• Login
  • Register
Kamis, 23 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Gairah Hidup itu Harus Diperjuangkan, Sayang!

Dear teman-temanku yang sedang dealing dengan perasaan tak berharga, bosan dan kehilangan gairah hidup, sayangnya gairah terhadap sesuatu itu harus diperjuangkan. Kita tidak bisa berharap jalan lurus mengerjakan ini langsung sukses, mengerjakan itu langsung sayang. Mungkin ada yang begitu, tapi seringnya tidak.

Nia Perdhani Nia Perdhani
18/03/2021
in Keluarga
0
Gairah Hidup

Gairah Hidup

147
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kalau ada emosi negatif yang sedemikian merusak, menurut saya adalah perasaan tak berharga. Emosi ini bisa diam-diam dan pelan-pelan menyeret kita ke jurang yang membuat kita semakin merasa buruk dan kehilangan gairah hidup. Apa coba yang lebih menyedihkan dari menjalani hidup tanpa gairah? Bangun tidur dengan malas karena tahu sepanjang hari ya akan begitu-begitu saja.

Sedihnya, saya sering menemukan ibu-ibu rumah tangga yang terkena serbuan emosi negatif tanpa gairah hidup ini. Lumrah sebenarnya. Karena menjadi ibu rumah tangga pada umumnya itu nggak mudah. Berbeda dengan laki-laki, perempuan begitu menyandang gelar ibu atau istri biasanya semesta kehidupannya langsung berubah. Diakui atau tidak, tingkat kompromi dalam berumah tangga biasanya dilakukan lebih banyak oleh pihak perempuan.

Laki-laki misalnya, masih bisa dengan mudah “jalan sama teman” atau nongkrong sama teman bercanda ketawa-ketawa riang gembira. Tapi perempuan, apalagi yang nggak bekerja di luar, seringnya hanya bisa tertawa-tawa gila bersama tumpukan cucian baju, cucian piring, setrikaan yang tiada habisnya. Everything about kumbahan dari mulai nyuci sampe masukin lagi ke lemari saya pribadi kadang merasa seperti Perang Badar sepanjang hidup.

Saya pernah ada di level sedemikian merasa tidak berharga. Gairah hidup sirna. Bosan setengah mati menjalani hari. Benci sama diri sendiri kenapa dulu nggak milih lulus kuliah-kerja di kota-lalu hidup bahagia sambil menari bersama gemerlap kehidupan kota. Malah pilih hidup di kampung menjalani hari yang biasa dan begitu-begitu saja.

Untungnya Tuhan gerakkan hati saya buat melawan. Setiap hari saya berpikir apa yang bisa saya kerjakan yang membuat saya bersemangat menjalani hidup. Lha memangnya ngurus rumah dan anak nggak sibuk? Sibuk sih. Tangan dan kakinya kerja terus tapi pikirannya melayang kemana-mana. Lama-lama merasa seperti zombie. Hidup dan bergerak tapi jiwa terasa hampa.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Baca Juga:

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

Perempuan Juga Wajib Bekerja

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Ya gimana ya, mana ada sih orang yang gairah hidup dan passionnya adalah ngosek kamar mandi dan WC, ngurusi kumbahan, muntahan, mbersihin eek kucing liar dan ayam tetangga yang tiada kapok datang meski sudah kita lempar asbak. Sudah begitu, lagi nyapu sejengkal aja kok trus nginjek lego, rasanya pengen membuldoser isi rumah biar kosong dan damai.

Sebenernya kita semua melakukannya sambil “ya udah si lakuin aja gosah ngeluh” gitu kan. Bukan yang “ahaayy asiikk rumahku berantakaan saatnya bekerja dengan riaaang”. Halah jangankan kita, mbak-mbak go-clean yang dapat uangnya dari rumah yang berantakan saja tidak berpikir begitu.

Makanya saya merasa harus sibuk. Otak dan otot. Karena dengan cara itulah saya lupa mengutuk diri sendiri. Saya harus sibuk karena dengan begitulah saya lupa menyesali semua yang saya lepaskan. Saya harus sibuk menyelesaikan satu tantangan ke tantangan yang lain. Karena dengan begitulah saya merasa hidup saya berharga.

Sekarang sudah hampir lima tahun sejak pertama kalinya saya memutuskan untuk menyibukkan diri dengan apa yang saya kerjakan sekarang. Akhirnya saya menemukan  kesibukan yang saya senangi. Nggak ada tips dan trik. Kuncinya hanya coba saja. Coba terus. Sampe ketemu yang kita rasa fit in.

Saya pernah mencoba jadi penulis tapi yaa sejauh ini tingkat keberhasilannya baru tahap menulis status facebook. Saya pernah coba bikin toko alat tulis tapi nggak maju-maju. Saya pernah coba bikin toko snack, nggak laku. Saya pernah coba produksi kerudung, laris, tapi saya frustasi. Ternyata harus terus memikirkan mau bikin kerudung yang kayak gimana lagi dengan detail gimana lagi itu membuat saya frustasi. Mungkin itu yang namanya bukan passion.

Sekarang saya fokus di bidang aneka produk lauk baik mendistribusikan maupun memproduksi sendiri. Saya ingat banget awalnya. Waktu itu saya nyetatus “kalo aku jualan trasi Juwana sama kecap Gentong yang terkenal banget itu, ada yang mau beli gak ya?”.

Untung saja teman-teman begitu supportif. Baca status itu mereka langsung mendukung. Awal-awal jualan yang nglarisi ya teman-teman sekolah itu. Dari dua macam produk itu berkembang menjadi banyak produk. Biasanya para pembeli yang bertanya, kalau saya tidak punya saya carikan. Saya beli lebih, sisa untuk dikirimkan ke buyer saya iklankan. Begitu saja terus.

Terasa banget bedanya melakukan sesuatu yang disenangi dengan yang tidak. Perkara capek, sama capeknya. Perkara bosan, sama kadang bosan juga datang. Bedanya ketika melakukan sesuatu yang kita senangi, lebih mudah kita mengatasi rasa capek dan bosan. Otak saya masih bisa terus berpikir “besok bikin menu apa lagi?”. Lain hal waktu bikin kerudung otak rasanya mampet. Ditanya besok bikin apalagi aku langsung ingin menangis.

Jadi dear teman-temanku yang sedang dealing dengan perasaan tak berharga, bosan dan kehilangan gairah hidup, sayangnya gairah terhadap sesuatu itu harus diperjuangkan. Kita tidak bisa berharap jalan lurus mengerjakan ini langsung sukses, mengerjakan itu langsung sayang. Mungkin ada yang begitu, tapi seringnya tidak.

Sebagai ibu rumah tangga, hanya terus menerus mengepuk-puk diri sendiri bahwa semua pekerjaan rumah tangga yang dilakukan, betapa membosankannya itu, adalah jalan ke surga, biasanya tidak berhasil mengatasi perasaan tidak berharga. Satu-satunya cara ya bergeraklah. Cari gairah hidup apa yang sebenarnya kau cari sampai ketemu. Tidak harus berdagang. Tidak harus mendatangkan uang. Mungkin hanya dengan bercocok tanam. Mungkin dengan mengkritik. Mungkin dengan menulis. Apa saja.

Tapi semua itu butuh perjuangan untuk menyalakan gairah hidup. Semua itu butuh kemauan. Kalau malas, merasa tak punya tenaga, memutuskan untuk rebahan saja, ya tidak apa-apa juga. Tapi ya jangan salahkan orang lain kalau akhirnya mereka lelah mendengar sambatmu yang tiada habisnya. []

Tags: ibu rumah tanggaistrikeluargaorang tuaperempuanperkawinansuami
Nia Perdhani

Nia Perdhani

Pengusaha online shop produk olahan laut. Tinggal di Pati Jawa Tengah.

Terkait Posts

Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Positive Vibes Keluarga

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

15 Maret 2023
Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

Tiket Masuk Majlis Rasulullah Saw adalah Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

14 Maret 2023
Terburu-buru Segera Menikah

Bestie, Jangan Terburu-buru untuk Segera Menikah

11 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perayaan Nyepi

    Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist