• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Jadilah “Onderdil Peradaban Berkeadilan”: Pesan KH. Marzuki Wahid dalam Wisuda Sarjana VIII ISIF

"Jadilah onderdil yang berfungsi dengan baik untuk mewujudkan peradaban yang adil, bermartabat, dan membawa kemaslahatan," pesannya. 

Fachrul Misbahudin Fachrul Misbahudin
23/12/2024
in Aktual
0
Sarjana VIII ISIF

Sarjana VIII ISIF

674
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di sebuah ruang penuh khidmat, ratusan mahasiswa duduk berbaris rapi dengan toga kebanggaan mereka. Hari ini adalah momentum penting bagi Institut Studi Islam Fahmina (ISIF), yang menggelar Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana VIII, di Hotel Patra Cirebon, pada Senin, 23 Desember 2024.

Dalam amanatnya, Rektot ISIF, KH. Marzuki Wahid mengingatkan para lulusan bahwa ikrar yang mereka ucapkan saat prosesi wisuda bukan sekadar rangkaian kata. Ikrar itu adalah janji, tekad, dan komitmen moral yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata.

“Kalian tadi sudah mengikrarkan janji dengan menyebut nama Allah. Itu bukan janji biasa, tetapi janji yang mengikat kepada nilai keadilan, kemaslahatan, kemanusiaan, dan kedamaian. Jika kalian mengkhianati janji ini, berarti kalian mengkhianati gelar sarjana yang kalian raih dengan susah payah,” kata Kiai Marzuki dengan tegas.

Beliau juga menyampaikan bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh makhluk. Oleh karena itu, para lulusan diminta untuk menjadi pembawa nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan, termasuk kesetaraan gender.

“Laki-laki dan perempuan itu setara. Tugas kalian adalah memperjuangkan keadilan dan kesetaraan untuk semua, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh umat manusia,” tambahnya.

Baca Juga:

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Peran Ulama Perempuan untuk Kehidupan yang Berkeadilan

Padang Wulanan ISIF: Ruang Dialektika Mahasiswa terhadap Realitas Sosial

Ilmu dan Moral: Warisan Utama ISIF

Kiai Marzuki menegaskan bahwa ISIF tidak memberikan warisan harta kepada para lulusannya, melainkan dua hal yang jauh lebih bernilai: ilmu dan moral. Ia berpesan agar kedua hal tersebut dijaga dengan baik.

“Ilmu tanpa moral adalah bencana. Kami mengharamkan lulusan ISIF untuk terlibat dalam korupsi atau kekerasan dalam bentuk apa pun. Jika ada alumni ISIF yang melanggar nilai ini, kami tak segan untuk mengevaluasi gelar kesarjanaannya. Gelar itu bukan hanya pengakuan akademik, tetapi juga simbol integritas moral,” ujarnya.

Moralitas, lanjut Kiai Marzuki, harus menjadi landasan utama dalam mempraktikkan ilmu. Nilai-nilai seperti keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, dan kemaslahatan harus menjadi pijakan dalam setiap langkah para lulusan, baik di dunia kerja maupun di kehidupan pribadi mereka.

Menjadi “Onderdil Peradaban Berkeadilan”

Salah satu bagian amanat yang paling menyentuh adalah ketika Kiai Marzuki mengibaratkan lulusan ISIF sebagai “onderdil peradaban.” Ia menggambarkan bahwa para lulusan adalah bagian penting dari mesin besar yang bernama peradaban manusia.

“ISIF mendidik kalian untuk menjadi agen perubahan yang berkontribusi pada peradaban umat manusia. Kalian adalah bagian dari visi besar ini, baik di keluarga, masyarakat, negara, maupun dunia. Jadilah onderdil yang berfungsi dengan baik untuk mewujudkan peradaban yang adil, bermartabat, dan membawa kemaslahatan,” pesannya.

Kiai Marzuki juga menekankan pentingnya menjaga kesadaran kritis yang telah diajarkan selama di kampus. Kesadaran ini, menurutnya, berakar pada tradisi pesantren yang mengedepankan akhlak dan kebermanfaatan.

Penghormatan kepada Orang Tua

Dalam mengakhiri pidatonya, Kiai Marzuki memberikan pesan yang menggugah hati para lulusan. Ia meminta mereka untuk tidak melupakan peran orang tua dalam keberhasilan mereka.

“Sebelum kalian bersalaman dengan siapa pun, cium tangan dan pipi kedua orang tua kalian. Mereka adalah alasan kalian bisa berdiri di sini hari ini. Doa, pengorbanan, dan cinta merekalah yang membawa kalian ke titik ini,” tukasnya.

Acara tersebut dihadiri oleh ratusan tamu undangan, termasuk para orang tua, dosen, dan tokoh masyarakat. Suasana haru dan bahagia menyelimuti seluruh ruangan, menandai awal perjalanan baru bagi para lulusan sarjana VIII ISIF. []

Tags: BerkeadilanisifKH Marzuki WahidOnderdil PeradabanWisuda Sarjana VII
Fachrul Misbahudin

Fachrul Misbahudin

Lebih banyak mendengar, menulis dan membaca.

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Tradisional

    Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID