• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Para Perempuan Ulama Termarginalkan dari Panggung Sejarah

Sayang sekali, sesudah itu, sejarah peradaban Islam malah memasukkan kembali kaum perempuan ke dalam kerangkeng-kerangkeng rumahnya. Kaum perempuan didomestikasi

Redaksi Redaksi
12/10/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Sejarah Perempuan Ulama

Sejarah Perempuan Ulama

594
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk catatan sejarah, maka banyak ulama besar yang belajar dan berguru kepada para perempuan ulama.

Sejarah perempuan ulama tersebut terdokumentasi secara baik dalam banyak karya biografi yang ditulis oleh para sejarawan Islam terkemuka sebagaimana sudah dikemukakan. Teramat sulit bagi kita untuk mengingkari kenyataan tersebut.

Sayang sekali, sesudah itu, sejarah peradaban Islam malah memasukkan kembali kaum perempuan ke dalam kerangkeng-kerangkeng rumahnya. Kaum perempuan didomestikasi. Aktivitas perempuan hanya di dalam rumah, menunggu dan melayani.

Bahkan, potensi intelektualnya beku, tidak berkembang. Aktivitas intelektual terbatas. Jika pun diberi ruang untuk belajar, maka sebatas bisa membaca dan menulis.

Pengajaran kepada mereka terbata untuk dapat belajar shalat, puasa, zakat, haji, haid, nifas, dan isu-isu reproduksi lainnya.

Baca Juga:

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Kerja-kerja sosial-politik-kebudayaan mereka terpasung. Mereka tidak boleh menduduki posisi pengambil kebijakan publik atau politik. Perempuan tidak boleh menjadi hakim pengadilan, pemimpin daerah, apalagi kepala negara/pemerintahan.

Tidak hanya itu, mereka bahkan tidak boleh keluar dari rumahnya, kecuali bersama keluarganya. Sebab, dalam pandangan publik, keberadaan perempuan di ruang publik bisa menjadi petaka sosial.

Tak pelak, perempuan-perempuan Islam pada gilirannya tenggelam dalam timbunan tumpukan sejarah laki-laki.

Mereka terlupakan dan terpinggirkan (al-muhammasyat) dari sosial-kebudayaan-politik. Sistem sosial patriarkis kembali menguasai domain pikiran publik dengan sangat dominan.

Konon, itu mereka lakukan atas nama kasih sayang, perlindungan, dan penghormatan terhadap perempuan.

Dengan kata Jain, sikap dan tindakan tersebut ia lakukan agar mereka tidak menjadi sumber “fitnah” (kekacauan sosial atau mengganggu ketertiban masyarakat). []

Tags: PanggungPerempuan UlamasejarahTermarginalkan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID