• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Bagaimana Film 200 Pounds Beauty Meruntuhkan Stereotip Kecantikan?

Kecantikan adalah hal yang subjektif. Perempuan tidak harus memenuhi standar kecantikan tertentu hanya untuk dianggap cantik. Apalagi dilema karena stereotip cantik yang ada pada dirinya tidak sesuai

Ade Rosi Siti Zakiah Ade Rosi Siti Zakiah
12/10/2023
in Film
0
Stereotip Kecantikan

Stereotip Kecantikan

938
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Perempuan harus cantik”, menjadi salah satu stereotip yang sudah melekat pada tubuh perempuan. Stereotip ini mengesampingkan nilai-nilai, potensi, dan keunikan tiap perempuan. Peran mereka menjadi terbatas hanya pada penampilan fisik saja.

Banyak yang mendefinisikan perempuan cantik ialah yang indah dan menarik. Mereka yang berpostur tubuh tinggi dan langsing, berkulit putih dan bersih, kelopak mata besar, berwajah tirus, dengan hidung yang mancung.

Kemudian, masyarakat secara umum mengasumsikannya menjadi sebuah mitos kecantikan. Sehingga, banyak perempuan yang merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah kecantikan dengan berbagai cara, hanya untuk memenuhi satu sudut pandang, yaitu ‘cantik’.

Kehadiran film 200 Pounds Beauty merepresentasikan keresahan yang banyak dialami oleh perempuan di zaman sekarang. Usaha Juwita memberikan gambaran kepada kita, bagaimana seorang perempuan berusaha keras agar menjadi cantik. Semua usaha ia lakukan, demi mewujudkan mimpinya menjadi penyanyi terkenal dan mengejar cintanya.

Film 200 Pounds Beauty

Tanggal 22 Juni 2023, Prime Video merilis sebuah film berjudul 200 Pounds Beauty. Kehadiran film ini menjadi kabar gembira bagi para penggemar drama Korea. Karena mulanya, film dengan judul yang sama ini merupakan remake asal Korea Selatan yang telah rilis pada tahun 2006.

Film berdurasi 1 jam 35 menit ini mengisahkan seorang perempuan bernama Juwita. Ia mempunyai berat badan yang berlebih dan suara emas yang bergitu merdu. Ia bekerja sebagai Call Center di sebuah aplikasi layanan khusus pria kesepian.

Baca Juga:

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

Juwita melakukan pekerjaan ini karena tidak mengharuskannya mempunyai wajah yang cantik dan bertubuh ideal. Hanya suaranya sajalah yang dibutuhkan untuk menggoda dan melayani para pria-pria kesepian yang berfantasi liar.

Untuk menjaga privasinya, Juwita merubah namanya menjadi Mawar Merindu. “Namaku Juwita, tapi sebut saja aku Mawar Merindu”. Dia menganggap pekerjaan ini hanya sebagai sampingan saja. Terlepas dari itu, dia menjalani pekerjaan utamanya di sebuah perusahaan label musik sebagai seorang penyanyi.

Namun sayangnya, dia hanya sebagai penyanyi bayangan yang ada di belakang layar. Karena perusahaan tempatnya bekerja hanya membutuhkan suaranya saja, untuk mengisi suara seorang Primadona yang bernama Eva. Meskipun begitu, Juwita tetap senang karena cita-citanya menjadi penyanyi sudah tercapai.

Eva merupakan perempuan cantik yang memiliki tubuh ideal. Namun, ia mempunyai sifat yang sombong dan suaranya pun terbilang jelek. Oleh karena itu, ketika dia bernyanyi di atas panggung suara juwitalah yang digunakan untuk mengisi suara Eva.

Berkat Juwita, Eva berhasil menjadi penyanyi terkenal. Sementara Juwita sendiri, yang sudah berupaya di belakang layar, tidak mendapat penghargaan sama sekali.  Kecuali oleh produser musik di perusahan tersebut, yaitu Andre. Baginya, Juwita merupakan seseorang yang sangat berharga, karena telah mengantarkan Eva menuju karir yang begitu cemerlang.

Ketika Standar Kecantikan Diupayakan

Juwita sosok perempuan yang baik hati, sederhana, ceria, dan pekerja keras. Dia sangat menikmati kehidupannya saat ini, walaupun sesekali dia merasa sedih ketika mendapat bullyan teman-temannya, karena tubuhnya yang besar. Namun, Juwita berusaha untuk mengabaikan hal itu. Sekarang, dia fokus mencari uang untuk membiayai pengobatan ayahnya yang sedang di rawat di rumah sakit.

Kehadiran Andre telah menumbuhkan kembali rasa percaya diri pada Juwita, setelah sebelumnya berulang kali patah hati, bahkan sampai dia putus asa dengan hidupnya. Kini, Juwita kembali percaya akan kehadiran cinta. Dia yakin bahwa Andre mencintainya dengan tulus apa adanya, meski di tengah kondisi fisiknya yang banyak mendapat perlakuan tidak adil dari lingkungan sekitar.

Namun, kehidupan yang terasa indah itu pada akhirnya runtuh, saat terjadi sebuah insiden tidak mengenakkan di pesta ulang tahun Andre. Secara tidak sengaja, Juwita mendengar perbincangan antara Andre dan Eva yang telah membuat dirinya merasa sakit hati dan malu. Padahal, Juwita sendiri salah faham dengan apa yang dia dengar.

Singkat cerita, Juwita pun memutuskan untuk melakukan operasi plastik. Dia meminta dokter ahli untuk mengubahnya menjadi perempuan cantik dalam standar yang selama ini tumbuh di masyarakat, yaitu perempuan yang bertubuh langsing dan ideal.

Juwita menjelaskan alasan kenapa dia merubah dirinya sambil menangis, yaitu atas dasar perkataan Andre. Dia juga sudah lelah mendapatkan ejekan dari semua orang karena tubuhnya yang gemuk. Dia sadar apa yang dia lakukan itu salah, tapi dia melakukan itu hanya semata-mata untuk mengubah hidupnya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Beberapa bulan kemudian, operasi plastik yang Juwita lakukan berjalan dengan lancar. Juwita berhasil merubah dirinya menjadi sosok perempuan yang cantik dan bertubuh ideal. Kini, Juwita lebih percaya diri dengan penampilannya. Dia pun menyembunyikan identitasnya menjadi Angel. Dia berhasil menjadi penyanyi terkenal.

Spesial Bukan Hanya Soal Cantik

Suatu hari, Andre menyuruh Angel untuk mendengarkan cara bernyanyinya Juwita yang penuh penghayatan, hingga lagu tersebut enak didengar. Karena sejauh ini, Andre mendengar Angel bernyanyi hanya sekedarnya saja.  Kemudian, Angel bertanya kepada Andre, “apakah aku harus bernyanyi seperti perempuan gendut yang ada di video itu?”.

Mendengar pertanyaan tersebut, tentu saja Andre langsung menegurnya, karena baginya Juwita adalah orang yang sangat spesial. Dari pernyataan itulah, seketika Juwita terdiam dan terharu. Dia baru tahu kalau ternyata Andri menganggapnya spesial, walaupun tubuhnya gemuk dan tidak cantik.

Juwita menyesal, karena dia sudah berbohong. Terpintas dalam benaknya untuk mengakhiri penyamaran yang ia lakukan. Dia memanfaatkan momen konser perdananya untuk mengakui siapa dia sebenarnya dan menceritakan perjalanan hidupnya.

Dari pegakuannya tersebut, ternyata banyak orang yang terharu. Mereka semua memberikan dukungan kepadanya untuk menjadi penyanyi yang sukses. Juwita pun berhasil menggapai mimpinya menjadi seorang penyanyi, dan dia juga menjalin hubungan baik dengan Andre.

Pentingnya Mencintai Diri Sendiri

Konflik yang Juwita alami merupakan isu yang relate dengan kehidupan kita. Yaitu, tentang stereotip kecantikan yang seringkali membuat perempuan tertekan dan dilema. Padahal, stereotip kecantikan hanyalah konstruksi sosial yang tidak mewakili keberagaman alamiah penampilan fisik seseorang.

Kecantikan adalah hal yang subjektif. Perempuan tidak harus memenuhi standar kecantikan tertentu hanya untuk dianggap cantik. Apalagi dilema karena stereotip cantik yang ada pada dirinya tidak sesuai.

Definisi cantik yang sesungguhnya bukan hanya sekadar penampilan fisik saja, tapi juga berasal dari hati, atau biasa kita kenal dengan istilah inner beauty (kecantikan dari dalam). Kecantikan ini meliputi kepribadian, kebijaksanaan, kecerdasan, kesopanan, kesabaran, kharisma, integritas, simpati, empati, dan kasih sayang.

Tidak hanya memberi pesan tentang kecantikan, film ini juga mengajarkan tentang pentingnya mencintai diri sendiri. Sebelum operasi plastik, Juwita mengalami masalah percaya diri dan harga diri yang rendah. Ini menggambarkan betapa bahayanya tekanan untuk memenuhi ekspektasi sosial.

Maka, percaya diri dan menerima diri sendiri tanpa harus mengorbankan identitas dan kesehatan, merupakan hal penting untuk terus kita upayakan. []

Tags: Film 200 Pounds BeautyMitos KecantikanReview FilmStandar KecantikanStereotip Kecantikan
Ade Rosi Siti Zakiah

Ade Rosi Siti Zakiah

Mahasiswi Magister Studi Islam, Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Saat ini, sedang mengabdi di Pondok Pesantren Imam Ad-Damanhuri, Kota Malang.

Terkait Posts

Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat, Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Wardah

26 Juni 2025
Film Animasi

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

22 Juni 2025
Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Bela Negara

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

14 Juni 2025
Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID