• Login
  • Register
Senin, 9 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Refleksi Maulid Nabi dan Spirit Menjaga Lingkungan

Ekspresi cinta melalui maulid nabi selayaknya dibarengi dengan cinta lingkungan, karena sedari awal kelahiran Nabi Muhammad turut menghidupi lingkungan yang sedang dilanda masa kesulitan

Moh. Jamalul Lail Moh. Jamalul Lail
28/09/2023
in Publik
0
maulid nabi

maulid nabi

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagian besar umat muslim lazimnya merayakan peringatan maulid nabi sebagai ekspresi kecintaan pada Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia, khususunya Jawa, perayaan ini mewujud menjadi beragam konsep kegiatan seperti pengajian umum, gebyar sholawat, walimah, khitanan massal atau ajang lomba keislaman.

Sementara di beberapa daerah, perayaan maulid bahkan telah melebur dengan tradisi lokal, misalnya Sekaten di Solo, Weh-Wehan di Kendal, Ampyang Maulid di Kudus dan Meron di Pati.

Tak tanggung-tanggung, di Semarang misalnya, euforia maulid nabi terasa selama 12 hari pertama bulan Rabi’ul Awwal. Berduyun-duyun majelis putra maupun putri membaca beragam versi maulid (Ad-Diba’i, al-Barzanji, Simthu ad-Durar, dsb.).

Terlepas dari apapun bentuk acaranya, peringatan maulid nabi tak lepas dari kebutuhan pengadaan hidangan untuk dibagikan pada seluasnya-luasnya masyarakat umum. Para dermawan biasanya memanfaatkan momentum ini untuk bersedekah dalam bentuk makanan, minuman atau sekadar jajanan yang terkemas sedemikian rupa.

Meski demikian, niat baik tersebut tak jarang menjadi bumerang bagi lingkungan sekitar. Pasalnya, penggunaan kemasan plastik masih menjadi alternatif favorit yang belum tergeser hingga saat ini.

Baca Juga:

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Membaca Ensiklik Katolik Laudato Si’ Menggunakan Perspektif Mubadalah

Belum lagi, masalah berlebihnya pasokan makanan. Juga perilaku oknum yang meninggalkan sampah di lokasi acara. Ironisnya, fenomena banjir sampah logistik seusai acara akbar seolah sudah biasa.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) mencatat bahwa 40,5% dari 35,4 juta ton sampah di Indonesia berasal dari sisa makanan. Selama 5 tahun belakangan (2018-2022), sampah dari sisa makanan juga selalu menempati posisi tertinggi pertama. Sementara sampah plastik menduduki posisi tertinggi kedua.

Lingkungan vis a vis Kemajuan Peradaban

Adalah keniscayaan, selalu ada harga yang harus terbayar dari pesatnya kemajuan peradaban, utamanya teknologi. Keduanya ibarat timbangan yang berat sebelah. Jika satu sisi lebih maju, sisi lain harus terkorbankan.

Problem saat ini, kemajuan peradaban menjadi perhatian utama. Sedangkan kelestarian lingkungan rentan terabaikan. Kita ambil contoh dari kehadiran bahan plastik yang selangkah lebih ramah lingkungan pada masanya. Namun, saat ini justru menjadi ancaman.

Sejak tahun 1860an, penemuan bahan plastik awalnya bertujuan untuk menggantikan kertas yang bahan dasarnya adalah kayu. Kala itu, penggunaan kertas besar-besaran menjadi biang dari maraknya penebangan liar di berbagai belahan dunia. Akan tetapi semakin ke sini, penumpukan sampah plastik ternyata juga cukup mengancam keberlangsungan lingkungan abiotik.

Apakah kembali menggunakan bahan kertas adalah solusi terbaik? Barangkali penggunaan wadah berbahan kramik untuk konsumsi habis di tempat cukup bisa meminimalisir penggunaan plastik. Demikian juga sampah sisa makanan.

Saat ini kita sudah terdoktrin dengan gaya hidup serba instan tapi jarang mempertimbangkan risiko jangka panjang. Tanpa sadar, setiap perayaan maulid nabi atau Hari Besar Islam lainnya, kita menjadi penyumbang kiloan sampah kemasan plastik dan sisa makanan.

Jika hal tersebut terjadi selama 12 hari selama perayaan maulid nabi, berapa banyak akumulasi sampah dari ratusan atau bahkan ribuan jamaah? Itu masih satu majelis. Tentu saja jumlah itu masih dikalikan dengan total majelis lain yang juga mengadakan event yang sama.

Muhammad Abduh pernah mengaku bahwa di Mesir ia menemukan muslim, namun tidak menemukan spirit Islam. Sementara di Barat, ia tidak menemukan muslim, namun justru ia menemukan spirit Islam. Abduh malah menemukan implementasi dari nilai-nilai ajaran Islam yang disiplin, bersih dan rapi di negara-negara yang notabene mayoritas penduduknya bukan beragama Islam.

Kutipan populer dari Abduh tersebut hendaknya menjadi tamparan bagi kita, muslim Indonesia. Semestinya kedisiplinan dan kebersihan kita jadikan sebagai jalan hidup (way of life). Lebih-lebih, maulid nabi berarti merayakan kelahiran Muhammad yang menebar kasih dan kedamaian pada segenap ciptaan-Nya.

Alam pun Merayakan Maulid Nabi

Agaknya kita perlu berkaca dari fakta sejarah saat Muhammad kecil disusui oleh Tsuwaibah Aslamiyyah dan Halimah As-Sa’diyyah. Menurut riwayat dari Ibnu Ishaq, suatu ketika Halimah mencari anak untuk disusui hingga ke Mekkah. Kala itu, mencari anak yang mau disusui menjadi salah satu upaya mencari penghasilan harta.

Sementara Muhammad sebagai anak yatim, banyak wanita yang menolak untuk menyusuinya. Alasannya karena para wanita mengira tak akan mendapat imbalan harta jika menyusui seorang anak yatim. Namun tidak demikian dengan Halimah.

Dalam kondisi alam yang paceklik, Halimah membawa pulang Muhammad kecil dengan sepenuh hati untuk disusui. Setelah beberapa waktu, ia mendapat keberkahan berupa hasil bumi yang melimpah di tengah musim kering. Keledai dan unta tunggangannya juga menjadi lebih gemuk dan menghasilkan susu yang banyak. Demikian penjelasan Ibnu Hisyam dalam Sīrah an-Nabawiyyah karyanya.

Ternyata kita bukan satu-satunya yang merayakan maulid nabi. Keberlimpahan hasil alam tersebut seolah turut merayakan kelahiran Nabi Muhammad dengan kesuburan dan sejumlah produk yang dapat kita nikmati. Sementara kita biasa merayakannya dengan melalui beragam model seremoni.

Hanya saja, ada satu hal yang perlu kita renungi dari sekadar seremoni maulid nabi. Ekpresi cinta melalui maulid nabi selayaknya dibarengi dengan cinta lingkungan. Sebab sedari awal, kelahiran Nabi Muhammad turut menghidupi lingkungan yang sedang dilanda masa kesulitan. []

Tags: Darurat SampahIsu LingkunganMaulid NabiMinim SampahSampah MakananSampah Plastik
Moh. Jamalul Lail

Moh. Jamalul Lail

Penikmat dialog soal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

Terkait Posts

Kartu Penyandang Disabilitas

Kartu Penyandang Disabilitas (KPD), Ahlan wa Sahlan! 

9 Juni 2025
Kritik Siti Hajar

Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

8 Juni 2025
Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Abah dan Azizah

    Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menolak Lupa, Tragedi Sejarah Kekerasan terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kartu Penyandang Disabilitas (KPD), Ahlan wa Sahlan! 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih
  • Islam dan Kemanusiaan
  • Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam
  • Kartu Penyandang Disabilitas (KPD), Ahlan wa Sahlan! 

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID