• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Mengenal Lebih Dekat Aisyah binti asy-Syathi’

Bakat Bintusy Syathi' sebagai perempuan ulama telah tampak sejak kanak-kanak. Ia hafal al-Qur'an pada usia tujuh tahun.

Redaksi Redaksi
15/12/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Syathi'

Syathi'

264
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Masyarakat Mesir menyebutnya Bintusy Syathi’. Secara literal, nama ini bermakna “anak perempuan tepi Sungai Nil”.

Sementara, nama aslinya ialah Aisyah bin Abdurrahman. Ia lahir pada 6 November 1913, di Dumyath, di daerah sebelah barat Sungai Nil. Karena itulah, ia memakai nama Bintusy Syathi. Ayahnya, Abdurrahman, adalah tokoh sufi dan guru teologi di Dimyath.

Saat kanak-kanak, Bintusy Syathi belajar mengaji kepada orang tuanya sendiri: membaca (mengaji) al-Qur’an dan keilmuan Islam dasar, seperti ilmu tauhid, fiqh, dan bahasa.

la konon sangat ingin belajar di madrasah di desanya, tetapi ayahnya tidak mengizinkannya ke luar rumah. Ia hanya boleh belajar di dalam rumah. Ayahnya berkata, “Anak perempuan ulama tak patut keluar rumah.”

Bintusy Syathi’ bersedih hati dan memberontak dengan mogok makan. Kakeknya merasakan kesedihan cucunya itu, dan berusaha membujuk putranya (Abdurrahman) agar mengizinkan Bintusy Syathi’ belajar di madrasah.

Baca Juga:

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha

Mengenal Istilah Keulamaan Perempuan

Mengenal Konsep Keluarga Maslahah An-Nahdliyyah (KMaN)

Abdurrahman akhirnya mengizinkan putrinya, tetapi dengan syarat hanya sampai usia baligh. Sesudah itu, sang putri tidak boleh keluar rumah, dan hanya belajar di rumah. Jika kelak ujian di madrasah, ia akan didaftarkan ikut ujian.

Bakat Bintusy Syathi’ sebagai perempuan ulama telah tampak sejak kanak-kanak. Ia hafal al-Qur’an pada usia tujuh tahun.

Saat musim ujian tiba, ia diikutkan, dan ternyata ia memperoleh nilai tinggi, mengungguli teman-temannya dalam semua mata pelajaran di madrasah itu.

Dan, prestasi ini ia capai sampai pada tingkat madrasah tsanawiyah (aliyah di Indonesia).

Meski Bintusy Syathi’ merasa bahwa didikan ayahnya sangatlah ketat, tetapi ia begitu mengagumi dan menghormatinya. Ia bercerita tentang ayahnya, “Kepada orang yang aku banggakan, ayah yang shalih, guru pembimbingku, pemimpin yang kusegani, Syekh Muhammad Abdurrahman al-Husaini.”

“Ia lah yang sangat menginginkanku belajar ilmu-ilmu Islam, dan selalu berpesan kepadaku agar tak pernah berhenti belajar. Ia lah yang selalu menuntunku ke jalan kehidupan yang jujur dan benar.” []

Tags: Aisyah binti asy-Syathi'Bintusy Syathi'dekatmengenal
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Rahasia Rasa

    Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja itu Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Malu Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID