• Login
  • Register
Jumat, 20 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Gen-Z, Generasi Peduli Perubahan Iklim

Hasil penelitian Indonesia Gen-z Report 2022, sebanyak 79% dari generasi z menyatakan perubahan iklim merupakan isu yang serius

Salsabila Septi Salsabila Septi
14/08/2024
in Publik
0
Generasi Peduli Perubahan Iklim

Generasi Peduli Perubahan Iklim

996
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Gen-Z saat ini selalu jadi perbincangan dan mendapatkan banyak sorotan, dari beragam karya yang mereka ciptakan hingga tingkah mereka khususnya di media sosial. Gen-z sendiri ialah generasi yang lahir antara tahun 1997-2012, dan kini mulai masuk dalam usia produktif. Generasi ini lahir bersamaan dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat. Mereka terpapar beragam informasi dan terkadang tanpa memahami kebenarannya.

Stigma Negatif Gen-z

Beragam stigma negatif juga muncul dari generasi ini. Mereka dianggap generasi yang lemah dan tak berdaya jika dihadapkan pada suatu masalah. Generasi ini juga punya sebutan lain yaitu generasi stroberi. Analogi buah stroberi tampaknya sesuai, karena buah ini punya tekstur yang lembut tetapi juga kaya rasa.

Stigma negatif gen z muncul baik dari generasi sebelumnya maupun gen-z itu sendiri yang seringkali merasa relevan dengan kondisi tersebut. Walau demikian, kecemasan dan munculnya stigma negatif terkait gen-z tadi juga ada sebab tertentu. Perkembangan teknologi yang begitu pesat dan informasi yang mereka dapatkan sangat cepat dan luas daripada generasi sebelumnya.

Tak hanya perkara pesatnya perkembangan informasi melalui sosial media, gen z juga punya beragam tantangan lain yang tak kalah pentingnya dalam membentuk stigma terhadap mereka. Salah satunya dengan permasalahan perubahan iklim yang mereka hadapi.

Mengutip dari website PBB Indonesia, perubahan iklim merupakan kondisi yang mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Dan sejak tahun 1800-an, ketika revolusi industri jadi penyebab utama dalam perubahan iklim. Lalu bagaimana kita membangun gen-z sebagai generasi yang peduli perubahan iklim?

Baca Juga:

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Surga Raja Ampat dan Ancaman Pertambangan Nikel

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

Kenalan dengan Perubahan Iklim

Perubahan iklim ini terjadi karena adanya pembakaran bahan bakar fosil, batu bara, minyak dan gas yang mengakibatkan emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca bekerja seperti selimut yang menaikkan suhu bumi. Panas yang dihasilkan dari emisi tadi, hanya terjebak dalam atmosfer bumi yang akibatnya suhu panas hanya berputar dalam atmofer bumi.

Jumlah emisi yang terus meningkat, mengakibatkan kondisi bumi lebih menghangat. Bahkan, pada rentang tahun 2011-2023 adalah rekor terpanas bumi. Dari kondisi ini, nyatanya gen-z punya kepedulian besar dalam isu ini. Mereka punya pandangan yang luas terkait permasalahan ini.

Gen-z yang hidup di tengah dampak perubahan iklim akan langsung melakukan aksi nyata, kreatif dan inovatif. Hal ini menunjukkan Gen-Z sebagai generasi peduli perubahan iklim. Mengutip dari mediaindonesia.com, hasil penelitian Indonesia Gen-z Report 2022, sebanyak 79% dari generasi z menyatakan perubahan iklim merupakan isu yang serius.

Gen-z, Generasi yang Kreatif

Walau dapat stigma dan julukan yang arahnya negatif, nyatanya gen z punya segudang kreativitas dan bakat tersendiri. Bahkan, berdasarkan hasil studi yang McKinsey lakukan pada tahun 2018, menggolongkan gen z pada 4 golongan. Yang mana golongan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, Gen-z merupakan “the undefined ID”, generasi yang punya keterbukaan dalam menghargai ekspresi setiap individu tanpa memberi label tertentu. Kedua, Gen-z diidentifikasikan sebagai “the communaholic” atau generasi yang tertarik dan terlibat langsung dalam berbagai komunitas dengan pemanfaatan kecanggihan teknologi.

Ketiga, gen-z juga dikenal sebagai “the dialoguer” mereka mempercayai bahwa komunikasi  dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik. Keempat, gen-z juga disebut sebagai “the realistic” gen-z jadi generasi yang menikmati kemandirian dalam proses belajar dan mencari informasi, sehingga mereka senang atas keputusan yang mereka pilih.

Penulis jadi salah satu jutaan gen z yang ada di luar sana. Karakter gen z baik negatif maupun positif pastinya ada dalam diri penulis. Tidak menutup kemungkinan dalam membawakan pembahasan ini penulis juga mengalami kesalahan. Tetapi, hanya terfokus pada stigma negatif tidak akan membuat penulis dan kita semua para gen-z mampu berkembang merespon perubahan zaman.

Melakukan pembuktian adalah salah satu usaha gen z dalam menghancurkan stigma negatif ini. Setiap generasi pasti punya kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Dan dalam isu perubahan iklim, kalian punya peran yang penting dalam melakukan mitigasi hingga adaptasi.[]

 

Tags: Aksi NyataGen ZIsu LingkunganKepedulianPerubahan Iklim
Salsabila Septi

Salsabila Septi

Menulis untuk ketenangan, dan menjaga alam untuk kemaslahatan.

Terkait Posts

Ekoteologi Kemenag

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

20 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

20 Juni 2025
Revisi Sejarah

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Greta Thunberg

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

18 Juni 2025
SIS Malaysia

Berproses Bersama SIS Malaysia

18 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pasangan Hidupnya

    Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan
  • Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme
  • Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan
  • Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID