Mubadalah.id – Barangkali series dari film Gadis Kretek adalah gambaran tentang kemerdekaan dan kebebasan perempuan mengekspresikan kompetensi perempuan. Di mana selama ini banyak disuarakan oleh para aktivis perempuan.
Series yang diangkat dari sebuah novel karya Ratih Kumala memiliki nuansa yang sangat dekat dengan kondisi perempuan. Di mana ia merindukan kebebasan untuk mengekspresikan kompetensi yang dimiliki. Jeng Yah sebagai tokoh utama dari film tersebut memiliki karakter yang kuat sebagai perempuan yang menginginkan kebebasan.
Pada dunia kretek, masyarakat masih memandang perempuan tidak layak untuk menjadi bagian penting dalam produksi kretek. Yakni peracik saus rokok. Jeng Yah bergulat di sana dengan mitos dan pandangan tentang hal tersebut, berusaha melawan dan mendobraknya.
Kesempatan demi kesempatan selalu ia upayakan untuk mewujudkan mimpi besarnya sebagai peracik saus. Hingga akhirnya ia berhasil melakukannya dan mampu melahirkan kesuksesan. Namun, semua kesuksesan dan keberhasilan tidak ia nikmati sepenuhnya.
Perlawanan atas Stigma
Sebagai penonton, saya melihat secara jelas bagaimana seorang perempuan yang terkendala untuk mengekspresikan kemampuannya atau keahliannya hanya karena dia seorang perempuan. Realita hari ini masyarakat kita masih demikian.
Untuk menyelesaikan semua kendala yang ia miliki, Jeng Yah memiliki kapasitas yang cukup untuk melakukan berbagai upaya sebagai bentuk perlawanan. Pengetahuan yang mapan tentang dunia kretek dan karakter independen memberikan kekuatan kepada Jeng Yah untuk melakukan perlawanan atas stigma “perempuan tak mampu menjadi peracik saus kretek”.
Hal lain yang saya sorot dari menonton Gadis Kretek yakni tentang perempuan dalam memilih pasangan. Dalam memilih pasangan, di antara kita terkadang fokus melihat sesuatu yang berada di luar diri. Misalnya, mengikuti preferensi masyarakat secara umum. Bukan sesuai dengan kebutuhan diri yang sesungguhnya.
Namun, apa yang Jeng Yah lakukan sebaliknya. Ia sulit jatuh cinta dengan laki-laki sebab dia tidak menemukan seseorang yang bisa membantu memenuhi kebutuhannya dan memberikan kebebasan padanya. Bahkan ayahnya pun merasa kaget saat mendengar dia telah merasakan jatuh cinta dengan Mas Raya.
Memilih Pasangan
Jeng Yah menilai bahwa Mas Raya layak ia cintai dan menjadi pasangannya sebab treatment yang diberikan mengandung kebebasan. Barangkali kita bisa belajar dari Jeng Yah dalam memilih pasangan. Memilih dengan alasan sesuai dengan kebutuhan dan baik untuk keberlangsungan kehidupan perempuan selanjutnya. Ini bagian yang bisa kita lakukan untuk merealisasikan hidup bahagia pasca menikah.
Walaupun akan ada konflik pasca pernikahan. Namun karena kita telah memilih pasangan yang memiliki frekuensi yang sama dan memberikan kebebasan sekaligus mendukung untuk mengembangkan kemampuan yang kita miliki. Satu langkah hal yang akan memperumit telah kita hindari terlebih dahulu.
Terlepas dalam cerita tersebut Mas Raya gagal menjadi suaminya, namun sebenarnya ia adalah salah satu yang layak untuk terpilih dan pantas dicintai oleh Jeng Yah. Terlebih karena kerelaan yang Mas Raya berikan kepada Jeng Yah untuk mendapatkan kebebasan yang selama ini ia mimpikan menjadi peracik saus.
Stigma Perempuan Perokok
Selain tentang pemilihan pasangan, film ini juga bagi saya menyinggung tentang stigma perempuan perokok sebagai sosok yang tidak bermoral. Jeng Yah sebagai sosok yang mencintai dan mendalami dunia rokok diceritakan dengan begitu apik dengan pengetahuan dan moral yang ia miliki.
Bagaimana dia sangat piawai untuk berinteraksi dan menghormati pada pegawai serta orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia tidak tergambarkan sebagai sosok yang tidak bermoral. Justru pengetahuan dan keterampilannya mengenai dunia kretek beserta karakter lainnya mengantarkan Jeng Yah menjadi sosok perempuan teladan.
Terlepas dari semua yang saya sampaikan, kelahiran film atau series semacam ini menjadi satu semangat dan optimisme tersendiri. Yakni optimisme atas lahirnya pemberian kesempatan bagi perempuan. Edukasi maupun sosialisasi bisa kita lakukan secara laten dari film Gadis Kretek semacam ini.
Film bisa menjadi sarana yang tepat, menghibur dan tidak menggurui. Barangkali, ini juga menjadi satu hal yang bisa banyak pihak lakukan untuk menyebarluaskan pengetahuan yang penting. Tujuannya agar tersampaikan pada masyarakat. sekian. []