• Login
  • Register
Rabu, 23 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Perempuan Menjadi Mata-mata Nabi Saw

Kiprah para perempuan pada masa Nabi Saw sangat aktif dalam ragam aktifitas, baik sosial, ekonomi, dan bahkan politik

Redaksi Redaksi
05/11/2022
in Pernak-pernik
0
Perempuan Menjadi Mata-mata Nabi

Perempuan Menjadi Mata-mata Nabi

479
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Begini kisah awal mula perempuan menjadi mata-mata Nabi. Menjelang beberapa hari Nabi Saw berhijrah ke Madinah, kemarahan orang-orang Quraish sudah mendidih lebih dari 100 derajat celcius. Setiap malam mereka bermufakat untuk membunuh Nabi Muhammad Saw. Tetapi mereka belum sepakat bagaimana caranya, siapa yang melakukannya dan pada malam hari apa.

Jika yang melakukannya satu orang, mereka khawatir tuntutan baliknya hanya kepada orang tersebut dan kabilahnya. Resiko ini terlalu besar karena akan menjadi target permusuhan dari kabilah Nabi Saw yang sangat terhormat.

Di hari-hari itu, para pengikut Nabi Saw sudah keluar semua berhijrah ke Madinah. Yang tertinggal dan belum berangkat hanya Abu Bakr ra, Ali bin Abi Thali bra, dan Nabi Saw sendiri. Selain beberapa orang yang sakit, lemah, dan para hamba sahaya, atau mereka yang ditahan keluarganya dan dilarang keluar berhijrah.

Orang-orang Quraish merasa ini menjadi waktu yang paling tepat, bahkan waktu terakhir. Karena jika Nabi Saw berhasil keluar dari Mekkah, dan memperoleh dukungan besar dari Madinah, bisa berbalik menyerang dan menguasai Mekkah.

Rencana Pembunuhan Nabi

Semua pembesar Quraish kemudian berkumpul di sebuah rumah yang disebut sebagai Dar an-Nadwah. Tempat permusyawaratan umum, yang biasa orang-orang Quraish bertemu dan berdiskusi untuk memutuskan hal-hal yang bersifat publik dan bersama.

Baca Juga:

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

Aisyah: Perempuan dengan Julukan Rajulah Al-‘Arab

Urusan Nabi Saw, saat itu, mereka anggap urusan bersama. Untuk terakhir kalinya, mereka sudah harus memutuskan bagaimana cara, siapa, dan kapan eksekusi mereka lakukan kepada Nabi Saw. Rumah ini milik salah satu pembesar Quraish bernama Qushay bin Kilab.

Dari berbagai usulan yang muncul, yang mereka terima adalah usulan Abu Jahal. Yaitu, setiap kabilah Quraish mengutus satu orang pemuda yang kuat dan berani. Masing-masing membawa pedang yang tajam. Besok malam, semua pemuda itu diminta untuk langsung menuju rumah Nabi Saw, memasuki kamar dan membunuh langsung di tempat dengan pedang.

Masing-masing harus ikut membunuh dan terlibat, agar darah Nabi Saw tidak bisa dituntut kepada seluruh kabilah Qurasih. Seluruh peserta yang hadir menerima usulan Abu Jahal ini.

Perempuan Menjadi Mata-mata Nabi

Ada seorang perempuan menjadi mata-mata Nabi, yang mendengar hasil pertemuan ini dan langsung menyampaikannya kepada Nabi Muhammad Saw. Dia Bernama Raqiqah bint Abi Shayfi bin Hasyim bin Abdul Muthallib al-Hasyimiyah ra.

Nabi Saw mendengarkan kabar tersebut dan kemudian menerima perintah dari Jibril as agar malam tersebut tidak tidur di tempat yang biasa tidur. Melainkan keluar rumah dan sekaligus bersiap-siap untuk keluar berhijrah menuju Madinah bersama Abu Bakr ash-Shiddiq ra.

Sore hari, Nabi Saw kemudian meminta Ali bin Abi Thalib ra menempati tempat tidur tersebut dan menggunakan selimut yang biasa Nabi Saw gunakan setiap malam. Ketika pada malam hari para pemuda Quraish masuk ke kamar dan membuka selimut, mereka kecewa karena yang mereka temukan tidur di tempat itu bukan Nabi Muhammad Saw. Melainkan Ali bin Thalib ra. Nabi Saw selamat dari usaha makar mereka, dan langsung keluar dari Kota Mekkah bersama Abu Bakr ra untuk menuju Madinah.

Dari sini, terlihat jelas, kisah perempuan menjadi mata-mata Nabi, dan kiprah para perempuan pada masa Nabi Saw sangat aktif dalam ragam aktifitas, baik sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Karena itu, segala pengekangan terhadap kiprah dan aktivitas perempuan di ruang publik adalah menyalahi preseden para perempuan pada masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di mana Yang mencintai Nabi Saw adalah mereka  yang memanusiakan perempuan, dengan mendukung dan memfasilitasi kiprah mereka di ruang domestik maupun publik. (Faqih)

(Sumber: Sirah Ibn Hisyam, 2/94-96, Thabaqat Ibn Sa’d, 8/41).

Tags: islamnabiperempuansahabat nabisejarah
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Keadilan

Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

23 Juli 2025
Nafkah Suami

Suami dan Istri Sama-sama Bisa Memberikan Nafkah Keluarga

22 Juli 2025
Saling Mengenal

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

22 Juli 2025
sharing properti keluarga

Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

22 Juli 2025
properti keluarga

Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

22 Juli 2025
Konflik Keluarga

Manajemen Konflik Keluarga

21 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • sharing properti keluarga

    Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm
  • Mengapa Perlindungan Anak Harus Dimulai dari Kesadaran Gender?
  • Suami dan Istri Sama-sama Bisa Memberikan Nafkah Keluarga
  • Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik
  • Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID