Mubadalah.id – Jihad dalam teks-teks hadis memiliki ragam pemaknaan. Di antaranya berdakwah kepada kebenaran, berjuang di jalan Allah, menundukkan hawa nafsu, melangsungkan ibadah haji dan umrah.
Termasuk melayani orang tua, melayani suami dan tentu pemaknaan-pemaknaan lain yang bisa ditemukan dari berbagai teks hadis.
Adapun hadis-hadis yang membicarakan keterlibatan perempuan dalam jihad bisa diklasifikasi dalam tiga topik. Pertama tentang jihad rumah tangga. Kedua jihad ibadah haji, dan ketiga jihad pelayanan sosial terhadap tentara perang.
Jihad Pelayanan Rumah Tangga
Ada teks hadis yang berbicara mengenai perempuan dan jihadnya di dalam kehidupan rumah tangga, yaitu:
Dari Ibn Abbas ra., ia berkata balnva ada seorang perempuan yang datang menghadap kepada Rasulullah SAW dan berkata:
“Wahai Rasulullah, saya utusan dari para perempuan (datang) menghadapmu untuk bertanya, Jihad ini diwajibkan kepada para laki-laki, kalau mereka selamat pulang, mereka akan memperoleh pahala, dan kalau mereka terbunuh, mereka akan hidup di sisi Tuhan mereka, dengan penuh rizki (kenikmatan).”
“Namun, kami, para perempuan hanya (tinggal di rumah) melayani mereka (laki-laki). Bagaimana kami bisa memperoleh semua (pahala) itu?.”
Rasulullah SAW menjawab: “Sampaikan kepada semua perempuan yang kamu temui, bahwa menaati suami dan memenuhi hakhaknya adalah sama (pahalanya) dengan jihad, tetapi sedikit sekali di antara mereka yang melakukan itu”. (HR. al-Bazzar dan al-Thabrani).
Teks hadis ini biasa para muballigh dan da’i gulirkan dalam kesempatan ceramah mengenai ‘perempuan salihah’ atau keluarga sakinah.
Dalam diskusi tentang Jihad Perempuan yang digelar RAHIMA, Ibu Aan Rohana dari jurusan Tafsir Hadis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga menyitir teks hadis ini.
Tidak sedikit juga, di antara ulama yang menekankan domestifikasi perempuan dari teks hadis ini. Bahwa wilayah perjuangan jihad perempuan adalah ketaatan dan pelayanan terhadap suami.
Oleh sebab itu, hal ini harus perempuan terima dan syukuri, sebagai penghargaan dari Islam. Sehingga ia tidak perlu bersusah payah keluar memikul beban untuk menanggung tugas pengamanan dan pertahanan.
Namun, pada realitasnya pandangan ini justru melemahkan posisi perempuan, sehingga ja rentan terhadap segala bentuk diskriminasi, kekerasan, dan pelecehan.
Karena itu, mungkin ada baiknya kita lihat kembali teks hadis ini, baik dari sisi periwayatan atau pemaknaan. []