Mubadalah.id – Barangkali kalau mendengar nama Layla dalam film Layla M, pikiran kita mengarah kepada kisah perempuan yang bernama Layla Majnun, berikut dengan kisah haru bernama laki-laki yang bernama Qais. Kisah kedua tokoh itu, menjadi fenomenal bahkan di seluruh dunia sebab tidak tidak Bersatu akibat tidak mendapatkan restu dari orang tua Layla.
Namun, berbeda dengan kisah di atas, film Layla M justru sangat jauh dari apa yang kita pikirkan. Film ini justru menampilkan sosok perempuan yang gigih, cerdas serta tidak takut apapun dalam melakukan pemberontakan sesuai dengan keyakinannya.
Dikisahkan dalam film Layla M tersebut, Layla adalah seorang perempuan asal Belanda-Maroko yang tinggal di Kota Amsterdam. Sebagai penduduk minoritas, ia menyadari bahwa kotanya tidak terbuka kepada kelompok muslim, khususnya penggunaan cadar. Ketika di kotanya tersebut diberlakukan pelarangan penggunaan cadar, Layla justru melakukan penolakan dengan sangat keras dan ia justru menggunakan cadar. Atas dasar itu, Layla justru memiliki keinginan yang kuat untuk pergi ke Timur Tengah.
Selayaknya orang yang teguh terhadap pilihannya, seperti itulah Layla dalam film Layla M. Setiap hari, ia justru bergaul dengan kelompok-kelompok Islam kanan yang menyajikan kesengsaraan Palestina. Sampai pada pemahaman bahwa, Layla harus mengorbankan hidupnya untuk Islam dan saudara-saudaranya. Berbeda halnya dengan Layla, keluarganya justru lebih menerima atas perbedaan yang tercipta di kota tersebut.
Namun, ketegangan terjadi antara hubungan Layla dengan ayahnya. Apalagi ketika sang ayah tahu bahwa, Layla memutuskan untuk menggunakan cadar, menonton kisah-kisah kekejaman tentara Israel kepada Palestina dalam film Layla M, hingga akhirnya ia bertemu dengan Abdel (Illias Addab).
Usia Remaja adalah Usia yang Rentan
Menjadi wajar atas sikap Layla. Sebab ia adalah seorang gadis, dimana pada masa transisi tersebut, ia memiliki sikap labil, keingintahuan yang besar, apalagi ketika mendapat penolakan oleh keluarganya atas perilaku yang dipilih, ia justru sering bergabung dengan kelompok-kelompok Islam kanan yang lebih menghargai akan eksistensinya.
Sikap ayahnya terutama, menjadi salah satu pemicu utama kegalauan Layla dalam film Layla M. Apalagi sejak bertemu dengan Abdel, ia merasa memiliki sosok baru dalam hidupnya, yang siap menampung kegelisahan dan keingintahuan yang dimilikinya.
Bersama Abdel, Layla memiliki tingkat religiusitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Setiap hari, keduanya belajar satu sama lain, seperti halnya mengkaji Al-Quran melalui skype. Segala bentuk perilaku yang menyimpang dan tidak sesuai dengan ayat Al-Qur’an, membuat Layla geram. Hingga akhirnya, dengan segala keresahan yang dialami, ia memilih untuk menikah dengan Abdel, dan kabur bersama suaminya.
Nyatanya, dalam film Layla M Abdel bukanlah laki-laki biasa. Ia adalah seorang jihadis yang memiliki peran penting dalam pergerakan terorisme. Mulai dari pelatihan bagi para jihadis, hingga produksi konten dalam penyebaran ideologi. Pasca pernikahan tersebut, kehidupan Layla berubah 180%. Ia seperti terombang-ambing dengan perjalanan Abdel. Ia dibawa ke Belgia, kamp pelatihan jihadis. Hingga akhirnya, perjalanannya berakhir ke Timur Tengah.
Beberapa waktu bersama Abdel, kebenaran terus terungkap. Ia mengetahui keterlibatan suaminya dengan jaringan teroris. Layla juga tidak setuju atas sikap yang harus diperankan sebagai istri, seperti halnya memasak untuk teman-teman Abdel, selalu berada di rumah, dll. Kegiatan itu bertentangan dengan niat Layla yang ingin pergi ke Timur Tengah untuk mengkaji Al-Quran, bersama anak-anak di penampungan. Namun, kegiatan itu di larang oleh suaminya.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Kisah dalam film Layla M, hampir serupa dengan kisah Nur Dhania, seorang perempuan yang, bermula dari facebook, ia berhasil membujuk keluarganya untuk berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Kisah Dhania barangkali menjadi salah satu warning bagi kita bahwa, momentum remaja adalah momen yang paling rentan terpapar radikalisme bahkan terorisme.
Tidak hanya itu, peran perempuan seperti apa yang disampaikan oleh Dhania melalui pelbagai forum, tidak jauh berbeda dengan apa yang ditampilkan oleh Layla, yakni membantu dalam ranah domestik. Sebab, jihad perempuan adalah mengurus hal domestik.
Akan tetapi, ketidaknyamanan tersebut dialami oleh Layla yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap negara Timur Tengah. Baik Layla ataupun Dhania, merupakan dua perempuan yang sama, yang merasa kecewa atas segala hal yang tidak didapatkan di Suriah. Keduanya merasa kesal atas segala paham keislaman yang dimiliki. Meskipun demikian, pengalaman dalam film Layla M itu adalah pembelajaran penting bagi keberlanjutan hidup perempuan, untuk memberikan sinyal dan menyebarkan virus tentang Islam rahmah bagi semuanya. []