• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perjalanan Munajat Rabi’ah Al-Adawiyah

Pada dini hari yang sepi, Rabi'ah bangun. Hatinya gundah gulana. Ia segera bangkit, mengambil air wudhu, dan bermunajat. Setiap malam, ia bermunajat kepada Allah, sambil menangis tersedu-sedu.

Redaksi Redaksi
04/11/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Rabi'ah

Rabi'ah

685
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rabi’ah al-Adawiyah ialah sosok yang paling cantik. Saat berada di tengah jalan, ia ditangkap orang, lalu dijual kepada pemilik sebuah tempat hiburan malam.

Di tempat itu, ia bekerja sebagai peniup “Ney”, suling, untuk beberapa waktu, hingga akhirnya menjadi penyanyi. Di samping wajahnya yang cantik, ia juga perempuan bersuara merdu.

Rumah hiburan itu tiba-tiba menjadi ramai pengunjung, dan pemiliknya mendadak kaya-raya. Para pengunjung merasa senang mendengar nyanyian-nyanyian Rabi’ah.

Bila malam telah larut, dan suasana di sekitar tempatnya menginap telah sunyi sepi, Rabi’ah tak segera beristirahat.

Ia justru segera mengambil air wudhu dan shalat tahajud berlama-lama. Ia mengadukan hidupnya kepada Tuhan. Rabi’ah shalat, berdoa, dan bermunajat dengan seluruh jiwa raganya sepanjang malam hingga fajar merekah.

Baca Juga:

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Girls, No More Worry! Kini Bisa Pilih Kursi Sesama Perempuan di KAI

Rabiah al-Adawiyah: Sufi Perempuan yang Tekun Bekerja

Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

Pada dini hari yang sepi, Rabi’ah bangun. Hatinya gundah gulana. Ia segera bangkit, mengambil air wudhu, dan bermunajat. Setiap malam, ia bermunajat kepada Allah, sambil menangis tersedu-sedu.

Kemudian dalam munajat itu, ia mengatakan:

“Tuhanku, aku adalah perempuan yatim piatu yang menderita dalam belenggu perbudakan oleh manusia. Aku rela menanggung sakit dengan seluruh kesabaran yang aku miliki. Biarlah aku begini.”

“Derita ini tak seberapa berat dibandingkan derita yang akan aku alami di akhirat yang akan membakar ruhku dan melepaskan kesabaranku. Wahai Tuhan, kerelaan-Mu-lah satu-satunya harapanku. Anugerahi aku rasa cinta kepada-Mu dan pengetahuan tentang-Mu. Wahai Tuhanku, itulah puncak cita-citaku.”

Begitulah munajat Rabi’ah setiap malam. Hatinya selalu dilanda gelisah. Ia menjadi jarang tidur. Nah, pada suatu malam, manakala ia tengah khusyuk bermunajat, kamarnya berpendar cahaya.

Lampu di atas berputar-putar mengelilingi kepalanya. Tuan rumah melihat cahaya itu, dan ia terperangah dalam kekaguman yang luruh.

Kemudian, esok harinya, Rabi’ah dibebaskan dan menjadi orang merdeka. Majikan itu merendahkan diri di hadapannya sambil memohon maaf atas perlakuannya kepada Rabi’ah selama ini. []

Tags: MunajatPerjalananRabi’ah al-‘Adawiyah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kursi Lipat

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

8 Juni 2025
Anda Korban KDRT

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

7 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID