Mubadalah.id – Kalimat di atas adalah salah satu dari sekian banyak kalimat yang senantiasa dilontarkan orang-orang kepada individu yang disebut perempuan, untuk secara tidak langsung telah menomorduakan perempuan dari pada kaum laki-laki. Berikut ini artikel terkait pentingnya pendidikan alternatif bagi perempuan di pedesaan.
Berbagai diskriminasi mengatasnamakan kodrat perempuan sering saja terjadi di negeri ini. Masih banyaknya perlakuan-perlakuan yang tak adil diberikan kepada kaum perempuan baik secara verbal maupun dalam bentuk lainnya semakin menunjukkan kepada kita semua bahwa budaya patriarki masih saja merajai negeri ini.
Tingkat kekerasan, pelecehan, dan perundungan kepada kaum perempuan yang setiap tahunnya semakin meningkat membuat kita bertanya-tanya apakah tidak ada lagi ruang aman bagi kaum perempuan di negeri ini? atau apakah undang-undang tidak lagi memberikan keadilan dan perlindungan kepada setiap warganya? Hak asasi manusia yang hari ini tak lagi mampu dirasakan oleh setiap individu sebagai suatu hak yang dilindungi negara.
Begitu juga dengan pendidikan, dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No.20/2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dan kemampuan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Walaupun pada umumnya pendidikan biasanya identik dengan sekolah atau instansi yang formal yang dilegalisir oleh negara. Sehingga yang termindset oleh masyarakat adalah jika ingin merasakan dan mengenyam pendidikan maka seseorang harus bersekolah. Namun yang menjadi permasalahannya hari ini adalah tidak semua orang mampu untuk mengenyam pendidikan secara formal. Tentunya hal demikian dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi yang semakin rendah, biaya pendidikan yang mahal membuat orang miskin dan kaum marginal seperti perempuan mengalami kesulitan untuk mengenyam pendidikan yang layak.
Ditambah lagi dengan budaya patriarki yang masih mengakar, semakin mempersulit kaum perempuan untuk melawan mitos yang sudah mendarah daging di tengah-tengah masyarakat, bahwa pada akhirnya perempuan kembali ke dapur juga. Mitos yang perlu dilawan bersama untuk mengangkat kembali derajat perempuan yang mulia itu sebagaimana mestinya.
Berbagai hambatan-hambatan di atas semakin membuat kaum perempuan mengalami kesulitan yang dua kali lebih berat dibandingkan dengan kaum laki-laki. Belum lagi jika kita membahas soal mata pelajaran di sekolah-sekolah formal yang belum memperhitungkan kepada kepentingan-kepentingan kaum perempuan. Sekolah formal yang masih dalam tatanan teori belum mampu memberikan solusi dari berbagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan yang didasari dari pengalaman-pengalamannya sendiri.
Di samping itu sekolah formal juga kurang memikirkan bagaimana kondisi kaum perempuan yang dipengaruhi oleh budaya, sosial, agama dan sebagainya. Sehingga sekolah formal belumlah mampu menjawab berbagai persoalan-persoalan yang dialami kaum perempuan di lingkungannya yang hari ini kian komplek saja.
Dengan belbagai tantangan yang dialami oleh kaum perempuan di atas, tentu banyak sekali pihak-pihak yang mengkritisi kaum perempuan, yang berhak akan haknya dengan pendidikan yang layak. Maka pendidikan alternatif adalah salah satu langkah yang tepat untuk diberikan kepada kaum perempuan secara umum dan kaum perempuan pedesaan secara khusus.
Sebab tantangan yang dihadapi kaum perempuan di pedesaan lebih berat dari pada kaum perempuan yang mungkin hidupnya di perkotaan. Walau demikian, bukan berarti kaum perempuan di perkotaan sudah terbebas dari belenggu budaya patriarki.
Pendidikan alternatif merupakan sebuah istilah generik dari belbagai program-program pendidikan yang dihadirkan dengan cara-cara yang berbeda. Sehingga pendidikan alternatif ini menjadi alternatif yang mampu memahami kondisi yang dihadapi oleh kaum perempuan secara lebih konkrit di lapangan.
Pendidikan alternatif bagi perempuan dipandang sebagai hal yang sangat penting, setidaknya ada tiga alasan kenapa kemudian pendidikan alternatif menjadi penting bagi kaum perempuan di antaranya:
Pertama, dikarenakan faktor gender sehingga membuat akses bagi kaum perempuan untuk dunia pendidikan sangatlah rendah, sehingga data menunjukkan bahwa tingkat buta huruf di kalangan perempuan lebih tinggi dibandingkan kaum laki-laki. Kedua, dikarenakan kurikulum yang ada di Indonesia masih bias gender. Ketiga, bahwa pendidikan formal saat ini belumlah mampu memberikan solusi secara spesifik kepada kaum perempuan, seperti reproduksi perempuan serta hak akan ruang aman dan terbebas dari kekerasan berbasis gender. []