajar bagaimana cara bersosialisasi melalui komunikasi mereka dengan teman-teman mereka yang berasal dari berbagai daerah. Santri belajar tentang kesabaran melalui budaya mengantri, santri belajar menghargai, tolong menolong, gotong royong dan sebagainya. Sehingga menjadi santri adalah bentuk pematangan emosi diri agar bisa hidup bermasyarakat dengan baik. Yakni menjadi yang berpengaruh bukan terpengaruh. Bisa memberikan tuntunan bukan hanya sekedar tontonan. Dan, yang bisa selalu bermanfaat bukan hanya sesaat.
Sebagaimana ashabul kahfi yang mempertahankan akidah dengan mengasingkan diri dan bersembunyi di gua, santri juga mengasingkan diri di dalam pesantren untuk menguatkan iman dan mempersiapkan diri untuk menyebarkan pengetahuan keislaman.
Dengan demikian sah-sah saja mengatakan bahwa kaum santri adalah para ashabul kahfi masa kini yang mengasingkan diri di dalam pesantren untuk bisa menjadi ashabul kahfi di luar pesantren.
ما زلتُ طالبًا
“Selamanya engkau tetap santri.” Sekian, semoga bermanfaat. []