• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Euforia Idulfitri, dan Kegelisahan Mahasiswi Semester Akhir

Stop menanyakan perempuan kapan menikah, apalagi perempuan dan ia mahasiswi yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhirnya

Hoerunnisa Hoerunnisa
01/06/2021
in Personal
0
Mahasiswi

Mahasiswi

208
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Walaupun hari Idulfitri sudah terlewat kurang lebih dua minggu lamanya, tapi bagi saya yang mendaku diri sebagai mahasiswi semester akhir, rasanya suasana lebaran masih terasa sampai saat ini. Betapa tidak, hanya di momentum ini saya bisa berkumpul dengan keluarga besar, berbincang bersama sambil menikmati hidangan mewah lebaran, selain itu dapat THR pula.

Tapi, ternyata di balik euforia perayaan idul fitri, ada beberapa perempuan yang merasa gelisah, karena harus menyiapkan mental besar untuk menghadapi deretan pertanyaan keluarga besar. Selain momentum silaturahim  dengan keluarga, Idulfitri juga momentum kepo terhadap kehidupan saudara dan sok ngatur hidupnya, katanya sih merasa peduli.

Termasuk saya dan kebanyakan mahasiswi semester akhir yang sekarang sedang sibuk menyelesaikan skripsi. Dari pada menanyakan “nanti kalau beres, lanjut kuliah S2 atau kerja?” dan mendoakan tugas akhirnya segera selesai, pertanyaan “kapan nikah?” lebih menarik dibahas, seolah jika tidak ditanyakan, ada bagian yang hilang dari perbincangan kita.

Sebagai mahasiswi semester akhir, yang pikirannya hanya dipenuhi dengan skripsi dan dosen pembimbing yang tidak kunjung membalas, tentu sensitif mendengar pertanyaan tersebut. Apa lagi yang belum menemukan pasangan yang cocok. Belum lagi deretan laki-laki yang coba ditawarkan dengan rasa iba bagaikan barang dagangan di pasar, seolah tidak mampu mencari pasangan sendiri, rasanya kepala ini mau pecah.

“Coba sama si A saja, anaknya ganteng dan kaya pasti kamu mau” ucap salah satu keluarga. Siapa sebenarnya yang akan menikah? saya atau saudara saya? kok mereka yang sibuk. Menemukan pasangan yang cocok itu tidak mudah! Harus ada jeda untuk mengenal persoanality nya, ganteng dan kaya belum tentu cocok! Karena tidak menjamin perilakunya baik, bisa memahami kita dan mau diajak bekerja sama membangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah tanpa ada relasi kuasa di dalamnya.

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

“Nah sebentar lagi kuliah sebagai mahasiswi semester akhir bereskan? terus kalau tidak menikah, mau ngapain lagi anak perempuan?” sambung saudara yang lain. Pertanyaan tersebut terus berputar dalam benak saya dan mencoba menemukan jawaban yang tepat, bukankah menikah itu harus menunggu siap dan mau? Bukan memaksa perempuan yang sedang beristirahat dari segala aktivitasnya, seoalah menikah adalah pelarian perempuan karena sudah tidak ada aktivitas lagi.

Padahal, bagi mahasiswi semester akhir, pulang ke rumah adalah hal yang dinantikan. Karena ketika pulang ke rumah berharap bisa menemukan ketenangan dan kegembiraan setelah di luar kota sana dipusingkan dengan urusan kuliah dan tugas akhir. Tapi nyatanya tidak, rumah bukan lagi tempat pulang yang nyaman dan aman. Justru iya mencengkram, seperti ular berbisa.

Saya jadi teringat salah satu teman, ceritanya dia tidak kuliah dan tidak juga bekerja. Akhirnya dipaksa untuk menikah saja, padahal teman saya belum mau menikah dan bahkan belum menemukan pasangan yang cocok. Tapi, karena anggapan orang tuanya perempuan yang diam dirumah tanpa ada aktivitas sekolah, kerja atau pesantren dan lain-lain itu seoalah aib dan harus segera dinikahkan.

Apa lagi setelah lebaran biasanya banyak digelar acara pernikahan. Selain dari keluarga, pertanyaan “kapan menikah?” banyak pula dari tetangga. Yang saya takutkan, jika tidak kuat dengan  stigma masyarakat perempuan akan memaksakan untuk menikah, walaupun dia belum siap dan bahkan belum merasa cocok dengan laki-laki yang dipilihnya, sehingga akhirnya berujung pada relasi rumah tangga yang kurang baik. Itu semua perempuan lakukan demi terhindarnya dari pertanyaan “kapan menikah?”.

Untuk perempuan mahasiswi semester akhir! Langkahmu masih panjang kok, bereskan tugas akhirmu tanpa menghiraukan pertanyaan “kapan menikah?”. Setelah luluspun kamu bebas melakukan apapun, bekerja atau melanjutkan pendidikan! Kamu tidak perlu menjadi orang yang masyarakat inginkan, hiduplah dalam realita dan keinginanmu sendiri!.

Bagi saya perempuan dan masih sebagai mahasiswi semester akhir, juga mempunyai hak yang sama seperti laki-laki, menikah kapanpun dan dengan siapapun! Menikah itu bukan persoalan umur atau sudah tidak ada aktivitas lagi. Tetapi menikah itu soal kesiapan dan kemauan, karena menikah itu sekali seumur hidup maka harus difikirkan sematang mungkin, termasuk memilih pasangan.

Stop menanyakan perempuan kapan menikah, apalagi perempuan dan ia mahasiswi yang sedang berjuang menyelesaikan tugas akhirnya,  yang jelas perempuan akan menikah di saat siap dan menginginkannya, kapanpun itu dan dengan siapapun! []

Tags: Idul Fitri 1442 HKesehatan MentallebaranMahasiswimenikahperempuan
Hoerunnisa

Hoerunnisa

Perempuan asal garut selatan dan sekarang tergabung dalam komunitas Puan menulis

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID