• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Dunia Ini Terbentuk Melalui Standar Laki-Laki, Mengapa Kita tidak Menyadarinya?

Dunia yang dibentuk dengan standar laki-laki ini, membuat perempuan memperoleh sedikit ruang untuk berkarya dan melakukan banyak hal

Muallifah Muallifah
07/12/2022
in Personal
0
Standar Laki-laki

Standar Laki-laki

416
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebebelum menuliskan tentang bagaimana dunia ini terbentuk melalui standar laki-laki, saya akan bercerita satu hal tentang momentum yang masih membekas dalam ingatan. Yakni pada acara Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II beberapa waktu lalu. Tepatnya pada pelaksanaan International Conference yang dilaksanakan oleh Panitia KUPI II bersama UIN Walisongo Semarang pada 23 November 2022 kemarin.

Pada pelaksanaan kongres, salah satu hal yang menjadi perbincangan adalah kehadiran baliho yang berisi ucapan selamat datang untuk peserta internasional konferensi, yang tersebar sepanjang jalan menuju kampus UIN. Bagi sebagian orang, tidak ada yang salah dari baliho ini. Justru kehadiran baliho adalah sebuah euforia yang sangat patut kita syukuri tentang eksistensi ulama perempuan di Indonesia.

International  conference yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan KUPI II, adalah sebuah gerakan global para ulama perempuan untuk menguatkan eksistensi keilmuan, kebermanfaatan para perempuan dalam ranah global. Akan tetapi, baliho ini banyak mendapat kritik karena, wajah yang tampil pada baliho justru tokoh laki-laki. Mulai dari rektor, wakil presiden, hingga menteri agama.

Daftar Isi

    • Dominasi Laki-laki atas Pengetahuan
  • Baca Juga:
  • Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama
  • Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis
  • Menanti Hasil Fatwa KUPI dan Kokohnya Bangunan Epistemologi Part I
    • Kebutuhan Biologis Laki-laki dan Perempuan Berbeda!

Dominasi Laki-laki atas Pengetahuan

Apa yang salah? Saya justru berpikir bahwa kejadian itu bukan sebuah masalah. Kalau kita kritik, justru akan muncul sebuah pertanyaan. KUPI adalah acara para perempuan, mengapa yang eksis dalam baliho adalah tokoh laki-laki? bahkan dalam acara perempuan saja, laki-laki yang justru eksis, bagaimana dengan masa depan perempuan?

Pertanyaan di atas akan menciptakan banyak sekali tafsiran. Setidaknya ada tiga anggapan. Pertama, kelompok orang yang menganggap bahwa baliho dengan gambar laki-laki adalah hal biasa. Sehingga bersikap bodo amat. Kedua, kelompok yang mengkritik baliho karena tidak ada gambar perempuan. Ketiga, kelompok yang menganggap baliho tersebut tidak bermasalah, akan tetapi cukup reaktif ketika ada sebagian yang mengkritik baliho karena tidak ada gambar perempuan.

Baca Juga:

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama

Menanti Hasil Fatwa KUPI dari Kokohnya Bangunan Epistemologi Part II-Habis

Menanti Hasil Fatwa KUPI dan Kokohnya Bangunan Epistemologi Part I

Saya mencoba memahami lebih jauh dari orang-orang yang mengkritik baliho dengan alasan tidak ada gambar perempuan. Mengapa perlu ada sosok perempuan tampil publik?

Dalam ilmu semiotika, yang kita pahami sebagai disiplin keilmuan untuk mengetahui tanda untuk menjelaskan suatu objek. Kehadiran tokoh laki-laki yang tampil secara serentak di sebuah kegiatan international conference, menunjukkan bahwa, tidak ada tokoh perempuan yang ikut andil dalam kegiatan ini. Hal ini juga menunjukkan sebuah dominasi laki-laki atas ilmu pengetahuan, kekuasaan, bahkan secara ketenaran dalam berbagai bidang, termasuk kemampuan untuk membicarakan masalah perempuan.

Berdasarkan pandangan tersebut, bukankah kita memahami bahwa dunia ini diciptakan atas standar laki-laki? bahkan untuk acara yang perempuan selenggarakan, semesta tidak memberikan ruang bagi perempuan untuk tampil di depan publik. Untuk memberikan kesadaran ini, kita perlu mendobrak!

Kebutuhan Biologis Laki-laki dan Perempuan Berbeda!

Dunia yang dibentuk dengan standar laki-laki ini, membuat perempuan memperoleh sedikit ruang untuk berkarya dan melakukan banyak hal. Sampai hari ini, berapa banyak toilet yang menyediakan toilet perempuan dan laki-laki. Mengapa ini penting? Karena fisik laki-laki dan perempuan berbeda.

Sampai detik ini, berapa banyak perusahaan ataupun tempat kerja yang memberikan kebebasan perempuan untuk cuti haid ataupun melahirkan? Padahal secara biologis, perempuan dalam setiap bulan harus merasakan sakit karena haid. Sakitpun pada setiap perempuan berbeda karena tergantung kondisi fisik yang ia miliki.

Bahkan ketika perempuan menyuarakan haknya untuk mendapatkan cuti haid dan melahirkan, justru dianggap untuk diistimewakan, bukankah itu adalah bagian dari hak hidup yang harus dipenuhi sebagai manusia? Tidak hanya itu, berapa banyak perusahaan yang sudah menyediakan ruang laktasi, ruang yang ramah terhadap anak kecil.

Dari faktor biologis inilah, perempuan seringkali tidak mendapatkan ruang untuk bekerja. Karena dianggap tidak produktif akibat sakit pasca melahirkan, kerepotan untuk mengurus anak. Sehingga anggapan mereka tidak akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan.

Dunia yang sangat luas ini, masih belum memberikan ruang yang nyaman bagi perempuan. Mempermasalahkan faktor ketubuhan perempuan yang berakibat pada kebutuhan berbeda antara laki-laki perempuan, sama seperti menentang Tuhan dan menggugat kehendak Tuhan yang menciptakan perempuan begitu berbeda dengan laki-laki.

Dengan demikian, perspektif gender sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu agar mampu mendorong keadilan dengan menjunjung setiap hak yang masing-masing miliki. []

Tags: duniaHasil KUPI IIKUPI IIPengalaman BiologisStandar
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Patah Hati

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

31 Januari 2023
Refleksi Menulis

Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri, dan Menciptakan Keabadian

30 Januari 2023
Pengalaman Perempuan

Writing for Healing: Mencatat Pengalaman Perempuan dalam Sebuah Komunitas

28 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist