• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Gita Savitri: Childfree itu sangat Pemberani dan Berpikir Panjang

Dalam Islam sendiri perempuan tidak diwajibkan memiliki anak, karena memiliki anak tidak hanya sekedar hamil, melahirkan dan menyusui tetapi ada hal-hal lain yang harus dipertanggung jawabkan, karena anak adalah sebuah amanah

Siti Rohmah Siti Rohmah
15/09/2021
in Personal
0
Toxic Positivity

Toxic Positivity

3.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu, dunia maya dihebohkan dengan pernyataan Chef Juna, salah satu juri di ajang MasterChef Indonesia, saat sedang on air di kanal youtube Deddy Corbuzier, Pada kesempatan itu, Dedy bertanya pada Chef yang terkenal dengan gayanya yang cool tersebut, setidaknya menurut saya; how about kids? Sontak ia menjawab “if my wife wants kids, we have kids. If my wife doesn’t want to kids, then we don’t have to have kids.” Semenjak saat itu, dunia maya ramai memperbincangkan statementnya.

Ia akan mempunyai anak jika istrinya ingin memiliki anak dan apabila istrinya tidak menginginkan punya anak maka ia tidak akan punya anak. Apa yang diungkapkan oleh chef Juna termasuk ke dalam pembahasan childfree, “memilih tidak mempunyai anak.”

Netizen yang setuju dengan pandangannya, lantas beramai-ramai membagikan video yang berisi pernyataanya itu melalui akun media sosial mereka. Mereka bahkan memujinya karena memang keputusan untuk memiliki anak hendaknya, menurut saya, dipilih oleh perempuan sebagai pihak yang mengalami proses panjang mulai dari mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Lebih dari itu, tidak hanya pada ketiga proses itu saja, dalam memilih memiliki anak, tentunya seorang perempuan juga sudah selayaknya harus memiliki kemampuan parenting education yang mana hal tersebut bermanfaat dalam memahami perkembangan manusia (lebih dalam) sehingga kita akan dilatih menjadi orang tua yang nggak asal-asalan.

Meskipun demikian, masih banyak juga netizen yang tidak setuju dengan pernyataan soal childfree ini. Perempuan yang memilih childfree bagi kalangan ini dianggap tidak mensyukuri anugerah dan ketetapan Tuhan (memiliki rahim) serta dianggap egois hanya mementingkan diri sendiri.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Baca Juga:

Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Perdebatan tentang hal ini pun memantik beberapa public figur untuk ikut bersuara. Salah satunya adalah Gita Savitri Devi, seorang influencer, youtuber, dan penulis buku. Melalui Instagram Story-nya (3/8/2021), Ia menyatakan bahwa mereka yang mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak adalah orang yang memiliki banyak keberanian dan kematangan berpikir untuk jangka panjang.

Lebih lanjut, ia juga menyatakan bahwa mereka yang menempuh “jalan sunyi” ini telah berani mengkonfrontasi dan mempertanyakan lagi realitas sosial bahwa manusia memang sudah ditakdirkan untuk bahkan harus mempunyai anak.

Gita Savitri juga mengomentari terkait pengalamannya yang mana sejak kecil ia sering dinasehati, “nanti kalau kau udah punya anak”, dan sejenisnya. Melalui nasehat-nasehat demikian, menurutnya terkesan mengharuskan seseorang untuk memiliki anak, bahkan ia merasa “disirep” dengan kalimat-kalimat seperti itu. Namun, saat ia menginjak usia 20-an, ia mulai sadar bahwa seorang perempuan bisa memilih dan mempunyai pilihan, termasuk dalam hal mempunyai anak atau tidak.

Memilih untuk tidak memiliki anak, baginya, bukan lah sebuah bentuk keegoisan. Menurutnya egois adalah ketika seseorang memutuskan untuk memiliki anak karena ingin memiliki seseorang dalam versinya saat kecil (mini of you) atau memilih mempunyai anak yang dengan banyak harapan atau ekspektasi pada anak tersebut.

Ketika anak tersebut lahir dan tumbuh tidak sesuai dengan kemauannya, maka mereka akan kecewa. Misalnya, ketika anak memutuskan untuk berbeda agama atau keyakinan dengan (pindah agama), sexsuality yang tidak sesuai dengan prinsip si orang tua, atau bahkan lahir dengan berkebutuhan khusus.

Terlepas dari perdebatan soal childfree, Gita Savitri sendiri mengakui bahwa ia dan suaminya, Paulus, tidak merencanakan untuk mempunyai anak; bahkan mereka memilih untuk tidak memiliki anak. Bagaimanapun, ia mengakui bahwa hal tersebut, bagi sebagian orang, mungkin dianggap terlalu ekstrim. Namun, pilihan dan keputusannya tersebut tentunya telah melalui proses yang cukup panjang dan atas kesepakatan bersama dengan suaminya.  Salah satu alasannya adalah ketika mempunyai anak, ada kekhawatiran jika ia akan melukai perasaan anak tersebut.

Meskipun ia memilih untuk tidak memiliki anak, namun ia juga sangat terbuka dan toleran terhadap perempuan-perempuan yang memilih untuk memiliki anak. Ia bahkan sangat menghargai keputusan mereka. Karena mempunyai anak atau tidak adalah sebuah pilihan bukan keharusan.

Dalam Islam sendiri perempuan tidak diwajibkan memiliki anak, karena memiliki anak tidak hanya sekedar hamil, melahirkan dan menyusui tetapi ada hal-hal lain yang harus dipertanggung jawabkan, karena anak adalah sebuah amanah. Amanah tentunya suatu hal yang harus dijaga dengan baik. Namun kapasitas kita sebagai manusia tentunya tidak sama dengan manusia lainya, ketika ada perempuan yang mampu untuk merawat anak belum tentu perempuan lain akan mampu.

Dengan begitu keputusan untuk tidak memiliki anak dengan sebab-sebab tertentu tidak menjadikan perempuan melawan kodratnya. Karena perempuan hidup dan menikah bukan hanya untuk memiliki anak, jika konteksnya dalam hal beribadah (kebaikan) maka masih banyak jalan lain dalam melakukan kebaikan bukan hanya memiliki anak. []

 

Tags: anakChildfreeistrikeluargaKesalinganorang tuaperempuanperkawinanRelasisuami
Siti Rohmah

Siti Rohmah

Penulis merupakan alumni Aqidah Filsafat UIN Bandung sekaligus Mahasiswi Pascasarjana Studi Agama-Agama UIN Bandung

Terkait Posts

Mitos Sisyphus

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

4 Februari 2023
Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Patah Hati

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

31 Januari 2023
Refleksi Menulis

Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri, dan Menciptakan Keabadian

30 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Miskin

    Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist