Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu, teman saya yang berprofesi sebagai guru SD bercerita tentang murid laki-lakinya yang berusia sepuluh tahun. Ia melontarkaan candaan yang berbau seks tanpa ia sadari. Kira-kira begini candaannya “Ibu, kalau Ibu bisa desah enggak sih?”
Cerita tersebut memperlihatkan bahwa betapa anak-anak zaman sekarang bisa dengan mudah mendapatkan berbagai akses pengetahuan, dan informasi melalui media sosial, termasuk pengetahuan seks. Namun jika tanpa pengawasan dampak lain justru malah membuat anak keliru tentang apa yang boleh dan tidak boleh ia lakukan kepada diri sendiri maupun orang lain.
Anak-anak Sekolah Dasar (SD) mungkin belum begitu paham bahwa candaan tentang “desahan” di atas tadi mengarah pada seksisme. Itulah sebabnya mengapa pendidikan seks usia anak seharusnya lebih masif kita sampaikan, dan kita ajarkan. Terutama kepada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar agar mereka mencapai kesadaran penuh dan lebih sensitif tentang hal tersebut.
Oleh karena itu, melalui stakeholder yang ada di sekolah seharusnya mereka bisa mentransformasikan pengetahuan tentang pendidikan seks. Yakni dengan cara yang lebih ramah anak. Misalnya guru menyisipkan hal terkait pendidikan seks pada pembelajarannya melalui permainan menggunakan flashcard bergambar bagian tubuh laki-laki dan perempuan.
Jikapun pihak sekolah belum memiliki sumber pengetahuan yang strategis dan efektif, maka sekolah bisa mengadakan kegiatan dengan mengundang komunitas atau narasumber yang ahli dalam bidang tersebut, untuk berbagi pengetahuan tentang pendidikan seks kepada para siswa.
Mengapa sekolah penting kita libatkan? Karena lingkungan sekolah dipercaya orang tua siswa sebagai tempat yang tepat untuk belajar. Bukan hanya terkait peningkatan akademik, namun juga mampu merubah perilaku anak ke arah yang lebih baik.
Urgensi Pendidikan Seks Usia Anak
Meskipun kenyataanya pendidikan seks belum bisa kita adopsi menjadi kurikulum, namun sekolah bisa mensiasatinya dengan menyisipkan materi tersebut pada saat kegiatan seperti berkemah, field trip atau bahkan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung.
Tujuan pengajaran pendidikan seks sejak anak tidak lain adalah agar anak-anak tidak terkejut ketika mereka memasuki masa pubertas. Selain itu, pendidikan seks tersebut juga berguna untuk mencegah anak melakukan aktivitas seksual yang beresiko, dan menjadi bekal mereka agar tidak menjadi pelaku maupun korban pelecehan seksual di masa depan.
Memang tidak semua pengetahuan tentang seks harus anak-anak dapatkan. Namun seperti apa yang Clara Kriswanto jelaskan bahwa paling tidak ada empat pengetahuan tentang pendidikan seks yang harus kita ajarkan kepada anak dengan rentang usia 6-12 tahun.
Pertama, ajarkan tentang menghargai lawan jenis
Pada rentang usia 6-9 tahun, anak perlu mendapatkan informasi mendasar tentang permasalahan seksual. Sehingga penting bagi kita untuk membantu anak untuk memahami bagaimana caranya untuk menjaga diri sendiri , juga orang lain sekaligus cara untuk menghargainya.
Kedua, ajarkan tentang masa pubertas
Berikan informasi kepada mereka bahwa nantinya mereka akan menginjak masa pubertas. Hal itu kita sampaikan agar anak tidak terbata-bata ketika mereka mengalaminya.
Setelah mereka kita beri pengertian tentang masa pubertas, pada rentang usia 10-12 tahun, bantu anak untuk memahami apa sebenarnya masa pubertas. Apa yang akan terjadi pada laki-laki maupun perempuan pada masa pubertas, dan perubahan apa yang akan mereka alami.
Ketiga, ajarkan tentang resiko berhubungan seksual
Ajak anak untuk diskusi terbuka tentang apapun termasuk mendsikusikan apa itu hubungan seksual dan apa saja resikonya. Sehingga penting bagi anak yang berusia 10-12 tahun kita berikan pemahaman bahwa proses kematangan seksual setiap individu itu berbeda-beda.
Hubungan seksual beresiko akan menimbulkan dampak negatif seperti penyakit menular, kehamilan tak direncanakan, dan resiko lainnya. Sehingga, berikan pemahaman kepada mereka bahwa mengungkapkan atau mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayang kepada orang lain itu bisa kita lakukan tanpa perlu melakukan hubungan seksual.
Keempat, ajarkan anak tentang alat kontrasepsi
Bantu anak untuk memahami berbagai macam alat kontrasepsi, kegunaan, dan manfaatnya. Jelaskan juga pentingnya alat kontrasepsi untuk laki-laki dan perempuan.
Oleh karena itu penting sekali empat pengetahuan tersebut didapatkan oleh anak dengan rentang usia 6-12 tahun. Tujuannya agar mereka tumbuh menjadi anak yang sensitif dan sadar tentang pentingnya mengenal tubuhnya sendiri. Selain itu, mengenal tubuh orang lain sehingga ia akan menjaga dan menghargai diri sendiri, juga keberadaan orang lain. []