• Login
  • Register
Rabu, 30 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Hari Ulang Tahun, Pemaknaan Sekali dalam Setahun

Wanda Roxanne Wanda Roxanne
20/10/2020
in Pernak-pernik, Personal
0
157
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ibu Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm., menuliskan tentang kelahiran dengan judul “Sehari dalam Setahun” dalam bukunya, Nalar Kritis Muslimah. Kebetulan, awal bulan Oktober saya berulang tahun di tengah pandemi.

Dalam tulisan itu beliau mengatakan bahwa konon manusia mengalami kelahiran berkali-kali. Yang pertama adalah kelahiran biologis melalui rahim Ibu. Yang kedua, kelahiran sosial saat kita mulai menyadari keberadaan orang lain. Ketiga, kelahiran intelektual saat kita menyadari keberadaan akal manusia. Keempat, kelahiran spiritual saat kita menyadari keberadaan Tuhan. Dan masih banyak kelahiran lainnya.

Dalam kelahiran biologis, kita membutuhkan orang lain secara langsung dalam proses kelahiran ini. Namun dalam kelahiran sosial, intelektual dan spiritual, kita melalui proses kesadaran dan pemaknaan dalam diri sendiri. Ada peran orang lain tapi tidak secara langsung.

Seperti yang kita tahu bahwa manusia adalah makhluk individual dan sosial, yang berarti memiliki kebutuhan personal dan interpersonal. Kedua kebutuhan ini tetap melibatkan peran orang lain, sehingga manusia saling tolong menolong sebagai hubungan resiprokal.

Allah memberikan manusia karunia berupa fisik yang sempurna, dibekali akal sejak lahir, Berinteraksi dengan manusia lain sepanjang hayat dan dapat mengenal Tuhan sejak kecil. Tapi, tidak semua manusia menggunakan karunia tersebut untuk berbuat baik. Sebagian malah menyalahgunakan karunia tersebut.

Baca Juga:

Perempuan Berhak Menolak Pernikahan yang Dipaksakan

Perempuan Berhak Memilih Pasangan dan Mengakhiri Perkawinan

A Letter for 23: Pengalaman Perempuan Menjadi Sehat, Cerdas, dan Berdaya

Benarkah Godaan Laki-laki Adalah Fitnah Perempuan?

Dibalik itu semua, sekali dalam setahun, manusia dapat mengingat hari kelahirannya. Waktu ketika pertama kali terlahir di dunia, pada kelahiran pertama secara biologis dan diikuti dengan kelahiran-kelahiran lainnya. Hari yang istimewa untuk disyukuri sendiri dan bersama orang lain.

Mengingat, memanjatkan doa dan mengucapkan selamat pada hari kelahiran orang lain adalah salah satu kebaikan yang biasa kita lakukan sebagai makhluk sosial. Kita pasti senang saat orang lain berdoa dan mengapresiasi kita setidaknya satu hari dalam satu tahun. Perasaan dicintai, bersyukur dan momen-momen tak terduga yang membuat hidup layak dirayakan.

Sebagai manusia dengan bahasa cinta kalimat afirmasi, saya suka ucapan dan tulisan yang personal saat hari istimewa, terutama saat hari ulang tahun. Melegakan untuk mengetahui bahwa ada orang-orang yang peduli pada kita sehingga kita merasa layak dicintai dan mencintai. Sebuah momen juga untuk menguatkan hubungan dengan orang di sekitar kita.

Semakin bertambah usia, lingkar pertemanan akan semakin  kecil dan yang menyempatkan waktu untuk mengirimkan ucapan dan doa yang di-amin-kan bersama juga semakin sedikit. Semakin bertambah pula syukur kita atas orang-orang yang hadir selama ini.

Yang harus saya sayangkan adalah ada teman yang berhenti mengucapkan selamat saat hari istimewa seperti hari ulang tahun dan hari Ibu, karena menurut mereka itu bukan budaya Islam. Naluri saya yang bekerja dalam menanggapi ini adalah, jika sesuatu itu baik, mengapa tidak dilakukan?

Mengucapkan selamat, memanjatkan doa, dan memberikan apresiasi adalah hal yang bisa kita lakukan untuk mengisi tangki cinta orang lain. Apalagi cuma satu tahun sekali. Berbagi momen istimewa akan mendekatkan kita dengan orang lain, sebagai ikhtiar menjaga silaturahmi.

Tidak perlu perayaan seperti kue ulang tahun, acara kejutan di tempat yang mewah, atau kado yang mahal untuk membuat orang di sekitar kita merasa dicintai lebih besar dari hari biasanya. Manusia butuh afirmasi dari manusia lain untuk mengetahui apa yang harus mereka modifikasi dan memaknai tiap-tiap peristiwa dalam hidup.

Ada dua pemahaman bagi saya untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang lain. Pertama, perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Kedua, perlakukan orang lain seperti orang lain itu ingin diperlakukan. Yang baik menurut kita, belum tentu baik untuk orang lain. Yang diinginkan orang lain, juga tidak mudah kita lakukan jika tak terbiasa.

Kesalingan adalah standar saya dalam menjalin relasi, baik dengan orangtua, keluarga, sahabat, teman, guru dan teman kerja. Mengucapkan doa dan duka cita saat ada kerabat yang meninggal, menjenguk saat ada tetangga sakit, dan memberikan hadiah pada hari bahagia teman, adalah ikhtiar menjaga hubungan yang resiprokal.

Meski terlambat, segeralah mengucapkan selamat dan mendoakan orang terdekat kita agar mereka tahu ada yang mendoakan mereka. Kalau ingat, jangan ditunda atau gengsi untuk mengucapkan. Semua yang kita lakukan akan terpantul pada diri kita sendiri.

Kata Ibu Dr. Nur, “Sehari dalam setahun, kita diingatkan untuk tidak hanya menjadi makhluk biologis, tapi juga makhluk sosial, intelektual, dan spiritual”. Izinkan saya mengingat momen bahagia saat seharian diguyur doa indah, ucapan manis, dan kado-kado yang penuh kejutan. Juga bersyukur dengan membagikan makanan kepada orang-orang terdekat hingga orang asing sekalipun.

Selamat ulang tahun, Wanda. Selamat ulang tahun, kepada teman-teman yang mungkin bulan ini juga berulang tahun. Selamat memaknai perjalanan kita, mengapresiasi proses belajar kita dan bersyukur atas anugerah tak terhingga yang Tuhan limpahkan tanpa syarat.

“It’s a mistake to take family and close colleagues for granted. When those closest to you feel ignored and betrayed, everything you have can collapse in an instant.”

– Haemin Sunim

 

Tags: kemanusiaanKesalinganperempuanUlang Tahun
Wanda Roxanne

Wanda Roxanne

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Hukum Menikah

Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

30 Juli 2025
Menjaga Bumi

Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

30 Juli 2025
Menikah Sunnah

Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

30 Juli 2025
Percaya pada Kesetaraan

Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

30 Juli 2025
Pernikahan sebagai

Pernikahan sebagai Kontrak Kesepakatan

30 Juli 2025
Emansipasi Perempuan

Emansipasi Perempuan Menurut Al-Ghazali: Telaah atas Kitab Ihya’ Ulum al-Din

30 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjaga Bumi

    Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ajaran tentang Cinta Lingkungan dalam Lintas Iman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memahami Hukum Menikah secara Kontekstual
  • Perempuan Tidak Bercerita; Jihad Sunyi Menjaga Bumi
  • Menikah Tak Selalu Sunnah: Bisa Jadi Wajib, Makruh, atau Bahkan Haram
  • Jika Aku Percaya pada Kesetaraan, Harus Bagaimana Aku Bersikap?
  • Pernikahan sebagai Kontrak Kesepakatan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID