• Login
  • Register
Selasa, 10 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Selamat Jalan Pejuang Nahdlatul Ulama Prof Dr Sri Mulyati MA

Selamat berbahagia Umi, kembalilah dengan riang, dengan tenang. Sambutlah bekal yang telah Umi persiapkan yang akan menerangi jalan Umi menuju Allah yang selalu Umi rindukan

Hijroatul Maghfiroh Hijroatul Maghfiroh
21/09/2023
in Figur
0
Pejuang Nahdlatul Ulama

Pejuang Nahdlatul Ulama

693
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Telah kembali dalam pelukan rahmat Allah, perempuan salihah, ahli illmu, pejuang Nahdlatul Ulama dan pemakmur masjid, Ibunda Prof. Dr. Sri Mulyati, MA.

Mubadalah.id – Beliau menuju Allah dari berbagai penjuru: pengembaraan ilmu, tharikat, jamiyah dan masjid.

Melihat Ibu Sri yang biasa aku panggil Umi seperti sedang melihat sosok Emak. Secara fisik beliau mirip dengan emak, tubuhnya sama-sama berisi, dan langkah kaki mereka sama-sama berat. Begitupun dalam semangat beragama, aku mendapati Umi sebagai versi unggulnya emak. Jika emak mewakili beragama ala orang awam, maka Umi adalah wujud dari beragama orang Alim.

Keduanya memiliih jalur tharikat untuk mencapai jalur cepat menuju Kekasih sejati, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bedanya Umi meniti jalan tharikat tidak hanya dengan ritual dan laku tetapi dengan pengetahuan. Laku tharikat Umi tidak perlu kita ragukan lagi, di mataku orang-orang yg mengutamakan Cinta pada Gusti Allah dia akan mengesampingkan kesenangan dunia.

Begitupun Umi, meski seorang dosen hingga guru besar di Universitas mentereng Umi tetap sangat sederhana. Salah satu yang paling membuatku geleng kepala, meski fisiknya tidak seprima orang lain, tapi Umi ke mana-mana tidak bersama supir pribadi. Beliau ke mana-mana bersama orang-orang yang ia temui di public transportasi.

Ahli Thariqat

Banyak ahli tharikat tetapi sedikit yang menggelutinya sebagai pengetahuan. Maka Umi adalah sedikit dari orang-orang pilihan itu. Pengembaraan pengetahuannya hingga dianugerahi guru besar adalah menelusuri kajian-kajian tasawuf, pengetahuan-pengalaman para pengamal jalan cinta di jalan tharikat qodariyah-naqsabandiyah.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Umi seperti juga emak adalah pecinta ilmu. Jika emak mengais pengetahuan di majlis-majlis taklim sejak kecil hingga kini menjalang usia 80. Maka Umi mendapatkan keistimewaan mengarungi bahtera ilmu di meja sekolah. Sejak lulus dari IAIN Syarif Hidayatullah – Jakarta, Umi meniti jalan pengetahuan hingga tingkat tertinggi dari Master hingga doktor di McGill University – Canada.

Tidak kurang-kurang orang berpendidikan tinggi, tapi sangat jarang kita temui mereka yang pengetahuannya merasuk kedalam relung jiwa dan terpancar menjadi laku kesehariannya. Jika Umi di suatu kesempatan menyebutkan salah satu doa Imam Ghazali agar ketika diberi kekayaan harta maka letakkan saja di tangan bukan di hati.

Begitupun Umi, sebagai ahli tasawuf, ahli tharikat, Umi mengambil jarak dengan keduniawian. Selain kesederhanaan yg kasat mata sangat tampak, Umi aku saksikan orang yang sangat jauh dari ‘kegelapan’ hati ; riya, takabbur, apalagi menggunjing orang lain. Lisannya hanya mengeluarkan peringatan untuk mengingat Allah (lisanun dzakir), dan hatinya dipenuhi rasa syukur sehingga merasa cukup dengan sudah ada (qalbun syakir).

Mengabdi di NU

Pengetahuan-pengetahuan  yang Umi juga emak dapatkan tidak hanya berhenti untuk dirinya sendiri, untuk memperbaiki laku menyelematkan diri menuju surga. Tetapi keilmuannya mereka sebarkan kepada siapa saja, kapan saja tanpa kenal lelah. Jika emak menyebarkan hasil ngaji kitab rutinnya dari mursyid tharikat dan pengajian lainnya kepada jamaah masjid dan muslimat juga anak-anak ngajinya.

Maka Umi mengamalkan ilmunya salah satunya dengan menjadi pengajar di universitas almamaternya, UIN Jakarta hingga tutup usia. Selain itu Umi juga sangat aktif menyebarkan keilmuannya dengan menjadi pembicara baik di mimbar ilmiah maupun di majlis-majlis ilmu Nahdlatul Ulama atau komunitas muslim lainnya.

Selain jalan ilmu, Umi dan emak sama-sama  menempuh jalan menuju ridla Allah dengan menyiarkan Islam menjadi pejuang Nahdlatul Ulama. Yakni  melalui perjuangan di Nahdlatul Ulama serta menjadi aktifis memakmurkan masjid.

Jika emak mengabdi di NU sejak muda hingga kini di level desa paling banter di tingkat cabang/kabupaten. Maka Umi yang memulai berNU sejak IPPNU menapaki karir pengabdian NU tertinggi di pimpinan pusat. Umi tercatat dua periode menjadi ketua umum Fatayat NU periode 1989-2000. Kemudian beliau istiqamah di jalur pejuang Nahdlatul Ulama di struktural NU dengan menjadi pengurus Pimpinan Pusat Muslimat NU dan juga di LP. Maarif -PBNU.

Selain di NU, seperti halnya emak yang semua orang melekatkan emak dengan masjid karena keaktifan emak menyeremakkan masjid: tidak hanya karna tidak pernah absen jamaah di dalamnya, tetapi juga karna selalu menjadi garda depan aktifitas sosial masjid : dari pengajian rutinan hingga peringatan hari besar yg dilaksanakan di masjid.

Thariqat sebagai Jalan Menuju Tuhan

Demikian juga Umi, beliau tercatat sebagai Wakil Kepala Bidang Sosial dan Pemberdayaan Umat di Masjid Istiqlal- Jakarta. Selain terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial masjid, Umi juga aktif mengisi tausiyah rutin dengan tema-tema tasawuf di Masjid Istiqlal yang juga disiarkan melalui kanal youtube resmi masjid nasional ini.

Seperti yang Umi selalu bilang di beberapa kesempatan bahwa tharikat sebagai jalan menuju Tuhan. Makan semua laku Umi sepertinya dengan sadar didedikasikan untuk menyiapkan jalan indah menuju Cinta Sejatinya, Allah Azza Wa jalla.

Dari Umi dan Emak kita bisa belajar, bahwa perempuan memiliki kemerdekaan untuk menyiapkan sebaik-baik jalan menuju Tuhan. Perempuan punya banyak penjuru untuk mendapatkan kemuliaan dan keridlaan dari Pengeran (Tuhan, red). Seperti Umi, Prof. Dr. Sri Mulyati, MA, yang menempuh jalur ilmu, ibadah, dan amal salih menuju keabadian.

Selamat berbahagia Umi, kembalilah dengan riang, dengan tenang. Sambutlah bekal yang telah Umi persiapkan yang akan menerangi jalan Umi menuju Allah yang selalu Umi rindukan. Husnul khatimah, lahal fatihah. []

 

 

Tags: Duka CitaNahdlatul UlamaPejuang Nahdlatul UlamaProf Dr Sri Mulyati MAulama perempuan
Hijroatul Maghfiroh

Hijroatul Maghfiroh

Alumni Leiden University Belanda

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji yang

    Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih
  • Islam dan Kemanusiaan
  • Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID