Mubadalah.id – Marhaban Ya Ramadan. Di momentum bulan puasa Ramadan, beberapa pertanyaan seputar ibadah puasa seringkali kita dapatkan dari beberapa kawan terdekat. Misalnya terkait bagaimana hukumnya jika lupa membaca niat puasa Ramadan di malam hari. Namun tetap bangun dan makan sahur.
Kegelisahan yang temanku alami ini sebetulnya mengarah kepada apakah niat puasa di bulan Ramadan itu harus kita ucapkan melalui lisan, atau cukup dengan perbuatan yang mengarah kepada puasa tersebut. Dalam hal ini adalah bangun sahur dan berhenti makan saat waktu imsak.
Memahami Makna Niat
Sebelum membahas tentang keabsahan puasa, ketika kita lupa membaca niat puasa Ramadan, mari kita mengingat kembali makna niat dalam segala tindakan terkhusus ibadah. Dalam Kitab Fiqh Al-Islami Juz III, terdapat penjelasan bahwa niat adalah i’tikad tanpa ragu untuk melaksanakan amal perbuatan.
Jika kita kaitkan dengan puasa Ramadan, kapan pun saat terbesit dalam hati di waktu malam hari, bahwa keesokan harinya adalah bulan Ramadan dan akan berpuasa, maka itu sudah termasuk niat.
Namun Imam Syafi’i dengan prinsip kehati-hatiannya, sebagaimana penjelasan dalam kitab Al Fiqh Al Manhajy, mengatakan bahwa makan sahur tidak serta merta dengan sendirinya dapat menggantikan kedudukan niat. Kecuali jika terbesit dalam hatinya niat untuk berpuasa. Tentu hal ini bertujuan agar seseorang tidak merasa ragu dengan puasa yang ia jalani.
Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami makan sahur yang dimaksudkan untuk berpuasa terhitung sebagai niat. Meskipun tidak terucapkan secara verbal pada waktu tertentu. Namun tentu saja melafalkan niat di malam hari itu lebih dianjurkan. Karena ada orang yang belum benar-benar sadar saat terbangun ketika sahur, sehingga lupa membersitkan niat dalam hatinya.
Niat Adalah Ruh Ibadah
Sebagaimana yang kita ketahui, niat adalah ruh dalam ibadah. Salah satu yang membedakan apakah perbuatan yang kita lakukan itu sebuah ibadah atau tidak, itu terletak pada niat yang terbesit dalam hati. Hingga kemudian kita sempurnakan dengan lafadz yang kita ucapkan, serta tindakan yang kita lakukan.
Sebagaimana hadis populer riwayat Imam Bukhari sebagai berikut:
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR. Bukhari)
Oleh karena kedudukan niat ini sangat penting dalam ibadah, khususnya dalam bulan Ramadan. Jumhur Ulama lebih menganjurkan membaca niat ini di malam hari. Yakni dengan lafadz yang khusus dan spesifik untuk puasa wajib di bulan Ramadan.
4 Hal Penting yang Wajib Diperhatikan Terkait Niat Puasa Ramadan Menurut Jumhur Ulama
Sebagaimana terangkum dalam Buku Dialog Problematika Umat, KH Sahal Mahfudz (alm) menjelaskan ada 4 hal penting yang harus kita perhatikan bersama terkait niat puasa Ramadan menurut Jumhur Ulama. Tujuannya agar keabsahan niat tersebut benar-benar tidak kita ragukan lagi.
Pertama, Melakukan tabyit an-niyat. Yakni membersit dan membaca niat puasa Ramadan antara waktu Maghrib sampai menjelang Subuh untuk puasa yang akan kita laksanakan keesokan harinya.
Kedua, Mengkhususkan niat puasa wajib saat membaca lafadz niat puasa Ramadan. Hal ini bertujuan agar tidak ada keraguan dan membedakannya dengan ibadah puasa sunnah lainnya.
Ketiga, Memastikan niat (al-jazm bi an-niyyah) hanya untuk satu jenis puasa saja. Yakni puasa wajib di bulan Ramadan.
Keempat, Diperbolehkan juga untuk membaca niat puasa selama satu bulan Ramadan. Hal ini sebagaimana pendapat madzhab Malik. Kemudian niat tersebut kita baca kembali setiap harinya, yang bisa kita lakukan setelah jama’ah salat Tarawih.
Dengan keempat hal di atas, harapannya agar kita terhindar dari keragu-raguan niat saat menjalankan ibadah puasa. Lalu meyakini keabsahannya dari ibadah puasa yang kita lakukan. Wallahu a’lam bi as-Shawab. []