Mubadalah.id – Siapa yang tidak ingin melihat bidadari? Jika ingin melihatnya syaratnya ya masuk surga dulu dan syarat masuk surga ya, meninggal dulu, hehe.
Bagaimana, bener kan? Lalu bagaimana jika artikel kali ini, kami akan menceritakan tentang sosok perempuan penduduk bumi asli, namun mampu membuat para bidadari surga iri kepadanya.
Apakah kamu ingin melihat sosolnya? Simak sampai selesai kisah inspiratif berikut ini. Kisah seorang Mbah Jum: Sang Penduduk Bumi Yang Mampu Membuat Iri Bidadari Surga.
Siapa Sosok Mbah Jum?
Kisah ini dilansir dari Akun Instagram @teladanrasul, yang bersumber dari @irene.radjiman. Sepintas tidak ada yang istimewa dari sosok Mbah Jum ini. Beliau hanyalah seorang penjual tempe yang Allah kasih ujian di matanya. Beliau tidak bisa melihat atau tunanetra.
Seperti yang sudah penulis sebeutkan di atas, nampak tak ada yang istimewa, hanya penjual tempe yang tak bisa melihat dunia sejak lahir.
Setiap pagi, beliau akan datang ke pasar di antar oleh cucunya, menjajalkan tempenya seperti pedagang lainnya.
Jika ada yang membeli, beliau selalu berpesan agar mengambil kembaliannya sendiri.
Menjadi Sang Inspirator Sedekah
Yang menjadikan sosok Mbah Jum istimewa adalah di bagian akhir transaksinya di pasar.
Setiap dagangannya habis dan dijemput oleh cucunya, beliau akan meminta cucunya menghitung hasil jualannya. Jika hasilnya lebih dari 50 ribu, maka lebihnya tersebut disedekahkan ke masjid.
Hal ini beliau lakukan, karena modal yang dibutuhkan untuk membuat tempe adalah 20 ribu, maka cukuplah 50 ribu, sebagai penghasilan setiap harinya, adapaun kelebihannya adalah milik Alah, maka harus dikembalikan kepada-Nya.
Karena masjid adalah rumah Allah, maka beliau mengarahkan cucunya agar untungnya tersebut masuk kotak amal masjid.
Bukahkah biasanya kebanyakan manusia akan sangat senang mendapatkan untung yang berlimpah? Hingga lupa ada hak orang lain dalam harta yang ada. Mbah Jum, layak mendapatkan gelar sang inspirator sedekah.
Tangan yang Penuh Keberkahan
Jam 10 pagi, saat semua dagangannya sudah habis, maka beliau akan pulang bersama sang cucu. Dalam lain kesempatan, beliau juga bertugas sebagai tukang pijit di kampung.
Setiap ada anak yang sakit, demam, flue, atau penyakit lainnya, maka orang tua anak-anak akan berinisitif memijitnya ke rumah Mbah Jum.
Tak ada tarif untuk para pelanggan. Luar biasanya lagi 100% hasil jasa pijitnya disumbangkan ke masjid.
Bagi Mbah Jum, beliau tidak pernah mampu mengobati siapapun. Adapun jika ada anak yang sembuh lewat tangannya, maka sejatinya bukan dirinya yang menyembuhkan, tapi Allah.
Maka Mbah Jum berpendapat bahwa, uang tersebut bukanlah haknya, tapi hak Allah, maka harus dikembalikan ke rumah-Nya (Masjid)
Merupakan Hafidzah 30 Juz
Belum usai kisah istimewanya, ternyata beliau juga merupakan seorang hafidzah 30 juz.
Dalam beberapa artikel termuat bahwa beliau pernah berkata;
“Saya memang tidak bisa melihat sejak lahir, tapi Allah izinkan saya bisa membaca dan menghafal Al-Qur’an, betapa baiknya Allah pada saya.”
Cucunya juga merupakan seorang hafiz dan guru ngaji di kampung tersebut.
Pantas Bidadari Surga Iri Padanya
… Aku (Ummu Salamah )bertanya, “Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?” Beliau menjawab, “Karena salat, puasa, dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’”…
“…Wahai Ummu Salamah, akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (H.R. Ath Thabrani).
Maka wajarlah bidadari surga akan iri kepada Mbah Jum, karena amal-amalannya di dunia. Semoga kita mampu memetik hikmah di dalam kisah beliau. []