• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Memutus Kasus Kekerasan Seksual Di Kampus

Dominasi kekuasaan menjadi latar belakang maraknya kekerasan seksual di kampus. Sebagaimana teori relasi kuasa dari pemikir Prancis Michel Foucault

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
05/09/2023
in Publik
0
Kekerasan Seksual di Kampus

Kekerasan Seksual di Kampus

677
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sangat mencengangkan. Masyarakat harus menghadapi kenyataan bahwa kasus kekerasan seksual juga terjadi di kampus. Bahkan kekerasan seksual tersebut seringkali mendudukan perempuan sebagai korbannya.

Mubadalah.id – Kenyataan yang ada semakin pahit. Kampus menempati urutan kedua pada isu kekerasan seksual yang terjadi di ruang publik. Meskipun masih banyak kasus kekerasan seksual yang sebenarnya belum terungkap di ruang publik yang lain.

Stigma Kampus yang menjadi ruang aman, seakan runtuh dengan fakta yang ada. Masih banyak terjadi kekerasan seksual di dalamnya. Lantas, apa yang menyebabkan kekerasan seksual di kampus  ini terjadi?

Paradigma Lama yang Membelenggu

Salah satu alasan belum terungkapnya kasus yang ada karena kampus menutupi permasalahan tersebut. Alasan karena menjaga elektabilitas kampus menjadi motifnya.

Paradigma demikian tentu merugikan hak korban untuk mendapatkan perlindungan dan juga pemulihan dari kekerasan yang terjadi. Hal ini juga tidak sejalan dengan amanah Permendikbud Ristek Nomor 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi.

Semakin miris, penanganan kekerasan seksual di kampus yang demikian terjadi pada korban perempuan. Terasa sangat bias gender. Bahkan  terjadi  pada kampus yang memiliki anggapan sudah responsif gender.

Baca Juga:

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

Anggapan responsif gender terukur dari terdapatnya Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA). PSGA sendiri memiliki tugas untuk mencegah dan melakukan penanganan kasus berbasis gender yang terbentuk di kampus tersebut.

Dominasi Kuasa sebagai Ketidakadilan Gender di Kampus

Dominasi kekuasaan menjadi latar belakang maraknya kekerasan seksual di kampus. Sebagaimana teori relasi kuasa dari pemikir Prancis Michel Foucault. Tidak bisa mengelak, kekuasaan memang menjadi suatu keniscayaan dalam memahami interaksi dan relasi manusia dalam berbagai kondisi.

Adanya dominasi kekuasaan menjadi landasan terjadinya kekerasan seksual ini. Terdapat beberapa modus, sebagaimana ungkapkan Direktur Lembaga bantuan hukum (LBH) Bali bahwa bentuk-bentuk tersebut bermodus bimbingan skripsi, tugas, kerja kelompok hingga ketika kuliah kerja nyata.

Modus dalam kasus tersebut semakin memperkuat bukti bahwa kekerasan seksual yang terjadi karena relasi kuasa yang tinggi. Kampus yang tidak responsif gender dalam penangan kekerasan seksual tentu merugikan pihak yang lemah. Mensubordinasi dan mengabaikan keadilan bagi korban yang kebanyakan adalah perempuan.

Keadilan dalam Penanganan Kekerasan Seksual di Kampus

Kampus sebagai pemegang kontrol seharusnya menjalankan kuasanya untuk menciptakan keadilan dan kedamaian bukan untuk kedzaliman dan penindasan.

Paradigma lama yang masih berkutat pada alasan untuk menjaga elektabilitas tentu sangat bias gender. Mengesampingkan korban yang kebanyakan adalah perempuan. Khususnya terhadap kekerasan seksual yang penyebabnya adalah adanya tekanan dari relasi kuasa yang lebih kuat.

Kampus harus merekonstruksi paradigma lama dengan paradigma baru. Bahwa kampus yang baik adalah  melaporkan temuan dan hasil penanganan kekerasan seksual yang terjadi. Bukan malah menyembunyikan dan menutupinya.

Mengapa demikian? Karena dengan terbukanya kampus untuk melapor, hasil temuan kekerasan yang ada bisa menjadi basis data. Basis data ini akan sangat berguna karena berasal dari pengalaman perempuan.

Basis data tersebut yang pada nantinya menjadi landasan oleh pemangku kebijakan (KOMNAS Perempuan) dan lembaga negara terkait untuk mencarikan solusi. Nanti semua akan  bersama-sama mengurai permasalahan terkait kekerasan seksual di kampus.

Kampus yang menutup diri akan semakin mensubordinat korban. Melanggengkan ketidakadilan serta menutup jalan dan solusi yang responsif pada permasalahan yang terjadi. Sehingga rekonstruksi paradigma ini tentu saja juga harus mendapat sambutan yang positif dari masyarakat. []

 

 

 

 

Tags: DosenkampusKekerasan seksualmahasiswaPerguruan TinggiPSGA
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID