• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Tujuan Pernikahan Bukan Hanya Soal Memiliki Keturunan

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
20/06/2019
in Keluarga
0
Pernikahan, Keturunan

ilustrasi: hidayatullah.com

375
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Beberapa waktu yang lalu, saya mengajak teman-teman santriwati Pondok Pesantren Miftahul Falah kabupaten Garut menonton satu film yang sengaja saya unduh sebelum pulang kampung, yang berjudul Critical Eleven.

Film tersebut merupakan film Indonesia bergenre drama romantis yang dirilis pada 10 Mei 2017. Critical Eleven bercerita tentang pertemuan seorang perempuan dan laki-laki di dalam pesawat terbang. Ketika itu mereka sedang dalam perjalanan menuju satu tempat untuk menyelesaikan pekerjaan dari kantornya.

Ceritanya, setelah pertemuan yang sangat singkat tersebut. Akhirnya keduanya saling jatuh hati, lalu menikah tanpa ribut memperjuangkan restu dari orang tua, apalagi ribut soal jerawat yang tiba-tiba tumbuh di mana-mana saat menjelang hari pernikahan.

Tidak lama pula, di usia pernikahannya yang baru menginjak beberapa bulan. Adinia Wirasti yang berperan sebagai istri dari Reza Rahardian mengandung anak pertamanya.

Potret bahagia sangat jelas terlihat dalam film tersebut. Tentunya pesan yang ingin disampaikan adalah,setiap orang yang sudah menikah tentu sangat bahagia ketika mengetahui akan hadir manusia baru dalam kehidupan rumah tangganya.

Baca Juga:

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

Bias Kultural dalam Duka: Laki-laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi

Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

Tapi, setelah menyaksikan adegan yang cukup membuat kami baper justru sutradaranya dengan cerdas, menyajikan kisah yang menyayat hati. Yaitu bayi yang dikandung Anya (Adinia)  yang sudah berusia sembilan bulan kurang seminggu, terpaksa harus dikeluarkan secara paksa. Karena menurut penuturan dokter kandungan, anak tersebut sudah tidak bernyawa lagi.

Setelah kejadian itu, hubungan pernikahan Anya dan Ale (Reza) mulai kacau. berawal dari saling menyalahkan, hingga tidak saling peduli satu sama lain.

Dalam kesempatan tersebut, saya mencoba mengajak teman-teman yang ikut menonton untuk berdiskusi. Beberapa pertanyaan saya lontarkan kepada mereka untuk direspon, termasuk yang berhubungan dengan tujuan pernikahan.

Seperti sebenarnya siapa yang salah dalam kasus ini? Mengingat Ale selalu menuntut Anya untuk tidak banyak beraktivitas demi kebaikan kandungannya. Ketika Anya tidak mengikuti saran suaminya, akhirnya kandungannya bermasalah.

Lalu apakah Ale berhak untuk mencari perempuan lain? Atau justru Ale yang salah, ia peduli pada bayi dalam kandungan istrinya, tapi mengabaikan kesehatan atau kondisi istrinya?

Para santriwati pun sangat bersemangat memberi komentar. Ada yang menjawab “ini jelas salah Anya, sebagai Istri kok gak nurut sama suami. Lagi pula urusan ekonomi kan bukan tugas dia. Udah tau lagi ngandung, malah balik lagi kerja ke kantor. Jadi enggak punya anak kan.”

Teman yang lain menimpali ”si Ale kalau mau nikah lagi juga boleh. Komunikasi sama istrinya aja udah enggak sehat. Istrinya enggak bisa diatur pula. Tujuan dari pernikahan kan emang memperbanyak keturunan dengan cara yang halal, jadi menurutku enggak salah kalau suami menuntut istrinya untuk menjaga bayi yang dikandungnya.”

Saya mengangguk-ngangguk, tanda menyimak. Setelah mereka selesai dengan argumentasi masing-masing, kemudian giliran saya memberi komentar. Soal keturunan itu hanya Allah yang tahu, kapan waktu yang tepat bagi pasangan suami istri untuk memilikinya. Jadi niat menikah itu bukan hanya untuk memiliki keturunan dengan cara halal, tapi harus didasarkan pula pada kebahagiaan keduanya dengan saling mengerti, memahami kondisi serta kesehatan masing-masing.

Jadi, ketika seorang perempuan yang sedang hamil lalu keguguran, bukan salah siapa-siapa. Bisa jadi karena memang rahimnya belum siap untuk mengandung.

Atau ada pula kasus beberapa perempuan, yang memilih untuk menunda kehamilannya dengan alasan kesehatan. Menurut saya itu tidak perlu dipersoalkan. Karena memang begitulah kehidupan, jalannya tidak selalu mudah.

Misalnya, ada teman saya yang menikah di usia muda, karena pertimbangan kesehatan. Sebelum hari pernikahannya, ia disarankan untuk ikut program KB.

Sampai saat ini, di usia pernikahannya yang menginjak empat tahun, pasangan tersebut belum diberikan keturunan. Berbagai usaha sudah dilakukan, namun memang belum ditakdirkan oleh Allah.

Tetapi yang berkesan, ketika dia terus mengeluh karena berbagai cibiran dari teman, tetangga bahkan keluarganya. Suaminya selalu ada dan memberi semangat. Bahkan ketika sang istri bilang “A, ceraikan aja aku, atau cari perempuan lain yang bisa kasih keturunan, aku bukan perempuan sempurna” https://mubadalah.id/ini-hukum-khitan-bagi-perempuan-menurut-fiqh/

Dengan lembut dan penuh kasih sayang suaminya justru menjawab ”Neng sayang, Aa sampai kapan pun enggak akan ninggalin Neng, walaupun kita belum di kasih anak. Karena dari awal Aa niat menikahimu bukan sekedar mengharapkan anak-anak yang lucu, tapi karena Aa sayang dan cinta.” Ini yang romantis.

Kalau mengutip pendapatnya KH. Husein Muhammad dalam buku Fiqh Perempuan, perkawinan itu sebagai cara reproduksi yang sehat. Artinya pernikahan yang dianjurkan oleh Islam ialah hubungan yang sehat dan bertanggung jawab demi menciptakan cinta dan kasih antara suami dan istri.

Selain itu, agama Islam juga memberi perhatian khusus terhadap masalah kesehatan. Baik kesehatan jasmani maupun rohani. Sebab, kesehatan menjadi syarat bagi tercapaikan kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Dengan begitu, dalam berumah tangga, satu sama lain harus saling memahami, menghargai, memberi dan menerima secara ikhlas. Sehingga ketika salah satunya punya kekurangan, tetap bisa dihadapi dan diperbaiki, bukan malah diacuhkan atau bahkan ditinggalkan.[]

Tags: pernikahanTujuan Pernikahan
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID