• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mitos Stunting di Masyarakat

Pemahaman stunting yang salah kaprah, dapat menajamkan stigma terhadap anak dan Perempuan lho!

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
14/09/2024
in Keluarga
0
Mitos Stunting

Mitos Stunting

842
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belum lama ini, saya terlibat dalam diskusi interaktif anak muda dengan topik “Stunting: Kita Bisa Apa?” Saat itu, Kak Wulan dari Platform Komunitas Girls Support Girls yang memantik diskusi kami. Seru, asik, dan tentunya hangat. Meskipun kami belum menikah, apalagi memiliki pengamalan tentang kehamilan, namun kami sangat tertarik dan berhasil mendapatkan banyak insight tentang stunting.

Sedikit ingatan yang ingin saya bagikan kepada teman-teman melalui tulisan ini yaitu tentang mitos-mitos stunting. Pemahaman stunting yang salah kaprah, dapat menajamkan stigma terhadap anak dan Perempuan lho!

Apa itu stunting?

Sebelum bicara mitos, mengetahui makna stunting juga sama pentingnya. Menurut WHO, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Biasanya stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak yang berada di bawah standar.

Faktanya, stunting bisa terjadi pada bayi sejak dalam kandungan. Karena kebutuhan nutrisi sang bayi terhitung sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bukan hari pertama kelahiran. Tidak perlu khawatir, untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin hingga kelak menjadi bayi, rutinlah memeriksa kehamilan ke puskesmas atau klinik terdekat.

Semacam buku saku, setiap calon ibu pasti memiliki Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang warna sampulnya merah muda. Di dalamnya, terdapat grafik panjang badan dan tinggi badan menurut umur anak baik laki-laki maupun Perempuan. Setidaknya, instrumen tersebut dapat membantu orang tua dalam mengawasi proses pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

Mitos: Stunting dipengaruhi oleh faktor genetik

Genetik bukanlah salah satu penyebab stunting. Melainkan kekurangan gizi bagi ibu dan janin sejak 1000 hari pertama kehidupan. Seorang ibu stunting memang berkemungkinan melahirkan anak stunting. Tetapi ini bukan karena turunan, namun adanya pola hidup dan pola makan bawaan Ketika hamil dan sebelum hamil.

Penyebab lainnya bisa karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan dan gizi sebelum dan masa kehamilan. Terbatasnya layanan Kesehatan sebelum, selama, dan sesudah masa kehamilan yang berkualitas. Serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang layak.

Mitos: Anak pendek pasti stunting

Stunting sering diterjemahkan dengan “perawakan pendek”. Ciri umum stunting adalah tinggi badan yang lebih pendek dari anak seumurannya. Namun, tidak semua anak pendek itu stunting. Jadi jangan asal mendiagnosis seorang balita itu stunting hanya dari perawakannya.

Apalagi jika perawakan ini menjadi bahan candaan yang justru semakin mendeskriminasikan seorang anak.

Mitos: Dampak stunting hanya terlihat secara fisik

Selain fisik, stunting juga berdampak pada seluruh pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya penurunan fungsi kognitif. Yaitu fungsi kompleks pada otak yang melibatkan aspek memori baik jangka pendek maupun panjang, perhatian, perencanaan, nalar, dan strategi seseorang dalam berpikir. Menurunnya kecerdasan pada anak akan berimbas pada produktivitasnya saat dewasa.

Selain itu, ada juga penurunan fungsi kekebalan tubuh. Menurunnya sistem imun dapat membuat anak mudah sakit. Akibat tinggi badan di bawah rata-rata, metabolisme tubuh anak dapat terganggu. Serta tidak menutup kemungkinana dapat menimbulkan penyakit tidak menular seperti hipertensi, jantung, osteoporosis, dan penurunan toleransi glukosa.

Mitos: Pencegahan stunting merupakan tanggung jawab ibu/Perempuan

Pencegahan stunting bukan hanya tanggung jawab ibu atau Perempuan. Melainkan tanggung jawab bersama. Urusan gizi dalam keluarga merupakan tanggung jawab penuh kedua orang tua. Bukan hanya ibu, ayah juga memiliki tugas yang setara dengan ibu dalam mengasuh anak serta pekerjaan rumah.

Selain orang tua, pemerintah juga memiliki andil dalam pencegahan stunting. Yaitu dengan memberikan akses makanan sehat dan bergizi yang lebih terjangkau, memfasilitasi akses air bersih dan sanitasi yang layak, serta meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

Mengingat anak adalah generasi bangsa, maka kesehatan dan kesejahteraan anak menjadi tanggung jawab bersama. Mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, hingga pemerintahan. []

Tags: Gizi BurukHak anakkesehatanMitos Stuntingparentingpengasuhanperlindungan anak
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Soft Spoken

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

25 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version