Mubadalah.id – Ibnu al-Mundzir lahir sekitar tahun 241 H. Imam adz-Dzahabi menyebut tahun kelahiran Ibnu al-Mundzir hampir sama dengan wafatnya Imam Ahmad bin Hanbal.
Sementara itu, Az-Zirikli dalam bukunya, Al-A’lam, menyebut kelahiran Ibnu al-Mundzir ialah tahun 242 H.
Ibnu al-Mundzir, setelah belajar di desanya, pergi merantau ke Mesir untuk menuntut ilmu hadis dan fiqh.
Di kota tua itu, ia bertemu dengan Rabi’ bin Sulaiman (w. 270 H), murid utama dan teman Imam asy-Syafi’i. Kepada Rabi’ bin Sulaiman, Ibnu al-Mudzir mengaji kitab-kitab karya Imam asy-Syafi’i.
Di kota ini juga, ia berguru kepada ahli fiqh besar, Imam Muhammad bin Abdullah bin al-Hakam (w. 268 H), dan beberapa ulama lain.
Kemudian, ia berangkat ke Naisabur, Iran, untuk mengaji hadis kepada sejumlah ulama besar di sana, antara lain Al-Hafizh Muhammad bin Yahya adz-Dzihli (w. 267 H).
Dari sana, ia melanjutkan perjalanan ke Makkah untuk belajar hadis kepada seorang muhaddits ternama, Muhammad bin Ismail ash-Shaiqh (w. 276 H), kemudian ia bermukim di kota suci itu.
Selanjutnya, Ibnu al-Mundzir mengembangkan ilmunya dengan memberikan pengajian kepada publik dan menulis.
Karier ilmiahnya melejit sehingga diangkat menjadi Syekh al-Haram al-Makky (guru besar Makkah). Popularitasnya sebagai ulama besar dan ahli hadis bergelar “al-hafizh” menjulang.
Imam Nawawi bahkan memandangnya sebagai mujtahid mutlak, sebagaimana para imam mazhab besar.
Imam Taqiyuddin as-Subki menyebut Ibnu al-Mundzir sebagai salah seorang tokoh besar, seorang imam mujtahid, ahli hadis yang ugahari.
Secara lebih detail, saya sebutkan guru-guru Ibnu al-Mundzir dari kalangan perempuan ulama, mulai ketika ia di Kairo hingga Naisabur.
Di Kairo
Ketika di Kairo (Mesir), guru-gurunya antara lain ialah Shafa al-‘Aisy Abdullah asy-Asyrafiyah al-Khamriyah, Umm Hasan Ghufaibah binti Inan as-Sa’diyah.
Kemudian belajar juga kepada Umm Fadhl Karimah binti al-Haq asy-Syafi’iyyah, Umm Maftuh binti Ibrahim asy-Syamiyah al-Mishriyah, dan Umm Abi al-Abbas ‘Azizah binti Abd al-Malik al-Qurasyiyyah.
Kemudian, saat ia berada di Iskandariah (Mesir), guru-gurunya dari kalangan perempuan ulama ialah Umm Muhammad Khadijah binti Mufadhal al-Maqdisiyyah dan Khadijah binti al-Hafizh Abi ath-Thahir as-Salafi.
Sementara, ketika di Damaskus, Suriah, guru-gurunya ialah Ni’mah binti Ali Yahya ath-Tharrah, Karimah Abdul Wahhab Ali al-Asadiyyah.
Selanjutnya, ia juga berguru kepada ulama-ulama perempuan di Baghdad, Irak, seperti Umm al-Hayah Farhah Qirthas al-Auni, Atikah binti al-Hafizh Abi al-Ala al-Hamadaniyah.
Kemudian, Umm Abdurrahman Yahya bin Ali al-Hamadaniyah, Hafshah Abi Bakar al-Mubarak al-Baghdadi.
Dan, saat di Asbihan (Persia), ia berguru kepada Ummu Hani Afifah Ahmad al-Farfaniyah, Aisyah Mu’ammar al-Fakhir al-Ashbihaniyah, dan Ain asy-Syams Ahmad ats-Tsaqafi.
Serta ketika di Naisabur (Persia), ia berguru kepada Ummu al-Muayyad Zainab Abdurahman al-Jurjani dan Hamadzan Fatimah al-Hasan Ahmad al-Hamadaniyah. []